Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
Jennie POV🌼
Malam ini aku masih menginap di rumah Lisa, kesayanganku. Karena besok sampai lusa kalender masih merah. Merdeka!
Sebenarnya papa Seza ingin mengadakan pertemuan keluarga pekan ini, tapi karena daddy sedang tidak bisa meninggalkan perusahaannya, jadi kami undurkan waktunya.
Perusahaan daddy memang atas nama Lisa, karena saham papa Seza 70% lebih besar daripada saham daddy sendiri di sana. Kendati demikian, Lisa masih tidak mau terjun ke dunia bisnis, dia bilang dia ingin menjadi seniman, atlet, atau seorang photographer.
Aku mendukung apa pun yang ingin kekasihku ingin lakukan, selagi itu tidak membuatnya kesulitan dan tetap ada aku di sampingnya.
Tapi, jika kami hanya mengandalkan profesi itu di Indonesia, sepertinya ini tidak akan berjalan begitu mudah. Apalagi Lisa juga memiliki banyak penggemar di sini. Sudah pasti aku akan kewalahan menghadapi fans-fans alaynya.
Maka dari itu aku punya rencana untuk kami tinggal di luar negeri, di mana pun aku bersedia asal bersama Lisa. Sekalipun aku cinta Bandung, tapi aku tidak suka cara fans Lisa memandang Lisa, mereka akan mengandalkan kekasihku, dan apa jadinya jika aku terus menerus merasakan cemburu? Tentu saja aku tidak akan bisa hidup dengan tenang.
Jika waktunya pas, aku akan membicarakan ini dengan Lisa, sehingga ketika kami lulus sekolah ataupun kuliah, kami akan segera menikah dan berbahagia di luar negeri.
Saat ini, aku, Lisa, Yuki, Rose dan Jisoo sedang bermain monopoli, sedangkan Linyi dan kakak ipar sedang bermain catur, dipantau oleh papa Seza.
"Jen, ayo giliran lo" ucap Rose padaku.
Seketika Lisa melihat ke arahku dengan dukungan senyuman, sambil memberikan dua dadu dengan tempat gelas kecilnya.
"Ayo sayang, habis lewatin ini, kamu bisa beli negara-negara"
"Licik, satu tim dua orang, mana jago semua" pekik calon adik iparku.
"Iya bener Yuki" disponsori oleh Rose.
"Hahaha.. Tapi 'kan kakak gak ikut main de, cuma ngasih tau kak Jennie aja"
"Ah sama aja jadi dua lawan satu"
"Tau nih Lisa, harusnya Jennie jangan dikasih tau, 'kan dia juga bisa main monopoli sendiri" sekarang Jisoo yang bergumam.
Huhhffhh.. Mereka semua berisik sekali, protes hanya karena aku dibantu Lisa bermain monopoli.
"Sayang, sebentar ya, ada telpon dari pelatih basket"
"Em, cepet balik, bantuin lagi" aku merengek, dan Lisa mengecup kepalaku.
"Iya sayang" ia juga mengusap kepalaku, lalu beranjak untuk menerima panggilan dari pelatih basketnya.