Blossoms 15

805 131 51
                                    

☘️ Happy Reading ☘️

Ruangan tamu apartemen itu kembali sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan tamu apartemen itu kembali sepi. Wang Yibo berdiam diri sejenak sambil menguasai diri untuk tidak emosional. Berkali-kali ia menarik nafas dalam, benaknya terus mencari rangkaian kata yang bisa ia ungkapkan.

“Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggungmu,” dia kembali berkata. “Tapi aku masih tetap ingin mengatakan, cinta adalah karunia Tuhan kepada jiwa yang peka, jiwa yang haus akan kasih sayang. Kenapa kau harus mencampakkan kekayaan cinta itu menjadi tidak bermakna?”

Pria manis itu serentak bangun dari kursi dan kini melangkah seolah ingin menjauhi pemuda itu.

Wang Yibo hanya menatap dan ikut bangun, ia pun beranjak mendekati Xiao Zhan yang kini berdiri di dekat bunga Lavender sambil terus berkata-kata.

“Dunia ini begitu penuh dengan keajaiban dan keindahan. Mengapa kau harus hidup dalam lorong sempit? Yang hanya melihat satu rasa disana tanpa bisa melihat sinar lain yang lebih bisa menerangimu?”

“Tidak perlu banyak kata, Yibo. Aku tidak pernah mengerti hal seperti itu,” Xiao Zhan menyela, namun kelihatan ia mulai gelisah.

“Kau hanya ingin menghindar dari perasaanmu sendiri, Xiao Zhan. Kau mengingkari bahwa kau juga menginginkanku. Aku benar, bukan?”

“Yibo, kau meminta lebih. Dia sudah bersamaku selama ini, menemaniku bertahun-tahun. Apa kau mengerti?” Xiao Zhan kini berbalik menghadap Wang Yibo yang hanya menatap dengan sorot mata sedih.

Pemuda itu menghela nafas, tangannya terulur menyentuh ujung bunga Lavender. “Terkadang, kau membuatku merasa kalau sebenarnya aku mempunyai kesempatan untuk bersamamu. Namun saat aku mencoba untuk mengambil kesempatan itu, kau membuatku sadar kalau aku sebenarnya tak pernah mempunyainya,” desahan berat mengakhiri kalimatnya. Tetapi dia kembali melanjutkan.

“Aku tahu, aku tidak ada apa-apanya dibanding dia. Semua yang ada padanya begitu sempurna, dia juga bisa menjamin hidupmu dalam kemewahan,” Wang Yibo mengeluarkan tawa miris. “Dan aku? Apa yang bisa dilihat dariku? Aku hanya butiran debu di mata kalian.”

Sejenak Xiao Zhan merasa sakit mendengar kata-katanya, ia menatap Wang Yibo yang hanya menancapkan pandangan pada bunga yang ia mainkan.

“Yibo, aku tidak pernah memandang seseorang dari status atau kekayaan. Aku tidak pernah menganggap mu seperti itu. Selama ini aku bahkan tidak menduga bisa dekat denganmu. Kau satu-satunya yang bisa mendekatiku selain Vin, bahkan mungkin – “ Xiao Zhan menghentikan kalimatnya sambil menatap pemuda yang kini berpaling menatapnya.

“Bahkan apa? Kau mau bilang kalau kau menyukaiku? Kalau aku sudah menarik hatimu saat ini? Tapi kau tidak bisa menerima karena merasa terikat pada dokter itu? Itu yang akan kau katakan?”

Xiao Zhan menggeleng-gelengkan kepala lantas beranjak mendekati meja bar. Sedikit gemetar ia mengambil satu botol minum dan menuangnya ke dalam gelas kecil.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang