"Bercerita di luar terutama di musim dingin itu tidak baik untuk kesehatan, Luna."
Ara tertegun. Gadis itu langsung berdiri dan berbalik, menghadap siapa yang tengah berbicara padanya. Raut Ara terkejut, nampak tertangkap basah sedang melakukan suatu hal yang terlarang. Oh, sial. Moroi langsung bersujud di kaki Sean, tubuhnya gemetar takut.
"Alpha, a-ku bersalah. A-aku pantas di-dihukum mati," kata Moroi dengan terbata-bata. Namun, pandangan Sean tidak berada pada pelayan itu sekarang, dia malah menatap Ara dengan tenang.
"Kau benar. Kau mau menceritakan kelanjutannya Alpha? Dan tentu saja tidak di sini. Mungkin sesuatu yang lebih hangat?" tawar Ara. Nadanya begitu tenang dan dia sama sekali tidak terlihat takut. Sedangkan, Moroi masih bersujud menahan diri dari tangisan. Sean menyipitkan mata.
"Kau mema—"
"Ah, maaf, aku lupa," sela Ara tiba-tiba. Dia meringis. "Malam ini adalah malammu dan Angela, aku tidak seharusnya mengganggu. Mungkin lain kali saja berceritanya. Terima kasih, Alpha." Ara mengangkat bahu. "Moroi, bangun."
"Tunggu." Sean menatap Ara tajam. Kalimatnya barusan membuat Sean bertanya-tanya. "Malam apa?"
Ara menghela nafas pelan. "Suruh Moroi bangun dahulu." Dia meyakinkan Sean untuk membuat Moroi berdiri tegak. Pelayan itu akan mengotori tubuhnya sendiri jika terus bersujud.
"Aturannya, Alpha yang mengambil perintah." Sean meluruskan apa yang ingin dia lakukan dan Ara tidak boleh seenaknya meminta. Sebagai Alpha, biarpun pada Lunanya, tetap saja dia harus menyadarkan Ara bahwa posisinya lebih tinggi.
Ara diam beberapa saat. Oh, sepertinya Sean benar-benar marah akan hal ini. Dia tidak tahu sudah berapa lama lelaki itu mendengarkan. Akhirnya, Ara mengangguk, dia akan mengikuti kata Sean. "Tadi siang tabib mengirim jadwal bulanan. Mereka berkata ini adalah salah satu prosesi meneruskan keturunan. Itu artinya, malam ini kau harus bersama Angela, bukan? Lalu apa yang Alpha lakukan di sini?"
Sean seakan tersadar sesuatu. Dia membuang nafas kasar. "Yang lebih penting bagiku adalah apa yang Luna lakukan di sini malam-malam dengan seorang pelayan pembangkang?"
Ara tersenyum kecil. Senyumannya tidak terlihat tulus ataupun macam seseorang yang senang. Dia tersenyum karena merasa diintimidasi. Ara tidak ingin pelakunya merasa senang karena berhasil membuat Ara tertekan, jadilah dia tersenyum, meremehkan. "Bukankah Alpha sudah tahu? Mengapa masih bertanya? Aku yakin sedari tadi menguntit pasti mendapat banyak bukti dan informasi," balas Ara.
Sean menoleh ke belakang sekilas, membuat beberapa prajurit di belakangnya maju dan memaksa Moroi untuk berdiri. Pelayan itu menjerit kaget. Dia tersentak, meronta meminta dilepaskan dan berteriak meminta ampun pada Sean. Ara menahan amarahnya. Dia tahu, ini salahnya, bukan Moroi. Tapi, tentu saja Moroi yang akan mendapat akibatnya.
"Sean, lepaskan pelayanku," kata Ara dengan tenang.
Dalam sekali gerakan jari, para prajurit membawa Moroi pergi. Entahlah kemana mereka akan membawanya. Sial. Ara menjadi lebih panik sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Cruel Alpha [3]
Fantasi[FANTASY-ROMANCE-KINGDOM] 18+ Sean dipenuhi amarah yang menggebu. Ia bahkan membawa cambuk istimewanya untuk mencambuk Ara nanti. Namun, ketika ia mendekat pada gadis itu, Sean tercekat. Ia tak bisa menyiksanya. Terlebih lagi ketika mata indahnya me...