Blossoms 37

802 113 24
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Beberapa saat suasana pernikahan itu terasa hening, tidak ada seorang pun yang berkata-kata melihat tiga pemuda diatas altar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat suasana pernikahan itu terasa hening, tidak ada seorang pun yang berkata-kata melihat tiga pemuda diatas altar. Mereka melayangkan tatapan bingung dan bertanya-tanya.

Vin menjadi sangat khawatir melihat tindakan Wang Yibo. Ia menatap panik pada Xiao Zhan yang matanya mulai berkaca-kaca.

“Yibo, kau tidak perlu melakukannya. Itu hanya cincin,” ia kembali berkata, masih mencoba meyakinkan si pemuda.

Yibo tersenyum sedih. Ia memandangi cincin di telapak tangannya.

“Cincin ini akan menjadi kenangan, setidaknya – aku memiliki hal yang pernah berhubungan dengannya. Lagipula kau akan memakaikan yang baru padanya.”

Sejenak pemuda itu menatap Xiao Zhan yang hanya menurunkan pandangan pada jari tangan yang kini kosong.

Xiao Zhan menatap hampa jarinya sendiri, merasakan seperti sesuatu yang terenggut dengan paksa dari hatinya. Kepalanya menggeleng lemah, gumaman kata ‘tidak’ terus keluar dari bibirnya.

Pelan Yibo mengusap bahu Xiao Zhan yang masih ia anggap kekasih. Dia sudah berusaha menguasai diri sebelum datang ke pernikahan kekasihnya, namun tetap saja, melihat Xiao Zhan berdiri di altar bersama orang lain membuat hatinya teriris. Sekuat tenaga ia menahan diri hanya demi kehormatan Xiao Zhan dan keluarganya. Andai ia mau, ia bisa saja membawa pria manis itu pergi dari pernikahannya sendiri. Tapi hal itu hanya akan menjadi aib bagi keluarga mereka. Dan ia tidak ingin mencoreng nama Xiao Zhan. Senyumnya berusaha ia tampilkan walau bibirnya sudah mulai bergetar.

“Aku harap kau bahagia, Zhan. Doaku selalu bersamamu,” lirih ia berkata.

Tatapannya kembali tertuju pada Vin.

“Maaf, aku mengganggu waktumu,” ia berusaha melebarkan senyum. “Aku benar-benar tulus mendoakan kalian. Semoga kalian bahagia.”

Sekali lagi Yibo menepuk bahu Vin.

“Aku pergi,” ia mengangguk singkat, lantas memutar tubuh menjauhi altar.

Sekilas ia melirik dan mengangguk pada dr. Michael, kembali mengangguk sopan sewaktu melewati Tn. Xiao dan mengucapkan terima kasih. Langkahnya terus menjauh sambil menahan sesuatu yang hangat, yang mulai menggenangi matanya.

Wang Yibo merasa dunianya kini begitu hampa, tidak ada tujuan, tidak ada semangat hidup. Dia berjalan pelan mendekati pohon Magnolia yang masih berusaha mempertahankan sebagian bunganya, berjuang melawan cuaca dingin dan ekstrim, walau pada akhirnya bunga cantik dan harum itu tetap jatuh dari tangkainya. Melayang tanpa daya, terhembus angin yang seakan ingin menggugurkan semua kelopak bunga dari pohon indah tersebut. Menyisakan tangkai dan ranting kering, tidak bisa menahan butiran salju yang kini mulai berjatuhan. Seperti kapas yang begitu ringan menempel pada dahan dan ranting yang bercabang. Cuaca saat itu seakan ikut menangisi hatinya yang hancur.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang