"Aku menunggumu bertahun-tahun," lanjutnya.
Cukup lama Ara hanya diam tanpa ingin membalas kalimat itu. Dia bahkan tetap berada di dalam kolam. Berdiri kaku dengan netra yang menatap hal lain kosong.
"Tidak sesuai ekspetasi bukan?" celetuk Ara dingin. Rautnya yang datar membuat Sean bertanya-tanya apa yang gadis itu rasakan. Tentang semuanya. Terutama hubungan mereka. Yang jelas-jelas berasal dari Dewi Bulan dan direstui tiga dewa sekaligus.
"Bagian mana?" balas Sean. Mereka terdiam lagi. Keheningan seakan tidak ingin beranjak karena terlalu nyaman berada di sana.
"Semuanya." Akhirnya Ara membuka mulut lagi. Dia tidak menyukai keadaan ini. Yang jelas, terjebak berdua bersama Sean di dalam kamar mandi dengan keadaan dia setengah telanjang bukan impiannya. Oh, yang benar saja. Dia baru ingat kalau sedang mandi.
"Ya." Sean mengangguk. Menjawabnya dengan jujur pula. Karena yang Sean inginkan adalah seseorang yang mampu menjadi bagian dari dirinya tanpa melihat siapa dirinya itu. Namun, Ara? Baru bertemu saja kelihatannya gadis itu sudah membenci Sean. "Aku mengatakannya pada Angela, kau akan berubah untukku. Jika tidak untukku, setidaknya untuk Packku."
Kalimatnya mengundang kontroversi. Lihat? Sean mengharapkan sesuatu yang mustahil pada dirinya. Ara tersenyum sinis. "Packmu? Kau tahu aku dulu adalah—"
"Narapidana." Sean mengangguk. "Nomor 5639 karena meledakkan kapal Alpha Arxein. Keringanan penjara selama lima tahun. Dan dibebaskan diam-diam."
Ara terkejut. Dia tidak pernah bercerita apapun pada Sean. Bahkan, Ara yakin ia tidak melindur dan tiba-tiba curhat semalam. "Dibebaskan diam-diam? Kau tahu?" Salah satu alis Ara terangkat. Merasa tertarik karena Sean sepertinya mengetahui banyak hal tentang dirinya.
"Apa lagi? Itu tujuan Arxein agar bisa bersamamu." Sean mengangkat bahu. Seakan menyadari sesuatu, Ara menjadi diam. Merenungi hal yang seharusnya ia perhatikan sejak keluar dari penjara.
"Kau tahu banyak." Ara berjalan keluar dari kolam pemandian. Dia masih menutupi setengah tubuhnya dengan handuk. "Lalu, kau tidak khawatir dengan keberadaanku?"
Sean menunjukkan senyum tipisnya. Begitu tipis hingga Ara harus melebarkan mata untuk memastikan lelaki itu tersenyum atau tidak. "Karena masa lalumu?" Sean menggeleng pelan. "Masa lalumu milikmu, masa laluku milikku. Tapi, masa depanmu bersamaku."
🕸🕸🕸
Ara menurunkan egonya. Dia berusaha bersikap lebih rasional di saat Sean menghadapinya dengan kepala dingin. Bunuh diri, menghilang dari Aveloan memang tidak akan menyelesaikan masalah. Dia tahu, yang ada Ara malah meninggalkan masalah bagi mereka. Sebagai icon pemimpin wanita pada suatu pack, sepertinya tidak logis menghindari tanggung jawab dengan bunuh diri.
Apalagi keputusan awalnya untuk tetap tinggal adalah mengetahui ujung benang merahnya. Di saat dia mendapatkan ujungnya, seharusnya Ara belajar menerima. Mungkin sedari dulu ini memang takdirnya. Ah, tapi, tetap saja tidak masuk akal baginya yang selalu menggunakan logika.
Dunia antah berantah yang dinamai Dunia Hitam menyimpan ribuan misteri untuknya. Bukan hanya itu, banyak monster mengerikan yang hidup dan bisa berbicara layaknya manusia. Dan sewaktu-waktu bisa memakan sesama. Ara bergidik ngeri membayangkannya. Barang kali ada penyihir jahat yang tiba-tiba datang dan menyihirnya menjadi sapu. Sial. Menyapu satu istana akan begitu melelahkan.
"Makananmu mulai dingin," lirih Sean yang duduk di sampingnya. Mereka ada di meja makan sekarang. Duduk bersama puluhan pemimpin Pack lainnya. Bahkan, Arxein juga ikut bergabung di meja ini. Ara menoleh pada Sean. Tersadar bahwa dia hanya diam melamun sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Cruel Alpha [3]
Fantasy[FANTASY-ROMANCE-KINGDOM] 18+ Sean dipenuhi amarah yang menggebu. Ia bahkan membawa cambuk istimewanya untuk mencambuk Ara nanti. Namun, ketika ia mendekat pada gadis itu, Sean tercekat. Ia tak bisa menyiksanya. Terlebih lagi ketika mata indahnya me...