Blossoms 27

763 120 22
                                    

🌸 Happy Reading 🌸

Sore hari, setelah siang itu diguyur hujan lumayan deras, akhirnya cuaca kembali terang memunculkan sinar hangat matahari sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari, setelah siang itu diguyur hujan lumayan deras, akhirnya cuaca kembali terang memunculkan sinar hangat matahari sore. Wang Yibo baru bisa menemani Xiao Zhan memasuki galeri seninya di jalan Laidu Line, hanya berjarak 200 meter dari Hangzhou Ecological Garden.

Ruangan galeri itu bernuansa krem dan putih, menghadirkan kesan minimalis dan modern. Lantai krem bening memantulkan cahaya lampu LED yang berderet di plafon warna putih. Seluruh dinding itu dipenuhi lukisan yang tergantung rapi.

Ada beberapa dinding berdiri sendiri yang khusus ditempeli satu lukisan. Ruangan utama dilengkapi satu patung rusa dari kristal yang berada di tengah-tengah.

Wang Yibo menatap berkeliling dengan tatapan kagum.

“Menyenangkan, sangat menakjubkan. Apa aku boleh mengambil gambar?” ia berbisik pelan.

Ruangan galeri itu hanya terdengar musik instrumen samar yang mengiringi pengunjung untuk melihat-lihat. Beberapa orang dan pasangan terlihat sedang mengambil foto.

“Boleh, aku membebaskan pengunjung untuk berfoto,” sahut Xiao Zhan.

Wang Yibo mengambil kamera dari dalam tas. Ia mulai mengambil beberapa spot dan gambar, namun kebanyakan ia mengambil foto Xiao Zhan yang sedang melangkah pelan menyusuri lorong lebar hingga buntu pada belokan tajam di ujung ruangan.

“Kau mengambil gambar seni atau foto diriku?” Xiao Zhan yang menyadari sinar kamera terus menerus tertuju pada dirinya melirik skeptis.

Yibo mengulum senyum hingga ia menghentikan kegiatannya dan menghampiri Xiao Zhan yang kini berdiri menatap satu lukisan yang terpisah dari yang lainnya.

Terpasang di dinding antara belokan ruangan dan dibatasi rantai di bawahnya, menandakan itu sesuatu yang pribadi dan tidak bisa di sentuh sembarangan.

Wang Yibo sedikit terperangah. Matanya nyaris tak berkedip melihat lukisan dirinya terpampang di dinding. Tapi itu bukan foto yang pertama ia berikan pada Xiao Zhan, melainkan foto satu lagi yang diminta pria manisnya saat itu.

“Bukankah itu aku?” ia bergumam, tangannya terulur hendak menyentuh permukaan lukisan.

“Hmm, fotomu,” Xiao Zhan menahan gerakan tangan si pemuda. “Jangan disentuh, catnya belum terlalu kering,” ia memegang jemari Yibo.

“Tapi ini bukan foto yang kau minta diawal.”

“Aku melukis dua fotomu. Yang satu ada di studio, kau bisa membawanya. Yang ini khusus untuk aku pajang disini.”

“Zhan?” Yibo seakan sudah tak bisa berkata-kata. Ia hanya menatap terharu pada Xiao Zhan yang berpaling padanya. Tangannya terulur membelai pipi halus itu dengan lembut.

“Aku ingin mengambil gambarmu bersama lukisanku. Kau berdiri disini,” ia memegang bahu Xiao Zhan dan mengaturnya untuk berdiri di sisi lukisan. “Menghadap padaku,” Yibo sedikit mundur sambil mengangkat kamera.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang