Suara Casvian yang menimbun dalam pembicaraan itu tiba-tiba, membuat mereka berlima terkejut. Apalagi Riona dan Wylan yang kini saling memandang cemas satu sama lain.
Riona langsung berdiri dari duduknya. "Nak, denger dulu penjelasan Mama sama Papa, ya?" bujuk Riona.
Tubuh Casvian masih mematung. Niatnya ingin mengajak sang ibu untuk menonton parade bersama berakhir dengan mengetahui rahasia besar dari kedua orang tuanya.
Ia anak di luar nikah? Rasanya Casvian ingin tertawa besar saat ini. Menertawakan nasibnya yang hadir di luar pernikahan.
"Vian ... Vian enggak tahu harus bicara atau balas Mama dan Papa kayak gimana, Vian bingung," ucap Casvian linglung.
Ia seperti orang yang berada di luar kendali, merasa speechless setelah mengetahui fakta ini. Kaget, kecewa, marah dan sedih. Semuanya bercampur aduk dalam hati dan pikiran Casvian.
"Kita pulang, ya?" ajak Riona lembut.
Kepala Casvian menggeleng pelan seraya berusaha mencari kesadarannya kembali. "Mama sama Papa selesaikan dulu aja urusan kalian sama mereka. Vian butuh waktu buat sendiri, kalau udah selesai kalian bisa chat Vian. Nanti kita ketemu di pintu keluar."
Usai mengatakan kemauannya, Casvian pun berjalan meninggalkan tempat makan itu dan kedua orang tuanya. Riona yang hendak berlari mengejar Casvian ditahan oleh Wylan. Kepala pria itu menggeleng pelan, tanda melarang Riona untuk mengikuti putra mereka.
"Biarkan. Dia butuh waktu untuk dirinya sendiri dan dia juga bisa menjaga diri sendiri," ucap Wylan.
Keduanya kembali duduk di tempat semula dengan suasana yang lebih canggung daripada tadi. Riona memberanikan diri untuk menatap wajah keluarga Wylan seraya menghela napas panjang.
"Ibu ingat? Dia Casvian, cucu yang dulu Ibu ragukan identitasnya hanya karena lahir dari rahim wanita miskin seperti saya," ucap Riona santai, tetapi berhasil menusuk.
"Saya memang bukan orang pendendam, tetapi saya juga bukan orang pemaaf. Kalau saat ini Ibu ingin meminta maaf saya, sayang sekali saya belum bisa berikan maaf itu untuk Ibu. Rasa sakit hati saya masih belum bisa dihapus dengan mudah. Namun, saya sama sekali tidak pernah melarang Ibu bertemu dengan Wylan ataupun anak-anak saya."
Riona menelan ludahnya dengan kasar. "Pintu rumah kami terbuka dengan lebar selagi tujuan Ibu datang ke sana adalah untuk silaturahmi," sambung Riona.
"Sudah, kan? Anda sudah mendapat jawabannya, tinggal Anda yang menentukan akan bersikap bagaimana ke depannya," ucap Wylan angkat bicara, masih dengan pembawaan formal dan enggan. "Kami tidak memiliki banyak waktu, kami permisi dulu."
"Ayo, Sayang," ajak Wylan seraya menggandeng Riona untuk berdiri dari bangkunya.
Mereka berdua berjalan meninggalkan keluarga Wylan dengan tangan Wylan yang memeluk mesra dan posesif pada pinggang ramping Riona. Tak ada yang menyangka jika Riona sudah melahirkan empat anak dengan pinggang seramping itu.
Dari kejauhan ibu Wylan bisa melihat betapa besar cinta putranya pada Riona. Dari sorot mata dan perlakuan Wylan saja ia sudah bisa melihat hal itu.
"Apa kamu bahagia dengan pilihan kamu, Wyl?"
----
"Vian mau Mama sama Papa cerita semuanya ke kita, jangan ada ditutupin lagi. Vian enggak mau ada lagi rahasia, kita ini keluarga. Lebih baik kami mendengar semua ceritanya sekarang daripada kami harus mendengar ceritanya dari orang lain," tuntut Casvian.
Sepulang dari makan malam, mereka kini berkumpul di kamar hotel dengan tipe presidential suite room, khusus Wylan pesankan agar muat untuk keluarga kecilnya. Seusai kesepakatan bersama sejak awal, ketika malam terakhir di Australia mereka akan tidur bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...