Blossoms 3

1.1K 190 23
                                    

☘️ Happy Reading ☘️

☘️ Happy Reading ☘️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zhan Art Studio.

Sore masih cukup cerah walau hembusan anginnya terasa mulai dingin. Di kursi putar dalam ruangan studionya, Xiao Zhan hanya duduk melipat kedua tangan di depan dada. Ruangan studio itu sangat luas dan lengkap, berada di jalan Tangmei Line, Hejia. Bernuansa putih dengan atap horizontal yang sebagian terbuat dari bahan transparan. Lantai motif kayu warna coklat muda, jendela kaca geser yang menghadap taman Ecological Tianzhi. Beberapa lukisan yang telah jadi menumpuk di dinding putih dekat lorong menuju pintu kaca.

Alih-alih melakukan pekerjaannya yang biasa ia habiskan waktu dengan melukis, Xiao Zhan malah termenung dari awal ia tiba di studio. Menghadapi satu kanvas kosong yang sama sekali belum ia isi dengan coretan kuasnya. Entah kenapa pikirannya mendadak buntu semenjak ia berkenalan dengan seorang pemuda yang tiba-tiba saja menghampiri. Dia akui pemuda itu sangat tampan walau gayanya begitu santai dan cuek. Dia juga terlihat ramah dan mudah bersahabat.

Namun yang mengganggu pikirannya bukan hanya itu, melainkan waktu ia menyentuh tangan pemuda itu saat keduanya berjabat tangan. Secara tidak terduga ia sama sekali tidak merasa takut atau cemas, justru sentuhan itu membuat dirinya merasa nyaman. Ia juga tidak mengerti apa yang terjadi. Sentuhan pemuda itu seolah menyalurkan rasa percaya dirinya lewat pegangan mereka.

“Wang Yibo..” gumamnya lirih. “Dia bilang namanya Wang Yibo,” Xiao Zhan berputar di kursinya, memejamkan mata sesaat.

Pemuda itu bilang kalau mereka satu apartemen. Walau tidak cukup yakin namun dia memang berada di tempat yang sama dengannya dan juga berada di lantai yang sama.

“Apa dia sengaja menungguku keluar saat itu? Kenapa dia bisa tiba-tiba menghampiri dan mengajakku berkenalan? Bahkan aku belum pernah melihatnya,” lagi-lagi Xiao Zhan bergumam, raut muka bingung. "Apa aku akan bertemu lagi dengannya? Aku hanya ingin tahu apakah aku benar-benar bisa bersentuhan tanpa rasa takut.”

Sedikit mendongak, Xiao Zhan menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Sesaat kemudian ia mendengar ponselnya berbunyi. Setelah mengusapkan telapak ke wajahnya, ia menggeser kursi mendekati meja kayu di dekat dinding dan meraih ponsel yang ia letakkan. Sekilas melihat nama yang tertera sebelum menjawab.

“Halo..”

“Kau sudah selesai?” pertanyaan dari suara lembut seseorang membuatnya melirik kanvas yang masih kosong.

“Hari ini cukup, mungkin besok aku teruskan,” ia menjawab sambil menumpukan sikut pada sisi kursi dan memijat pangkal hidung.

“Baiklah, aku akan menjemputmu,” suara seorang laki-laki itu kembali terdengar.

“Hmm, aku tunggu.”

Xiao Zhan bangkit dan setengah melempar ponselnya kembali ke atas meja. Melangkah mendekati kitchen set di pojok ruangan yang bersebelahan dengan kamar mandi. Mengambil satu botol minum dan satu gelas. Ia kini mendekati sofa panjang minimalis warna krem. Setelah menuang sedikit anggur putih, ia menyesap dan menyandarkan punggung. Sama sekali tidak berniat melakukan apapun, hanya terus minum sampai telinganya mendengar mesin mobil berhenti di depan pintu.

𝓝𝓮𝓿𝓮𝓻 𝓢𝓪𝔂 𝓛𝓸𝓿𝓮 [𝐄𝐧𝐝]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang