Sebelum Ara kehilangan kesempatan untuk menyiksa Sean, tentu saja dia akan memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin. Gadis itu meminta Sean untuk menyisir rambutnya yang panjang. Selain itu, Ara juga memintanya mengupas apel.
"Semua pelayan di istana ini mendapatkan bayaran, Ara. Dan kau menjadikan seorang Alpha pelayan, seharusnya aku dibayar lebih," kata Sean yang terlihat malas. Ara melihat wajah fokus itu di kaca. Well, biarpun macam pelayan, Sean tidak terlihat terpaksa menyisir rambutnya.
"Tenang saja, aku juga bisa membayarmu." Ara mengangkat bahu. Gadis itu hanya duduk di kursi rias sambil memakan potongan buah apel segar. Dia tidak ingin membuat apel ini basi karena pisaunya yang menancap tadi.
"Setelah ini, istirahatlah, Ara."
Mata mereka kembali bertemu dengan cermin sebagai mediumnya. Well, Ara tahu ketika Sean mengatakan itu, dia yang akan mengurus masalah ini sendiri. "Kapan mereka akan bangun?" tanya Ara kemudian.
"Entahlah." Sean menggeleng pelan. "Satu tahun di dunia hitam berarti satu hari di Illysium."
Kening Ara berkerut. "Selama itu?" Nampaknya dia agak terkejut.
"Mencari Apollo di tempat luas itu juga akan sulit. Terkadang para dewa dan dewi tidak mau ditemukan."
"Sombong sekali. Bagaimana kau bisa tahu itu?"
Sean meletakkan sisirnya di meja rias. Dia pun mengusap rambut Ara pelan, merapikannya dengan tangan. "Aku pernah ke sana, tentu saja."
"Bagaimana?"
"Aku tidak tahu, Dewi Artemis yang membawaku. Sekaligus memberitahu tentang kutukanku," lanjutnya. Sean berhenti merapikan rambut Ara. Dia berdiri di belakang gadis itu dalam diam. Matanya seakan pergi ke masa lampau. Mengingat semua yang pernah dia lihat.
"Bukankah kutukanmu itu berasal dari keluargamu? Maksudku—itu bukan karena perbuatanmu, kan?" Seingat Ara, seperti yang Moroi ceritakan waktu itu, kutukan ini turun temurun. Sean mengangguk kaku. Raut wajahnya menjadi dingin. Ara berdiri, dia berbalik. Kini mereka berhadapan. Yang Ara lihat adalah Alpha BlackSerron, yang terkenal kejam dan kasar. Wajah itu, seperti tidak memiliki belas kasih. "Aku ingin mendengarkan dongeng, Alpha. Dan aku akan istirahat."
"Apa lagi yang ingin kau dengar?"
"Semuanya." Ara mengangkat bahu. Dia pun berjalan mendahului. Pergi ke atas ranjang dengan langkah santai tapi terlihat arogan.
"Jika kau berharap aku menceritakan kisah sedih, itu tidak akan terjadi, Luna." Sean berbalik, mengikuti kemana Ara pergi. Ketika melihatnya yang sudah duduk di atas ranjang dengan posisi santai, Sean berhenti. Dia tidak ingin duduk di sampingnya. Sean sendiri masih ingat betapa tidak suka nya Ara jika lelaki itu tidur bersamanya.
"Aku bisa mengancammu untuk berbicara, Alpha." Ara tersenyum. Senyuman kosong yang menggambarkan karma untuk Sean. Tapi, ini senyuman yang paling jelas Sean lihat. Apapun itu maksudnya, tentu saja Sean menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Cruel Alpha [3]
Fantasy[FANTASY-ROMANCE-KINGDOM] 18+ Sean dipenuhi amarah yang menggebu. Ia bahkan membawa cambuk istimewanya untuk mencambuk Ara nanti. Namun, ketika ia mendekat pada gadis itu, Sean tercekat. Ia tak bisa menyiksanya. Terlebih lagi ketika mata indahnya me...