"Mama, aku udah sembuh. Aku juga mau sekolah sama Riel, nanti ketinggalan pelajaran kalau liburnya kelamaan."
Pagi ini rumah Riona dan Wylan dihebohkan dengan aksi merengek Zadkiel. Pasalnya sudah tiga hari remaja itu belum juga diberikan izin untuk bersekolah, ia seolah menjadi tawanan rumah.
Belum lagi Morfeo dan Azriel dengan kompak menjahili Zadkiel. Sejak kemarin mereka terus mengejek Zadkiel dan mengatakan bahwa ia akan ketinggalan banyak pelajaran, belum lagi minggu depan sudah memasuki waktu ujian semester.
"No! Kamu enggak boleh ke sekolah dulu sampai benar-benar sembuh, lihat perban kamu aja belum bisa dilepas, kan?" omel Riona dengan galak.
"Tapi, Ma," sanggah Zadkiel cepat. Namun ia kemudian mengembuskan napas panjang, berdebat dengan Riona tak akan memberikan hasil, ia hanya akan mendapati mulutnya pegal.
"Udahlah. Biarin Zadkiel sekolah besok, lagian dia juga udah baikan 'kan," ucap Wylan yang baru saja datang dan ikut bergabung di meja makan.
Ia menghampiri Riona yang tengah sibuk menyendokkan nasi goreng di atas piring keempat anaknya, lalu menciumi kening wanita itu singkat. "Good morning, Ri."
Keempat remaja pria yang menyaksikan kemesraan orang tua mereka secara langsung sontak saling melempar tatapan jahil. Jarang-jarang mereka bisa melihat kemesraan kedua orang tuanya, yang ada hanya suara pertengkaran mereka setiap Riona berulah.
"Ekhem. Kita mah apa, cuma ngontrak di bumi," sindir Morfeo jahil yang disahuti oleh Azriel.
Sementara Riona yang mendapat ciuman pagi yang tiba-tiba serta godaan jahil dari anaknya membuat kedua pipi wanita itu merona seketika. Sudah lama ia tak mendapat perhatian seperti ini dari Wylan.
Dulu sebelum kejadian itu terjadi dan menewaskannya, Wylan perlahan-lahan mulai bersikap tak acuh padanya. Kemudian puncaknya saat wanita itu datang, mengambil paksa perhatian Wylan dan keempat anaknya dari Riona.
"Papa kalau mau mesra-mesraan sama Mama jangan di meja makan dong, kasian Bang Vian yang jomblo tuh," sahut Zadkiel yang langsung mendapat lirikan tajam dari kakak tertuanya.
Casvian yang hendak menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya pun terhenti mendengar namanya disebut.
"Emangnya kamu sendiri punya pacar? Gayanya aja banyak, tapi sendirinya juga sama-sama jomblo," sindir Casvian santai.
Azriel terkekeh. "Sesama jomblo enggak usah saling ejek."
Sindiran yang sasaran itu berhasil membungkam mulut Casvian maupun Zadkiel. Karena nyatanya mereka berempat sama-sama jomblo alias belum memiliki pacar atau kekasih. Bukan karena mereka jelek, tapi karena mereka memang enggan.
Hell, siapa yang tak mau berpacaran dengan mereka berempat? Gen wajah mempesona dari Riona dan Wylan menurun kental pada mereka. Belum lagi nama mereka berempat tak pernah absen untuk menyumbang piala dan menjadi siswa berprestasi.
"Udah-udah, ayo dimakan dulu itu sarapannya. Nanti kalau kalian telat masuk sekolah gimana? Mau kalian dijemur di lapangan lagi?" omel Riona seraya berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
Setelah mendengar teguran dari Riona membuat mereka semua diam dan duduk di tempat masing-masing dengan diam. Wylan juga sudah memulai sarapannya dengan sepotong sandwich yang sengaja ia minta karena ia jarang memakan nasi saat sarapan.
Beda dengan istri dan keempat anaknya yang memiliki perut khas Indonesia.
Tak membutuhkan waktu lama untuk mereka menghabiskan sarapan, kini tampak piring-piring yang berada di atas meja sudah tandas tak tersisa isinya. Dalam hati Riona merasa senang karena masakan yang ia buat disukai oleh keluarga kecilnya.
"Mama, Papa. Kita semua pamit, ya," ucap Casvian mewakili kedua adiknya yang lain.
Mereka menyalimi tangan Wylan dan Riona secara bergantian, kemudian membawa tas masing-masing dan beranjak keluar dari rumah itu, menyisakan sepasang suami-istri itu bersama Zadkiel di ruang makan.
Casvian yang kampusnya satu arah dengan sekolah ketiga adiknya memang selalu berangkat bersama dan tak lupa menjemput mereka ketika waktu pulang sekolah. Pasalnya hingga saat ini Wylan belum memberikan izin bagi Morfeo, Zadkiel maupun Azriel untuk membawa kendaraan sendiri.
"Ma, Kiel juga mau naik ke kamar lagi, ya," pamit Zadkiel setelah menghabiskan segelas susu hangat yang disuguhkan Riona.
Kepala Riona mengangguk pelan. "Iya, kamu istirahat aja di kamar. Jangan lupa minum obat juga, kalau butuh apa-apa chat Mama aja, atau panggil bibi," titah Riona yang diacungi jempol oleh Zadkiel.
"Mau diantar?" tawar Wylan yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Zadkiel.
Ayolah, ia hanya mendapat beberapa jahitan kecil di kepala. Ia bukan habis melaksanakan operasi geger otak atau hal berat semacamnya.
Setelah kepergian Zadkiel ke kamarnya, kini pasangan suami-istri itu benar-benar tinggal berdua di ruang makan. Tak ingin terus berada dalam suasana canggung, Riona pun memilih membereskan bekas alat makan mereka.
Saat tangannya hendak mengumpulkan bekas piring, Wylan langsung menahan pergelangan tangan wanita itu, membuat Riona refleks menatap wajah Wylan yang hanya berjarak beberapa sentimeter darinya.
"Mas!" pekik Riona terkejut.
"Biar bibi yang kerjain itu semua, Ri. Aku sengaja sewa banyak assisten rumah tangga biar kamu enggak perlu susah-susah kayak gini," tegur Wylan.
Ia tak menyukai jika wanita yang ia cintai harus lelah karena membersihkan rumah. Karena tugas ratu hanya untuk menemani sang raja di singgasana, bukan untuk membereskan istana mereka.
"Mau jalan-jalan gak?" tawar Wylan dengan kedua sudut bibir yang tertarik ke atas.
Jantung Riona mendadak berdegup kencang kala melihat senyuman Wylan. Sudah lama rasanya ia tak pernah melihat senyuman hangat dari pria yang ia cintai itu. Ia kini merasa kembali berjiwa muda dan seperti anak ABG yang lagi kasmaran.
"Mau enggak?" tanya Wylan lagi yang melihat Riona terus melamun.
"Kamu gak kerja emang? Perasaan tadi udah rapi mau pergi ke kantor, kok sekarang malah nawarin jalan-jalan?" tanya Riona.
Wylan terkekeh. "Bos mah bebas, kan."
Kedua mata Riona sontak memutar malas, ia mencibir kesal pada suaminya itu. "Justru harusnya bos itu kasih contoh yang baik buat karyawannya. Kalau bosnya aja malas kayak gini, gimana karyawannya?"
Tangan Wylan yang sedari tadi gatal kini terangkat dan mengacak-acak rambut Riona lembut seraya tertawa kecil. "Hari ini aku lumayan free, makanya lebih baik ajak kamu jalan-jalan daripada duduk di kantor seharian."
"Yuk, kita nge-date lagi," ajak Wylan lagi. "Kita makan di kafe yang biasa dulu kita tempati buat kencan pas masih pacaran."
Riona terdiam sejenak, tak mengiyakan tak juga menolak. "Kiel gimana? Nanti kalau dia butuh apa-apa gimana? Kasian kalau ditinggal."
"Kiel itu udah besar, Ri. Jangan perlakukan dia kayak bayi lagi, di rumah ini juga ada banyak ART, kan? Di luar juga ada supir sama satpam, mereka bakal jaga Kiel dan kabarin kita kalau ada apa-apa."
Hembusan napas panjang terdengar dari Riona, ada sedikit rasa tak rela di hatinya untuk meninggalkan Zadkiel si rumah seorang diri. Namun, ia juga meras enggan menolak ajakan kencan dari Wylan. Pasalnya pria itu selalu sibuk dan tak memiliki waktu bagi keluarganya.
"So, want to date with me, My Queen?"
Kali ini Riona langsung menganggukkan kepalanya pelan, walaupun terlihat masih ada keraguan di antara matanya. Namun, ia tetap tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Sure!"
----
To be continued....
Halo! Sekadar pemberitahuan kalau cerita ini bakal slow update, tapi yang pasti enggak bakal berhenti di tengah jalan kok! Cuma slow update doang.
Yuk Spam Next di Sini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...