Riona memijat keningnya yang terasa tegang sejak tadi. Tubuhnya lemas, kepalanya pusing, ditambah masalah Azriel yang tak bisa menerima kehamilannya. Semua itu membuat Riona pusing sendiri.
Walaupun ketiga anaknya yang lain tak menunjukkan penolakan seperti Azriel, tetapi melihat raut mereka yang tak terlalu senang membuat Riona paham bahwa semua anaknya juga tak menyukai kehamilan ini.
Bukan hanya Azriel.
Riona lagi-lagi menghela napas panjang, entah untuk yang ke berapa kalinya untuk hari ini.
"Kamu kenapa, Sayang? Ada yang sakit? Bawa tidur aja kalau kamu pusing atau mual," pinta Wylan yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Kepala Riona menggeleng pelan. "Aku cuma khawatir sama anak-anak, aku takut. Mereka pasti kaget banget sama kabar mendadak ini," gumam Riona lirih.
Wylan menghampiri Riona dan berjongkok di hadapan istrinya. Ia mengambil kedua tangan Riona dan mengelusnya.
"Jangan terlalu dipikirin, Sayang. Anak-anak pasti bakal mengerti seiring berjalannya waktu, jangan sampai kamu malah sakit dan stress," ucap Wylan dengan suara yang sangat lembut.
Kedua mata Riona berkaca-kaca, ia menyesali pilihannya sendiri yang malah ingin hamil kembali. Ia menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku gagal jadi ibu mereka, Mas. Aku takut mereka bakal jadi jauh lagi sama aku," racau Riona. "Aku marah sama diri aku sendiri! Aku kesal! Aku kecewa. Kenapa aku harus hamil lagi? Padahal seandainya aku gak hamil lagi mungkin mereka gak akan semarah ini."
Wylan langsung membawa Riona ke dalam pelukannya.
"Hei, stop. Berhenti bicara seperti itu lagi, jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Ini kehamilan yang kamu dambakan, kan? Jangan buat diri kamu stress lagi," bujuk Wylan berusaha menenangkan.
Melihat tingkah Riona yang seperti sekarang seketika membuat Wylan takut. Ia seperti melihat sosok Riona yang lama, yang sangat tertekan dengan kehamilannya.
Riona yang selalu membenci dirinya sendiri dan bayinya.
Dan ia tak ingin sosok Riona itu kembali hadir menghantui istri dan rumah tangganya.
"Aku bakal bicara sama anak-anak, aku bakal berusaha buat mereka paham. Jangan khawatir, ya? Sekarang mending kami istirahat," pinta Wylan.
"Tapi, mereka pasti bakal ngerti, kan? Aku gak mau kalau mereka ngerasa gak disayang lagi di sini," gumam Riona lagi.
Kepala Wylan mengangguk dengan pandangan meneduhkan. "Mereka pasti paham, Sayang. Mereka sekarang cuma kaget dengar beritanya, tapi pasti mereka bakal terima kok. Udah, ya, sekarang istirahat."
Ia menggiring Riona untuk berbaring di atas ranjang, kemudian menyelimuti tubuh istrinya dengan selimut tebal. Wylan menundukkan kepala, kemudian memberikan kecupan singkat di kening Riona.
"Tidur, ya. Jangan pikirkan apapun, semuanya akan baik-baik aja besok. Yang kamu harus pikirkan cuma kesehatan kamu dan anak kita," bisik Wylan.
----
"Boys, Papa di sini sama sekali gak mau menyalahkan kalian atau untuk saling menyalahkan. Papa minta maaf kalau keputusan Papa dan Mama untuk menambah anak membuat kalian keberatan, Papa minta maaf karena gak diskusi dulu sama kalian sebelumnya."
Azriel tampak mendengus sebal seraya duduk dengan wajah ogah-ogahan.
"Tapi, Papa mohon agar kalian jangan bersikap seperti ini pada Mama kalian," mohon Wylan.
Ia bahkan bisa mempertaruhkan harga diri dengan berlutut di depan keempat putranya sekarang demi Riona.
"Keputusan Papa sama Mama nambah anak itu gegabah tahu gak! Papa gak pikirin risikonya sama sekali, gimana kalau nanti Mama ada apa-apa? Umur Mama udah gak muda, Pa!" jawab Morfeo yang sedari tadi diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomansRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...