27. The Silence's Kiss

888 93 25
                                    

"Apa yang akan Luna lakukan?" tanya Devan ketika melihat Ara yang berada di aula bersama seluruh pelayan istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang akan Luna lakukan?" tanya Devan ketika melihat Ara yang berada di aula bersama seluruh pelayan istana. Cukup mengejutkan bagaimana mereka bisa mau berkumpul di sini, padahal pelayan sangat banyak. Terutama, pelayan wanita. Mereka semua pengurus istana dalam. Sean yang berada di ujung aula, berdiri mengamati Ara pun menggeleng. Ini salahnya, jadi Sean tidak bisa mencegah Ara melakukan apapun.

Suaranya tidak terdengar jelas, entah apa yang sedang Ara bicarakan dengan mereka. Tapi, menurut pengamatan Sean, dari bahasa tubuhnya, Ara kelihatan sedang menebar kebencian. Well, mungkin tidak, tapi pembawaannya yang terlihat seperti gunung es artik terkadang membuat seseorang di sekitarnya takut. Namun, kali ini ada yang berbeda. Para pelayan nampak lebih antusias menanggapi Ara.

"Sepertinya Luna ingin memakamkan pelayan yang mati tadi bersama pelayan-pelayan lainnya," timpal Jack yang sedang membaca situasi. Sean meliriknya sekilas. Dia pun tahu itu.

Kerumunan bubar dan Ara berjalan lebih cepat menuju pintu aula. Dia telah selesai berbicara dengan yang lain. Dari wajahnya, sama sekali tidak ada yang berubah, dia masih saja dingin dan tidak tersentuh. Ketika Ara ingin melewati Sean, lelaki itu bergerak mendekat. Seperti hendak menghadang Ara. Namun, Ara berhenti.

"Jangan ikut campur," kata Ara dingin. Begitu gadis itu keluar, pelayan wanita lain ikut keluar secara teratur satu persatu dari aula. Sean membuang nafas kasar. Mengapa membujuk Ara itu sulit sekali? Baru beberapa jam yang lalu mereka berbaikan. Dan sekarang? Lihat, mereka terlihat seperti musuh kembali.

Gadis itu pun keluar aula, melangkah lebih cepat meninggalkan Sean. Berharap lelaki itu tidak mengikutinya lagi. Ara tidak tahu mengapa dia melakukan ini, yang jelas, dia hanya ingin membalas dedikasi Moroi pada dirinya. Terutama, dia yang bertanggung jawab atas kematian pelayannya itu.

"Luna, ada danau yang biasanya dryad huni di bawah bukit, tidak terlalu jauh dari istana. Kau mungkin bisa menggunakannya untuk mengantarkan jiwa Moroi, Luna," ujar Philia yang berjalan di belakang Ara. Dia berusaha mengikuti ketertinggalan langkah dari gadis itu.

Ara berhenti di tengah-tengah lorong, dia hendak menuju istana belakang. "Apa itu dryad?" tanya Ara seraya berbalik menatap Philia. Dia mengamati lorong yang sepi ini, Sean dan yang lain benar-benar tidak mengikutinya. Bahkan, tidak ada pengawal yang ikut.

"Ah, peri kecil penjaga tumbuhan. Mereka jarang terlihat, tapi danau biasanya habitat mereka," jelas Philia. Ara menaikkan salah satu alis. Tidak mempercayainya tentu saja. Well, tapi Ara tidak menyanggahnya juga.

"Luna," panggil seorang wanita, suaranya begitu lembut dan pelan. Ara menoleh ke belakang, mencari asal suara. Dia mendapatkan wanita tinggi dengan rambut pirang tergerai dan sebuah tanda aneh di dahinya. Terlihat semacam tatto, tapi berwarna putih. Wanita itu memakai pakaian kuno—mirip seorang ratu dengan warna putih emas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang