"Kenapa nilai kamu cuma 90?! Ini juga ranking kamu kenapa bisa turun gini? Enggak belajar kamu?!"
Plak! Bugh!
"ZADKIEL! Harus berapa kali Mama bilang, kalau kamu itu cowok! Kamu harusnya banggain Mama dengan menang olimpiade, bukan dengan lomba masak kayak gini!"
"Anak sialan!"
"Anak kurang ajar!"
"Mama nyesal melahirkan kamu!"
"STOP!"
Suara-suara dari ingatan masa lalu jiwa Riona itu terus mendengung keras, membuat jiwanya terusik dan terbangun di raga baru. Napasnya tersengal-sengal seperti habis berlarian panjang, ia menatap sekeliling ruangan yang ditempatinya.
Kedua mata Riona mengerjab beberapa kali, memastikan bahwa penglihatannya ini sama sekali tidaklah salah.
"Ternyata surga enggak jauh beda sama dunia tempat aku hidup dulu, ya," celetuk Riona yang masih tak sadar. "Kamarnya, perabotannya, nuansanya, semuanya sama."
Riona masih tak menyangka bahwa tempat yang ia kira surga itu sangat mirip dengan kamarnya semasa hidup. Namun, apakah ia benar-benar berada di surga?
Pasalnya Riona sendiri tak yakin jika amal yang ia lakukan selama hidup di dunia cukup untuk membawanya masuk ke dalam surga. Apalagi jika mengingat penyesalan itu, penyesalan karena telah menghancurkan hidupnya sendiri.
"Mama? Mama enggak apa-apa 'kan di dalam?"
Tubuh Riona menegang mendengar suara panggilan itu, suara manja dari putra bungsunya yang selalu mengkhawatirkan dirinya.
Ia tak sedang bermimpi, kan sekarang?
Riona mencubit tangannya sendiri. "Aw!" pekiknya tertahan. Ia mengusap bekas cubitannya dengan senyum kecil yang terlukis si wajahnya.
"Persetan! Mau ini mimpi atau bukan, yang penting sekarang aku bisa mengulang waktu kembali," gumam Riona kegirangan.
"Mama?" panggil Azriel lagi saat tak kunjung mendapat jawaban dari sang ibu.
Riona pun buru-buru turun dari ranjangnya dan hendak membuka pintu, tetapi niatnya diurungkan ketika mendengar suara Morfeo—putra keduanya, yang menegur Azriel di depan pintu.
"Lo ngapain sih pakai nanya-nanya segala ke dia? Enggak bakal di balas juga sama nenek sihir itu. Mending lo cepetan mandi terus turun makan ke bawah, Kiel udah selesai masak," tegur Morfeo dingin.
"Tapi, Bang! Nanti kalau Mama kenapa-kenapa di dalam gimana?" Suara Azriel terdengar tak tega, membuat hati Riona tersentuh mendengarnya.
Demi Tuhan, ia meruntuki dirinya sendiri di masa lalu yang dengan tega memukul anak-anak selucu dan semenggemas mereka.
"Kalau dia mati sekalipun bakal lebih bagus buat kita semua. Emangnya selama ini dia pernah merasa kasihan saat mukul kita? Enggak pernah, kan? Jadi, lebih baik kasihanin diri lo sendiri yang sebentar lagi bakal habis kalau dia tahu lo ikut lomba band lagi," sindir Morfeo sarkas.
Setelah sindiran itu, terdengar suara langkah kaki yang mulai menjauh membuat Riona terdiam dan menyandarkan punggungnya di balik pintu. Ia berlari kecil menghampiri kalender di atas meja laci dan mengambilnya.
Kedua mata Riona terbelalak kala melihat tahun yang tertera di sana. 20XX, artinya lima tahun sebelum kejadian pembunuhan yang direncanakan oleh keempat putranya.
Sekarang Riona jadi bertanya-tanya, apakah ia benar-benar kembali terbangun di masa lalu? Apakah ia kini diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...