29. Heavy Snow

679 74 8
                                    

Biasanya para pembantu atau maid akan membuka jendela besar di kamar Ara agar gadis itu bangun lebih pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya para pembantu atau maid akan membuka jendela besar di kamar Ara agar gadis itu bangun lebih pagi. Well, cukup mengganggu memang. Namun, kali ini cara mereka membangunkannya sangat tidak sopan. Dia masih menutup mata dan telinga. Enak saja disuruh bangun pagi. Padahal Ara semalam harus terbangun gara-gara Sean.

“Luna?” panggil mereka berulang kali. Dengan segenap jiwa yang sudah terkumpul, Ara pun membuka mata dan mulai bangkit dari posisi tidurnya. Dia menatap para pelayan dengan garang.

“Sopan santun dilanggar, hukum penggal akan kalian dapat,” jawab Ara tanpa basa-basi. Dia sama sekali tidak melayangkan seruan atau kalimat emosi. Hanya dengan tatapan tajam dan auranya yang mengerikan, para pelayan menjadi diam.

“Luna,” panggil Philia. Dia mendekati kasur dengan hati-hati. Ara menoleh. “Karena Alpha tidak ada di Istana, maka semua kendali ada di tangan anda Luna. Sekarang sudah hampir jam sepuluh dan sarapan seharusnya dimulai dua jam yang lalu. Tapi, karena kursi pemimpin kosong, Luna seharusnya menggantikan Alpha. Apabila ritual pagi setelah sarapan belum dimulai, maka para pekerja juga tidak akan bisa memulai pekerjaannya, Luna. Semua pekerjaan akan macet. Begitu pula dengan para pihak konveksi di depan gerbang yang sudah menumpuk,” jelas Philia dengan penuh senyuman. Ara terdiam beberapa saat, mencerna apa yang barusan pelayannya katakan.

“Lelucon pagi tidak baik untuk kesehatan tubuh,” timpal Ara menganggap semua kalimat Philia hanyalah lelucon. Philia menarik lengan Ara agak cepat, membawa gadis itu menuju jendela. Dia ingin memperlihatkan pada Ara apa yang terjadi di luar sana. “Kalian memang tidak punya sopan santun atau bagaimana?” tanya Ara dengan nada lebih tinggi. Dia menyentakkan tangannya dari genggaman Philia.

“Maaf, Luna.” Philia menunduk hormat. Saat itu, Ara pun mengamati keadaan luar dari balik jendela besar. Dia membuang nafas kasar ketika melihat antrian para pedagang di depan gerbang istana. Mereka sangat banyak dan terlihat kedinginan. Salju turun cukup deras. Anginnya juga kencang, mereka pasti sudah lama ada di luar, karena itu para pelayan jadi panik.

Ah, Ara baru menyadarinya. Kapan salju mulai turun? Semalam mungkin dingin, tapi Ara pikir itu perubahan cuaca yang normal.

“Dimana Jack?” tanya Ara kemudian.

“Di luar kamar, Luna. Menunggu perintah anda.”

Ara mengumpat dalam hati. Mengapa Sean mempercayakan semua ini pada dirinya? Seharusnya lelaki itu tahu bahwa Ara tidak akan bisa mengatasinya. Alangkah lebih baiknya kalau dia segera kabur dari tempat ini. Gadis itu membuang nafas perlahan. “Buka gerbangnya, biarkan mereka masuk. Suruh Jack pimpin sarapan untuk para pejabat, aku akan membersihkan diri dahulu sebelum ikut ritual pagi,” kata Ara akhirnya. Entah mengapa dia jadi mengikuti pilihan Sean. Lagipula, saat istana kacau, dia lebih sulit pergi karena semua orang di sini bergantung padanya. Sialan. Oh, Ara harap dia bisa segera membunuh Sean.

“Baik, Luna.” Seketika semua pelayan berbondong-bondong keluar dari kamarnya. Ara berdecak, kepalanya menjadi sedikit pusing karena tindakan mereka.

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang