44. Hanya Mimpi Buruk

59.3K 11K 1.5K
                                    

"Kalian ini sebenarnya kenapa? Ada apa, Sayang?" tanya Riona bingung.

Sejak semalam anak-anaknya menjadi lebih manja dan tak ingin jauh-jauh dari Riona barang sedetik pun. Bahkan ketika Riona hendak ke kamar mandi, mereka ikut menunggui di depan pintu.

"Kamu juga kenapa, Mas? Dari semalam diam mulu, kayak orang punya utang lima miliar aja," tegur Riona heran.

Berbeda dengan keempat anaknya yang manja, Wylan malah lebih banyak diam. Pria itu terus melamun bahkan tak tidur sejak semalam, ditanya pun dia menjawab seadanya saja.

"Gak apa-apa," jawab Wylan seadanya.

Pikiran pria itu sangat kusut dan kepalanya terasa berat sekarang. Seolah mimpi semalam benar-benar nyata dan berhasil mengguncang batin dan jiwa Wylan. Ia menjadi bertanya-tanya, apa maksud dari mimpi semalam.

Semuanya terasa tak masuk akal bagi Wylan. Apalagi mimpi semalam juga sama seperti mimpi keempat putranya. Pertanda kah? Atau apa?

"Kalian ini sebenarnya kenapa? Kalau kalian begini terus Mama gak bisa tahu kalian kenapa dan ada apa. Kalian mimpi apa sih sampai segitunya?" ujar Riona frustrasi. "Mama bingung harus ngapain kalau kalian begini."

Casvian yang sedari tadi menunduk pun mengangkat kepala, menatap Riona dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ma," panggil Casvian lirih yang membuat kepala Riona langsung berbalik.

"Sebenarnya ... semalam kita semua mimpi yang sama, gak tau kenapa bisa gitu. Tapi, semua mimpi kita sama, persis banget malah." Casvian mulai berani bercerita walaupun sedikit tersendat-sendat. "Mimpinya kerasa nyata banget, bahkan Vian masih bisa ingat semua detail mimpi itu. Emosi-emosi yang ada di dalam mimpi itu."

Kening Riona mengernyit bingung. "Mimpi apa?"

Ia jadi bertanya-tanya, mimpi apa yang dilihat anak-anak dan suaminya sampai mereka terguncang hebat seperti sekarang.

Melihat putra sulungnya itu kembali terdiam dan termenung, Riona pun berjalan ke arah Casvian dan memeluk Casvian dadi samping. Ia mengelus kepala putranya yang tengah duduk di sofa.

"Cerita yuk, Sayang. Gak apa-apa, seseram apapun mimpi kamu itu Mama akan selalu jaga kamu. Mama bakal selalu jaga Vian dan yang lain, Mama juga bakal usir mimpi buruk kalian," ucap Riona lembut.

Merasakan kehangatan pelukan dari Riona, sedikit banyaknya mampu mengusir rasa takut dalam hati Casvian. Ia memejamkan mata sejenak dan membalas pelukan sang ibu.

"Dih, dia menang banyak. Malah keenakan dipeluk sama Mama," protes Azriel melihat sang kakak malah menikmati pelukan Riona.

"Gak usah sirik jadi orang, semalam juga lo yang dapat posisi meluk Mama, kan," tegur Morfeo seraya memukul pelan kepala adik bungsunya.

"Tapi 'kan yang meluk Mama di bagian kiri itu Abang!" protes Azriel balik setengah merajuk.

"Tetep aja lo juga meluk, kan," balas Morfeo tak mau kalah.

"IHH ABANG! NYEBELIN!" teriak Azriel yang merasa kalah debat dari Morfeo.

Suasana tegang di antara mereka sedikit banyaknya meluap karena aksi kedua saudara itu. Riona tersenyum melihat tingkah Azriel dan Morfeo yang tak pernah gagal.

"Jadi, kalian mau cerita sama Mama, kan? Mama gak mau loh jadi kayak orang bodoh yang gak tau apa-apa," ucap Riona diakhiri dengan wajah yang sengaja dibuat cemberut.

Casvian dan yang lainnya tersenyum lebar. Senyuman yang telah lama hilang itu kini kembali lagi di wajah mereka. Keempat bersaudara itu memenuhi satu sofa panjang dan duduk bersama memperebutkan Riona yang berada di tengah-tengah.

"Seburuk apapun mimpi kalian, Mama akan berusaha jadi ibu peri yang menghapus mimpi buruk itu," ucap Riona lembut, aura keibuannya terpancar begitu nyata. "Jadi, cerita ya."

Casvian mengangguk, mewakili ketiga adiknya yang lain.

"Sebenarnya semalam kita mimpi yang buruk banget. Kita mimpi ... kalau kita tega bunuh Mama," cerita Casvian dengan suara yang hampir menyerupai bisikan di akhir kalimatnya. "Tapi, sumpah! Kita gak pernah ada pikiran seperti itu, Ma. Gak pernah!"

Ia menegaskan kalimatnya, meyakinkan Riona bahwa ia tak akan melakukan hal itu sampai kapanpun.

Mendadak tubuh Riona menegang mendengar cerita putranya, tetapi ia berusaha menormalkan ekspresi wajahnya agar keempat anaknya tak curiga. "Lalu? Cerita aja dulu, nanti baru Mama tanggapin."

Casvian pun mulai menceritakan segala hal dengan detail tentang mimpinya dan saudara-saudaranya semalam. Sesekali Riona bisa merasakan ada emosi dalam kalimat yang diucapkan oleh Casvian, dan sesekali pula Zadkiel, Morfeo dan Azriel menimpali.

Dalam hati Riona benar-benar tak menyangka mendengar cerita putra-putranya. Apakah ini juga ulah sang Moirai? Pikir Riona.

"Mama, mimpi itu terasa nyata, bahkan sangat nyata. Vian ... Vian dan yang lain gak tahu kenapa bisa mimpi itu ada, tapi sumpah kami gak ada pikiran untuk melakukan hal itu, Ma. Kita bahkan gak pernah berpikir sedikit pun untuk melakukan itu," ucap Casvian mengakhiri ceritanya.

Riona melebarkan tangannya dan membawa keempat remaja pria itu ke dalam pelukannya.

"Cup, cup, cup. Iya, Mama tahu kalau kalian gak bakal lakuin hal itu ke Mama," bisik Riona lirih.

Walaupun dalam hati ia masih ingat bagaimana jelasnya rasa sakit akibat tusukan belati dari Azriel itu. Bagaimana pedasnya ucapan Casvian dan yang lainnya ketika ia berada di ujung maut.

Namun, Riona sendiri yakin bahkan saat ini pasti mereka tak akan lagi berakhir sama. Dia, suaminya, dan anak-anaknya tak akan lagi berakhir dengan perpecahan seperti cerita Casvian barusan.

"Semuanya hanya mimpi buruk, Sayang. Semuanya cuma mimpi buruk," bisik Riona meyakinkan.

Ia bukan hanya meyakinkan keempat putranya, tetapi ia juga tengah meyakinkan diri sendiri dan hatinya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa semua kejadian di kehidupannya terdahulu adalah mimpi buruk saja.

"Jangan diingat lagi, ya. Ibu peri akan menghapus ingatan kalian dan kalian gak akan ingat lagi mimpi itu," ucap Riona seolah-olah ia adalah ibu peri.

Ia mengacak-acak rambut keempat putranya secara bergantian dengan senyum lembut yang menenangkan untuk dilihat.

"Terima kasih, Mama," bisik Zadkiel lirih. "Walaupun itu sihir, ramalan masa depan atau apapun itu, Kiel yakin kalau saat ini kita sudah bertemu di waktu yang tepat."

Riona tersenyum, memeluk erat Zadkiel. "Belum, Sayang. Ini bukan waktu yang tepat karena belum berakhir bahagia, akan ada kehidupan lain yang berakhir bahagia dan dimulai dengan bahagia pula."

"Sudah sana. Kalian sarapan dulu, Kiel tolong panasin sarapan yang Mama buat tadi. Kayaknya udah dingin deh itu, takutnya gak enak lagi," pinta Riona.

Zadkiel mengangguk, kemudian beranjak dari sofa dan berjala ke dapur, diikuti oleh Morfeo dan Azriel yang juga sudah kelaparan sejak tadi. Hanya mereka gengsi untuk makan berdua saja.

"Mama gak makan?" tanya Casvian kini menjadi satu-satunya yang tersisa bersama Riona.

Riona menggeleng kecil. "Tuh, ada bayi besar yang satu lagi. Kalian makan duluan aja," ucap Riona seraya mengarahkan dagunya pada Wylan yang melamun.

"Kita duluan, ya, Ma. Kalau bayi besarnya masih gak mau dibujuk, Mama ganti aja sama yang baru. Yang lama dan suka ngambek itu buang aja," sindir Casvian sesaat sebelum beranjak.

----
To be continued...

Haii bestiee!! Aku balik lagi nih^^

Buat yang penasaran sama cast Riona dan Wylan bisa menyambangi Instagram aku, tapi buat yang gak mau pake cast dan udah punya bayangan sendiri lebih baik jangan. Aku juga sebenarnya pake cast karena buat konten promosi doang sih. Biar gak susah.

YUK SPAM NEXT DI SINI!!

Be a Good Mother [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang