Riona dan keempat putranya berjalan menuju sang ibu mertua yang tengah mendampingi cucu perempuannya, lebih tepatnya gadis yang menjadi pemeran utama dalam acara tersebut.
Tampak keempat remaja laki-laki itu berjalan dengan setengah hati, apalagi Casvian. Anak itu kini menggantikan posisi ayahnya dan memeluk Riona erat, wajahnya yang datar dan mata tajam selalu siap menatap sinis pada orang-orang yang melihat Riona.
"Ibu," panggil Riona pelan.
Ibu Wylan yang tadinya sibuk mengobrol dengan cucunya itu pun menolehkan kepala, menatap kehadiran Riona dan keempat cucu laki-lakinya dengan wajah terkejut.
"Kalian benar-benar datang?" seru tertahan wanita baya itu.
Ia langsung menghampirinya Riona dan membawa Riona ke dalam pelukannya, tak terlalu erat karena melihat kondisi perut Riona yang membuncit saat ini.
"Terima kasih sudah mau datang, Nak," bisik ibu Wylan seraya mengelus punggung Riona.
Kebetulan malam itu Riona menggulung rambutnya ke atas. Belakangan ini, Riona memang gampang gerah dan lebih suka jika rambutnya disanggul atau digulung ke atas.
Setelah melepaskan pelukan mereka, tatapan ibu Wylan pun beralih pada keempat cucunya yang menatap wanita tua itu tajam. Seolah ibu Wylan adalah musuh mereka.
"Sana, salaman sama Oma," pinta Riona saat melihat keempat anaknya masih saja diam.
"Tapi, Ma," protes Azriel yang langsung dihadiahi pelototan oleh Riona.
"Riel," tegur Riona diikuti gelengan kecil.
Dengan amat terpaksa, keempat remaja itu pun menyalimi tangan ibu Wylan satu persatu. Namun, bagi Riona itu sudah lebih dari cukup. Ia hanya tak ingin jika anak-anaknya nanti dinilai sebagai anak yang yang tidak memiliki sopan santun.
"Ah, kenalkan ini Maureen, anak Brandon dan Eva," ucap ibu Wylan.
Seorang gadis yang sedari tadi berdiri dengan gaun berwarna baby blue itu tersenyum manis, ia menyalami Riona dan keempat anaknya.
"Maureen, Tante."
"Selamat atas kelulusan kamu, ya." Riona melirik ke arah Azriel dan mengulurkan tangannya. Mengerti dengan maksud sang ibu, Azriel pun menyerahkan sebuah bungkusan pada Riona.
Riona kemudian menyerahkan totebag tersebut pada Maureen. "Ini ada hadiah dari kami semua. Cuma hadiah kecil, tapi semoga berguna buat kamu, ya."
Dengan senang hati Maureen menerima pemberian dari Riona. "Boleh dibuka sekarang, Aunty?" tanyanya tanpa malu.
Melihat sikap Maureen yang ceplas-ceplos dan percaya diri, membuat Riona tergelak. Ia mengangguk. "Buka aja, Sayang. Kamu pasti senang."
Setelah mendapatkan persetujuan dari sang pemberi kado, Maureen pun mengeluarkan sebuah tas alat rias dan menatap Riona tak percaya kala melihat merek alat make up tersebut.
"A-aunty? Ini ... " Rasanya Maureen tak bisa lagi berkata-kata.
Satu set lengkap alat make up Dior. Gadis mana yang tak akan terkejut luar biasa seperti saat ini? Walaupun ia berasal dari keluarga kaya raya, Maureen tak pernah diberikan izin untuk membeli riasan semahal ini.
"Kamu suka, kan? Itu Aunty sengaja beli yang cocok buat remaja seusia kamu," ucap Riona, masih dengan senyum lembut.
Maureen langsung menyimpan hadiah Riona tadi ke atas meja, kemudian berhambur peluk pada wanita itu. Ia memeluk Riona sangat erat. Tanpa mengenal Riona lebih lama pun, Maureen sudah bisa merasa nyaman bersama Riona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...