19. Vian Sayang Kalian

95K 14.4K 837
                                    

Azriel berjalan dengan langkah kalem dan pembawaan yang tenang, membuat auranya tampak berbeda dari biasa yang pecicilan dan bawel tanpa henti.

Zadkiel yang melihat tingkah aneh dari saudara kembarnya itu mendekati Azriel. "Tumben diam aja, nahan berak lo?" tanya Zadkiel setengah berbisik.

Mata Azriel mendelik tajam dan mendengus kesal. "Lagi di bandara, Bang. Harus jaga imej di depan orang-orang, biar gue dikira cowok cool sama mereka."

Zadkiel hampir tergelak mendengar jawaban aneh dari Azriel. Namun, dalam hati ia juga membenarkan perkataan Azriel. Saat ini keluarga mereka sedang menjadi perhatian para pengunjung di bandara, terutama para kaum hawa.

"Kiel, Riel, ayo kita udah hampir telat nih," ajak Riona setelah menyelesaikan urusan tiketnya.

Ia menggandeng tangan Wylan seraya berjalan seperti formasi biasanya, mereka berdua di depan dan keempat putranya di belakang saling bergandengan. Itu sudah seperti formasi wajib mereka ketika berpergian.

Begitu mereka hendak masuk ke badan pesawat, seorang pramugari dengan wajah ramah tersenyum ke arah mereka berenam. Wajahnya seolah tak mengenal rasa pegal untuk terus tersenyum.

"Selamat datang. Seat berapa, Bu?" tanya pramugari tersebut ramah.

Riona memperlihatkan boarding pass-nya yang berada di kantung tas pada pramugari tersebut dan langsung diterima dengan sopan. Ia membaca dengan teliti keenam buah lebar kertas itu.

"Baik, kelas bisnis dengan seat barisan paling depan, ya," ucap pramugari tersebut.

"Terima kasih, Mbak," ucap Riona tak lupa dengan senyum tak kalah ramah sebagai balas.

Ia pun menuntun keempat anaknya untuk duduk di bangku masing-masing sesuai tiket mereka. Riona bersama Wylan di sisi kanan, sementara keempat anak mereka duduk di di barisan kedua yang memuat empat kursi.

"Ihh, mau duduk sama Mama," ucap Azriel dengan wajah cemberut.

Hal itu justru dimanfaatkan oleh Wylan yang duduk bersebrangan dengan putra bungsunya, ia menjulurkan lidah ke arah Azriel dengan wajah mengejek.

"Yah kasian, enggak bisa duduk sama Mama, ya. Khusus liburan ini kamu sama abang-abang yang lain aja, Mama sama Papa mau bulan madu berdua. Buat adik baru untuk kalian," goda Wylan.

Azriel mendengus sebal, ingin sekali ia menghampiri sang ayah dan langsung mengamuk pada pria itu. Namun, niatnya tertahan kala suara pramugari yang khas menginstruksikan untuk menggunakan sabuk pengaman.

"Selamat pagi para penumpang yang terhormat. Selamat datang di penerbangan Elang Indonesia airbus 320 dengan tujuan Canberra, Australia. Penerbangan ke Canberra akan ditempuh dalam waktu 9 jam 25 menit di atas ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan laut."

Azriel dan saudara-saudaranya menikmati suara formal dari pramugari tersebut yang cukup menyenangkan untuk didengar.

"Perlu kami sampaikan bahwa penerbangan ini tanpa asap rokok."

Kepala Azriel mengangguk-angguk kecil seolah mengerti maksud ucapan pramugari tersebut, ia menolehkan kepala pada Morfeo yang duduk di sebelahnya.

"Tuh Bang, merokok dilarang di sini," tegur Azriel asal.

"Sejak kapan gue ngerokok anjir?" jawab Morfeo sewot tak terima.

Casvian yang mendengar kalimat kasar keluar dari mulut salah satu adiknya pun berdehem pelan, tetapi cukup tegas untuk membuat Morfeo sadar kesalahannya.

"Morfeo, jaga ucapan kamu," tegur Casvian singkat.

"Maaf, Bang."

Dalam hati ia meruntuki mulutnya yang tak bisa difilter dan diajak bekerja sama. Untung saja suasana hati Casvian sedang baik, membuat ia tak perlu menerima tatapan tajam dan ceramah panjang dari kakak tertuanya itu.

Be a Good Mother [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang