Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Seza dan Eunseo mendatangi ruang di mana Jennie menunggu Lisa. Melihat calon menantunya menangis, Seza menghampirinya untuk menyampaikan berita yang akan merubah suasana hati Jennie, mungkin.
"Nak, Lisa tidak akan ditahan, juga tidak akan menginap di sini. Detik ini juga Lisa sudah bisa untuk kembali ke lapang, nak"
"Beneran pa?" tanya Jennie, ia mengusap air matanya lalu keluar dari pelukan sang ibu, Go Eun.
Seza pun menjawab sambil mengusap kepala Jennie. "Benar nak, hasil kesaksian Eunseo sudah dicatat oleh kepolisian, dan sekarang kami akan menuju ke lapangan untuk menangkap pelaku sebenarnya"
"Hiks.. Thanks God. Lisa emang gak pernah pake begitu begituan pa, Lisa anak baik, dia gak minum begituan, tapi punya doping sendiri"
"Iya nak, sudah Jennie jangan menangis lagi, dan kabari mama Yeaji, karena mama kerap kali gak percaya sama papa kalau papa bilang Lisa sudah bebas"
"Iya pa, nanti Jennie telpon mama. Aunty, makasih ya aunty" ucap Jennie lalu memeluk Eunseo hangat penuh terima kasih.
Seza tersenyum kepada Eunseo, lalu berbicara pada Min Ho. "Sepertinya setelah ini kita harus segera mengadakan makan malam bersama"
"Tentu tuan, tentu" ucap Min Ho begitu menghormati Seza, karena ia tahu siapa Sezahyun sebenarnya.
"Pa.." Lisa tiba dan memeluk ayahnya, Jennie tersenyum penuh syukur melihatnya.
"Kamu anak hebat Lisa. Tidak sedikit pun kamu gugup menghadapi ini" puji Seza pada putrinya.
"Karena kalian semua ada buat Lisa, terima kasih ya, papa, makasih ya pa, aunty Eunseo, mami, daddy.. terima kasih banyak"
"Ah kamu, kaya ke siapa aja, sekarang pelakunya lagi dicari polisi" ucap Eunseo.
"Kita balik ke lapang yuk?" ajak Lisa.
"Iya aunty"
"Hon, kamu masih tetep mau jadi pemain timnas?" pekik Jennie, lalu Lisa memeluknya.
"Enggak, bukan. Aunty kamu, aku mau aunty kamu dapet kesempatan. Aku udah mutusin buat mundur sejak awal, karena aku ngerasa itu bukan yang terbaik buat kita"
Betapa tidak egoisnya Lisa, sampai sampai yang ia pikirkan pada mimpinya pun hanya demi seorang Jennie. Ungkapnya melibatkan kata kita, seolah mereka memang benar-benar menjalani komitmen yang hebat.
Bagi Lisa tak ada yang lebih baik dari cintanya pada Jennie. Karena untuk apa mimpi, jika tidak bersama Jennie? Untuk apa kemenangan, jika tanpa persetujuan Jennie?
Selama ini Lisa menjalani segala pahit manis dengan kekasihnya, mana mungkin ia meninggalkan restu kekasihnya, dan tidak melibatkan keputusan Jennie di jalannya.