☘️ Happy Reading ☘️
Daily People’s Building.
Wang Yibo melempar tas hitam ke atas meja kerja, menyampirkan jaket pada kursi. Wajah tampannya terlihat masam karena situasi tadi, menyaksikan pria manis yang pergi bersama pacarnya. Sambil menggulung lengan kemeja, dia melangkah kembali ke luar ruangan wartawan. Langkahnya menuju ke pantry kantor. Selang lima menit dia sudah berjalan kembali menuju ruangan. Di depan meja kerjanya yang disekat kaca buram terlihat temannya, Ji Li, baru saja menghempaskan pantat pada kursi putar.
Aroma kopi yang menguar dari cangkir yang dibawa Yibo membuat Ji Li berpaling. Bibir tipisnya mengeluarkan dengusan serta memasang wajah tak percaya melihat penampakan temannya.
“Memangnya kau harus semasam itu pagi-pagi begini? Jangan mentang-mentang dirimu merasa tampan, Kawan,” Ji Li menggerutu dan mulai menyalakan komputer di atas meja kerja.
“Diamlah,” desis Yibo sambil meletakkan cangkir kemudian menempati kursi putar miliknya. Membuka tas hitam dan mengeluarkan kamera yang langsung ia sambungkan pada komputer yang baru saja ia nyalakan.
Ji Li mendecih mendengar balasan temannya. “Kau mendapat berita?” usiknya penasaran.
“Belum,” Yibo kembali hanya menjawab pendek. Mulai serius memperhatikan layar komputer yang menampilkan foto-foto Xiao Zhan. Sesekali tangannya mengangkat gagang cangkir dan menyeruput kopi.
Ji Li hanya menggeleng pasrah melihat perilaku temannya. Dia pun beranjak keluar ruangan berniat menyeduh kopi seperti biasa.
Wang Yibo berputar sejenak di kursinya sambil terus mengamati foto pria manis yang ia ambil gambarnya kemarin. Sosok menawan yang terlihat begitu indah diantara guguran bunga pucat yang tertiup angin.
“Xiao Zhan.. Seorang pelukis..”
Gumamannya mulai terdengar. Rasa penasaran pada sosok itu sangat luar biasa. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu dengan pemuda itu. Keningnya sedikit mengerut.
“Apakah dia sosok yang cukup terkenal?”
Sekian detik Yibo berpikir sampai ia memutuskan membuka internet. Tanpa pikir panjang menulis kata kunci di halaman Google.
Xiao Zhan.Matanya melebar melihat profil pria itu muncul di layar komputer.
Fotonya yang manis terpajang indah.
Wajah yang sempurna, mata indah itu dibingkai satu kacamata bening, seolah menatap dirinya yang sedang memelototi layar komputer. Bentuk bibir tipis dan garisnya yang ramah dengan titik hitam di sudut bawah. Potongan rambut setengah berombak dan sebagian jatuh menutup sisi kening.
Seorang pelukis China yang cukup mempunyai nama, memiliki galeri seni bernama The Fuller dan studio pribadi Zhan Art Studio. Lengkap dengan alamat dan peta. Salah satu lukisannya yang terkenal bernama, Beautiful Scenery.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSeorang wartawan tampan, kameranya secara tidak sengaja menangkap satu sosok yang berwajah seperti malaikat - itu menurutnya. Ia merasa keputusannya untuk datang ke taman Danau Barat menjadi sesuatu yang tak terlupakan. Sejak saat itu, dia seakan te...