Blossoms 35

575 97 45
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Pagi hari, seperti biasa jam kerja kantor, Wang Yibo sudah berada di kursi kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari, seperti biasa jam kerja kantor, Wang Yibo sudah berada di kursi kerjanya. Namun alih-alih mengerjakan pekerjaan, ia nampak serius melihat-lihat brosur rumah. Sudah dari beberapa agen rumah ia kumpulkan, komplek perumahan bahkan rumah yang terpisah dari pusat kota.

Hari ini ia berencana untuk melihat dua sampai tiga rumah yang menurutnya cocok. Walaupun letak rumah itu sedikit jauh dari tempat kerjanya sekarang, tapi ia tidak terlalu mempermasalahkan soal lokasi. Baginya yang penting rumah itu nyaman dan juga cocok dengan selera Xiao Zhan, dimana pun daerahnya akan ia wujudkan untuk rumah impian mereka.

Di luar ruangannya, Ji Li terus memperhatikan. Karena merasa tidak ada pekerjaan yang mendesak, ia masuk dan menghampiri meja Yibo.

“Apa yang kau lihat?” ia berdiri di sisi meja.

Tersenyum cerah, Yibo memperlihatkan selebaran tentang rumah yang dijual.

“Kau mau beli rumah?” Ji Li melebarkan mata, merasa takjub dengan niat temannya.

“Hmm, kau lihat? Aku suka beberapa dari gambar ini,” Yibo menunjuk foto-foto rumah serta interiornya yang minimalis namun mewah. “Aku yakin Xiao Zhan menyukai interior seperti ini,” ia kembali berkata.

Ji Li ikut mengamati sambil memberi beberapa pendapat. “Tapi yang ini mahal sekali, Yibo. Jarak dari sini juga cukup jauh,” ia sedikit keberatan saat menunjuk harga yang tertera di brosur.

“Tidak apa-apa, asal Xiao Zhan suka,” jawab Yibo.

“Kau yakin mau beli yang ini? Apa Xiao Zhan benar-benar menyukainya?”

“Aku tahu seleranya, ini akan menjadi rumah kami setelah menikah nanti,” Wang Yibo terlihat bersemangat.

“Kau begitu mencintainya, Kawan,” Ji Li melayangkan tatapan prihatin. “Tapi kau bilang, kalau dia sudah lama tidak mengabarimu. Apa dia masih belum memaafkan semua yang terjadi?”

Sesaat bergumam pelan, Yibo mencatat nomor telepon agen rumah yang hendak dibeli.

“Aku akan menjemputnya setelah membeli rumah ini,” ia menyobek lembaran buku note. “Semoga belum ada pembeli lain.”

Yibo mulai bersiap-siap.

“Kau akan langsung pergi?” Ji Li memperhatikan.

“Setelah menelepon, aku akan langsung melihat kondisi rumahnya.”

“Berapa tabungan yang kau punya hingga bisa membeli rumah semahal ini?”

“Cukup untuk menghidupi kami berdua,” senyum Yibo seolah tak pernah lepas dari bibir. Benaknya sudah dipenuhi tinggal bersama Xiao Zhan di satu rumah.

Ji Li ikut tersenyum melihat semangat temannya.

“Semoga impianmu tercapai,” ia berkata tulus.

Senyum Yibo makin lebar menghias bibirnya.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang