☘️ Happy Reading ☘️
Jam digital yang berkilau masih berdiam di angka 7.00 AM saat Xiao Zhan mendengar bel apartemennya berbunyi. Dirinya masih bergulung dibalik selimut karena tadi malam ia tidak bisa memejamkan mata dengan benar. Dia kembali terpejam sewaktu bunyi bel berhenti, namun hanya sedetik suara itu kembali terdengar. Terpaksa bangun dengan wajah masam sambil melirik jam, Xiao Zhan menyeret langkah berjalan ke arah pintu dan tanpa melihat lewat lensa tengah, ia tergesa membukanya. Tapi satu sosok yang begitu cerah dengan senyum menawannya berdiri sambil menyapa.
“Selamat pagi..”
Wang Yibo tersenyum geli melihat wajah bangun tidur Xiao Zhan. Pria itu terlihat kusut namun mata beningnya masih tetap menyilaukan. Rambutnya acak-acakan serta baju santai putih yang membalut tubuhnya juga terlihat kusut.
“Kau – “
“Boleh aku masuk? Aku sengaja membuatkanmu sarapan. Dan – aku ingin memakannya bersamamu,” Wang Yibo menyela sambil melangkah satu langkah ke depan seolah tidak ingin menerima penolakan.
Xiao Zhan nampak serba salah. “Eh – aku – “
“Kau tidak mau?” Yibo memasang wajah kecewa.
“Bukan, itu – “ Xiao Zhan bingung sendiri. “Ya sudah, masuklah,” ia pun membuka lebar pintu dan membiarkan pemuda itu melangkah masuk diiringi senyuman.
Wang Yibo memandang berkeliling, matanya menyapu keseluruhan ruangan yang luas dan mewah. Langit-langit berukir yang digantungi kandelar kristal di ruang tamu, juga di ruang makan. Kombinasi warna yang sangat enak dilihat, semua barang-barangnya antik dan unik.
“Menyenangkan,” gumam Yibo.
“Duduklah, aku harus membersihkan diri,” Xiao Zhan mempersilakan lantas ia tergesa melangkah menuju pintu kamar. Tubuhnya sedikit gemetar sambil bersandar pada daun pintu. Berkali-kali ia berusaha menarik nafas dalam.
Kenapa dia bisa datang ke tempatku? Apa yang ingin dilakukannya? Aku belum tahu apa dia orang baik atau jahat. Apa yang harus aku lakukan?
Beberapa menit ia hanya duduk membisu di sisi tempat tidur. Perasaannya sangat tidak karuan. Jantung berdebar dengan segala kemungkinan yang membayangi benaknya. Walaupun dia berusaha untuk bersosialisasi lebih dengan banyak orang, namun dia belum pernah berada dalam satu tempat pribadi bersama orang lain.
“Apa aku harus menghubungi Vin?” gumamnya, namun sesaat kemudian ia menggeleng. “Tidak-tidak. Aku harus bisa sendiri. Aku harus bisa.”
Sekian menit kedua tangannya saling meremas, memejamkan mata dan menenangkan diri. Mengingat perkataan dokternya yang terus menerus membangun pikiran positif padanya.
Berfikir positif.. Yah positif.. Tenangkan dan rileks..
Xiao Zhan terus menyemangati dirinya sendiri, menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Terus ia lakukan berulang-ulang. Setelah merasa sedikit tenang, ia pun beranjak ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]
RomanceSeorang wartawan tampan, kameranya secara tidak sengaja menangkap satu sosok yang berwajah seperti malaikat - itu menurutnya. Ia merasa keputusannya untuk datang ke taman Danau Barat menjadi sesuatu yang tak terlupakan. Sejak saat itu, dia seakan te...