Perang dingin dimulai. Tentu saja karena Ara yang tidak mau menanggapi sepatah kata pun kalimat dari Sean. Dia tidak akan bicara sebelum keinginannya terpenuhi. Sedangkan Sean terus saja mencoba mengajaknya bicara. Nampaknya lelaki itu tidak terlalu peduli dengan ancaman yang Ara berikan. Padahal dia tahu kalau Ara tidak akan main-main dengan ancamannya. Apalagi beberapa waktu lalu gadis itu juga melakukan percobaan bunuh diri tanpa rasa takut.
“Sudah jam makan siang, ayo turun,” ajak Sean setelah dentingan lonceng besar terdengar. Ara duduk di pinggir jendela, kepalanya menengok keluar, mengamati betapa mendungnya hari ini. Seakan mendukung suasana hatinya. Oh, sungguh, moodnya tidak akan membaik dengan cepat. Ara sama sekali tidak mengindahkan kalimat Sean. Alhasil, lelaki itu mendekati Ara. “Ara,” panggilnya lagi.
“Alpha, Luna tidak mau bicara sebelum Alpha—” ucapan Philia terpotong saat Sean mengangkat tangannya, menyuruhnya tidak bicara. Pelayan muda itu sekarang menggantikan Moroi, menemani Ara yang selama seharian ini hanya duduk diam di pinggir jendela. Well, begitu pula dengan Sean yang sepertinya tidak ingin meninggalkan Ara sendirian. Dia takut kalau Ara tiba-tiba bunuh diri sebenarnya.
“Ayo, makan siang.” Sean menarik lengan Ara membuat gadis itu terkejut dan hampir terjatuh dari tempat duduknya. Dia menoleh dengan tatapan ganas. Kelihatan begitu tidak senang dengan apa yang Sean lakukan. Ara berdiri lalu menyentakkan tangan Sean dari tubuhnya. “Aku berjanji akan memberikan Moroi pemakaman yang layak,” ucap Sean yakin. Nadanya lemah hingga sulit untuk Ara menaruh kepercayaan. Namun, Ara berbalik keluar kamar.
Dia berjalan dengan langkah lebarnya untuk turun ke meja makan. Seperti biasa, makan siang akan bersama dengan para tetua dan petinggi kerajaan. Membosankan. Mereka semua terlalu lama dalam makan. Ara tidak suka makan dengan lansia. Jujur saja mereka agak menyusahkan. Sean mengikuti langkah Ara.
“Dan bersihkan namanya,” lanjut Ara tanpa menoleh sedikitpun. Cukup sulit untuk Sean mengabulkan permintaan yang satu ini. Namun, dia tak akan membahasnya. Atau Ara akan marah kembali dan tidak jadi makan.
“Setelah makan siang kau ingin ikut aku ke laboratorium, Ara?” tawar Sean. Dia hanya berusaha mengajak gadis itu berbicara. Beberapa waktu lalu Ara kelihatan tertarik dengan hasil lab yang sebenarnya keluar tadi malam. Tapi, Sean bahkan belum sempat mengecek karena kekacauan semalam.
Ara berjalan lebih cepat ketika menuruni tangga menuju lantai satu. Jujur saja dalam hati dia penasaran dengan hasil lab itu. Namun, rasa malasnya melebih apapun. Dia tidak ingin berbicara dengan Sean sungguhan. Sean terus menyeimbangkan langkahnya dengan Ara.
“Michael belum kembali dari Laut Akaheron. Seharusnya hari ini dia sampai di sana dan memulai perjalanan pulang,” kata Sean. Dia terus mencoba berbicara. Padahal, Sean jarang berbicara hal-hal remeh seperti ini pada orang lain. Well, ya, sekarang kecuali Ara. Namun, Ara masih saja diam. Dia tahu gadis itu pasti menyalahkan dirinya atas kejadian hari ini. Tapi, sungguh, Sean tidak bisa melakukan apapun. Itu adalah bagian dari kutukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Cruel Alpha [3]
Fantasy[FANTASY-ROMANCE-KINGDOM] 18+ Sean dipenuhi amarah yang menggebu. Ia bahkan membawa cambuk istimewanya untuk mencambuk Ara nanti. Namun, ketika ia mendekat pada gadis itu, Sean tercekat. Ia tak bisa menyiksanya. Terlebih lagi ketika mata indahnya me...