31. Time is Frozen

660 75 4
                                    

Suara gaduh di sekitar gua membuat gadis itu terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gaduh di sekitar gua membuat gadis itu terbangun. Ara sedikit terkejut karena beberapa orang masuk ke gua begitu saja dan mengangkat Micahel yang masih tertidur dalam bentuk serigalanya. Ara mengerutkan kening, ekspresinya berubah kebingungan. Ara hendak mengucapkan sesuatu ketika melihat Sean masuk ke gua dengan pakaian lengkap.

“Maaf meninggalkanmu sebentar, aku baru saja berganti baju,” kata Sean lalu duduk di samping Ara. Gadis itu nampaknya masih ling-lung, dia memperhatikan Sean dalam diam.

“Devan?” tanya Ara pelan. Sean mengangguk, memperlihatkan beberapa pasukan yang berjaga di luar dan tengah mempersiapkan kepulangan mereka. “Jam berapa ini?” tanyanya serak.

“Tujuh pagi.”

Ara menaikkan salah satu alisnya. “Maksudmu aku tidur lebih dari sepuluh jam?”

Sean mengangguk. “Ada beberapa luka di tubuhmu, kita harus segera kembali ke istana dan mengobatinya. Aku yakin kau juga kelelahan berjalan jauh dari hutan ke pantai,” lanjut Sean. Ah, entahlah mengapa Ara jadi lupa dengan rasa lelahnya sedari kemarin. Gadis itu menarik nafas pelan. Dia pun berdiri, mengikuti Sean yang hendak membawanya ke kereta kuda. Lelaki itu masuk dahulu lalu mengulurkan tangannya pada Ara.

Sebelum naik, Ara sempat melihat Micahel yang masih pingsan dengan tubuh serigalanya diangkut oleh beberapa orang. Devan yang melihat keberadaan Ara langsung mendekatinya, lelaki itu menggunakan kuda.

“Aku senang melihat Luna selamat,” katanya sembari melompat turun. Dia menunduk hormat, disertai senyuman tak lekang waktu. Ara yang sepertinya masih setengah sadar lalu mengangguk.

“Kalian mendapat pesanku?” Ara terkekeh pelan. Merasa tindakan bodoh kemarin yang dia lakukan nyatanya berguna. Devan tersenyum lebih lebar, dia mengangguk.

“Ya, tentu saja Luna. Keadaan istana masih aman sekarang dan sepertinya penduduk akan sangat senang melihat Luna,” jawab Devan.

“Devan, pimpin mereka kembali sekarang. Luna terluka, dia harus segera ke istana.” Sean kembali mengulurkan tangannya. Ara pun menyambut tangan Sean dengan sukarela. Gadis itu pun masuk ke kereta.

“Baik, Alpha.”

Pintu kereta kuda ditutup dan mereka mulai berjalan di depan. Kali ini, jalan yang mereka tempuh berbeda dengan yang sebelumnya. Devan menggunakan jalan sempit pedesaan yang lebih tipis saljunya. Walaupun jaraknya lebih jauh, tapi jalan ini bisa dikatakan lebih aman. Mengamati bagaimana mereka melewati pohon-pohon, Ara menghela nafas. Dia tidak tahu kenapa rasa lelahnya baru dirasakan sekarang.

Sean melirik Ara sesekali, mengamati gadis itu yang hanya diam memperhatikan jalan di depan mereka. Tidak ada yang spesial di depan sana selain pohon dan salju. Badai sudah lumayan mereda. Jadi, jalanan di depan lumayan terlihat pula. Dia hendak mengatakan sesuatu pada Ara, tapi kata itu tidak jadi keluar. Entahlah, Sean hanya ragu.

This Cruel Alpha [3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang