52. Get Drunk

578 72 10
                                    

Suara berisik antara teriakan orang-orang bermain kartu dan yang tengah bersanda gurau dalam kemabukannya, itu yang Ara dengar begitu kakinya melangkah masuk ke bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara berisik antara teriakan orang-orang bermain kartu dan yang tengah bersanda gurau dalam kemabukannya, itu yang Ara dengar begitu kakinya melangkah masuk ke bar. Tentu ia tak berharap banyak pada bar ini. Semuanya nampak tua, kayunya bahkan lantainya. Tapi, tempat ini bisa dibilang sangat ramai. Gadis itu mengenakan jubah dengan penutup kepala agar tidak ada yang mengenalinya sebagai Luna. Oh, dia tidak mau menciptakan masalah baru dengan identitasnya.

 Oh, dia tidak mau menciptakan masalah baru dengan identitasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbeda dengan Sean. Dia sama sekali tidak menyembunyikan wajahnya. Orang-orang di sini kelihatan tidak terlalu peduli jika ada Alpha di antara mereka. Ara berjalan dahulu, menyusuri keramaian menuju salah satu meja yang nampak kosong karena berada di ujung. Dia duduk di sana sambil membuka penutup kepala. Sean duduk di sampingnya.

"Bukankah terlalu ramai?" tanya Sean pada gadis itu. Ara mengamati sekitarnya, mereka tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Dia berdehem menjawab pertanyaan Sean.

"Musik di dunia manusia lebih keras daripada ini," timpal Ara membandingkan apa yang pernah dia kunjungi dulu. Bar yang lebih besar dan modern tentu saja.

"Aku tahu."

Seketika Ara menoleh, menatap Sean dengan pandangan menelisik. "Ah, kau pasti sering ke sana," gumamnya seakan mengerti maksud Sean.

"Terkadang."

"Dua beer untuk tamu baru." Seorang pelayan tiba-tiba datang mengantarkan dua beer besar dalam gelas alumunium pada meja mereka. Dia wanita dengan pakaian super ketat dan rambutnya yang panjang dan digerai. Begitu melihat wajah Ara, wanita itu menyipitkan mata. "Wah, ternyata tamuku istimewa," katanya. Dia mengenali gadis itu tentu saja.

"Thanks," kata Ara mengambil beernya.

"Jangan buat keributan," ucap Sean memperingati pelayan itu. Dia tertawa pelan, tawanya begitu menggoda. Bahkan, dia berani menyandar ke meja menatap Sean lebih dekat. Demi apapun, jika pelayan itu lebih menundukkan badannya, Ara akan menghajar hidung mancung itu hingga patah.

"Tentu tidak, My Lord," balasnya kedengaran centil. "Saat yang bagus kalian datang sekarang. Mau makan?" tawarnya.

"Ada apa?" tanya Ara penasaran. Pelayan wanita itu menunjuk ke arah belakangnya. Semua keramaian tadi perlahan menghilang ketika seorang pemuda datang membawa gitar kecil bulatnya. Pemuda itu berambut pirang dengan cukuran yang asal. Tapi, senyumannya mampu meraih perhatian seluruh bar.

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang