"Menurut kamu, anak kita nanti cewek atau cowok?" tanya Riona.
Kedua sejoli itu menghabiskan waktu mereka dengan cara mesra-mesraan di dalam kamar. Sejak pagi hingga pukul dua siang ini, Wylan dan Riona sama sekali enggan keluar dari kamar. Mereka hanya keluar untuk makan pagi dan makan siang, setelah itu kembali lagi ke kamar.
Untung saja keempat anak mereka sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Casvian pergi kuliah, sementara ketiga adiknya pergi sekolah.
Wylan? Jangan ditanya. Pria itu lebih memilih tidak ke kantor demi ayang yang lagi hamil. Semua bisa ia lakukan demi ayang.
"Aku pengennya cewek. Kan kita udah punya empat cowok," ucap Wylan, tak berhenti mengelus perut buncit Riona.
Wylan saat ini duduk dengan posisi menyandar di sandaran ranjang, sementara Riona ikut duduk di sebelahnya seraya bersandar di dada bidang Wylan.
"Aku pengennya cowok malah," celetuk Riona seraya mendongakkan kepala menatap Wylan.
"Kenapa?"
"Biar selamanya jadi ratu dan yang paling cantik di rumah ini," jawab Riona diselingi tawa kecil. "Enggak deh. Apapun jenis kelaminnya yang penting lahir dengan sehat dan sempurna."
Wylan tersenyum. Tangannya membelai surai panjang Riona yang diurai hingga mencapai punggung itu. Surai hitam legam milik Riona yang terasa lembut di telapak tangannya.
"Pasti dia akan sangat bahagia karena lahir dari rahim wanita terhebat seperti kamu," tutur Wylan.
Selama dan sesering apapun ia menatap wajah Riona, dia tak pernah merasa bosan. Wylan selalu dan selamanya menyukai setiap jengkal tubuh Riona, bahkan jika wanita sudah keriput dengan rambut memutih sepenuhnya.
"Dia akan lebih bangga karena punya sosok superhero yang hebat seperti kamu, Mas. Aku bahkan gak tahu bisa hidup tanpa kamu atau gak kelak," balas Riona sendu.
"Aku juga sama, Ri. Aku gak akan bisa hidup tanpa kamu karena aku membutuhkan kamu setiap hari dan setiap saat. Aku butuh dukungan kamu, aku butuh sosok kamu yang menjadi penyangga saat aku gak kuat," tangkas Wylan.
Tanpa sadar keduanya mengutarakan perasaan masing-masing dan menyatakan arti penting satu sama lain dalam kehidupan mereka. Wylan tak akan bisa hidup tanpa Riona, begitu pun dengan Riona.
Wylan mengubah posisinya menjadi duduk tegap, meletakkan kepala Riona dengan hati-hati di sandaran ranjang dengan dilapisi bantal. Ia membungkukkan tubuh di depan perut buncit Riona, mencium perut tersebut.
"Sehat-sehat di dalam, ya, Nak? Semoga kamu lahir dengan selamat dan jadi anak yang berbakti," bisik Wylan.
Saat Wylan menempelkan wajahnya di perut Riona, ia tiba-tiba merasakan satu tendangan kecil datang dari dalam rahim Riona. Tubuh Wylan tersentak halus, ia menatap Riona dengan wajah kaget.
"Barusan dia nendang, Ri," ujar Wylan terkejut.
Kepala Riona mengangguk dengan senyum lembut. "Iya, aku juga rasain. Belakangan ini dia mulai aktif gerak di dalam, udah bisa nendang," cerita Riona antusias.
Ada rasa hangat yang menjalar di dalam dada keduanya. Bagi Riona sendiri ini adalah sesuatu yang cukup spesial, karena dari empat masa kehamilan yang ia lewati, baru kali ini Riona bisa menikmati kehamilannya dengan hati bahagia.
Pada tiga kehamilan sebelumnya, Riona bahkan tak ingat kapan pertama kali ia merasakan tendangan putranya. Atau apa saja makanan yang ia idamkan pada trisemester pertama.
"Udah mulai pintar, ya, anak Papa. Udah bisa nendang, jadi makin gak sabar nunggu lahir," ucap Wylan tak kalah antusias.
Senyum di wajah keduanya terlukis sangat indah, seolah ingin memberitahu pada dunia betapa bahagianya mereka. Seolah ingin memberitahu pada dunia, bahkan inilah keluarga kecil mereka.
"Mas, aku kok tiba-tiba pengen makan cap cay seafood deh," celetuk Riona tiba-tiba yang langsung membuat perasaan Wylan menjadi tak enak.
"Apa lagi nih," batin Wylan menebak-nebak.
Ia menatap ragu pada Riona yang kini sudah tersenyum jahil. "Kamu ngidam lagi, Ri? Yaudah, aku pesanin cap cay yang biasa kamu beli, ya."
Saat Wylan hendak mengambil ponselnya yang berada di atas meja laci, Riona langsung menahan tangan suaminya. Membuat Wylan mengurungkan niatnya dan kembali menatap wanita itu.
"Kenapa?" tanya Wylan.
"Maunya hasil dibuatin sama kamu, Mas," pinta Riona dengan kedua mata yang berbinar.
Seketika kedua mata Wylan membulat dan melotot, tak percaya mendengar permintaan istrinya yang sangat membuatnya tertekan. Ayolah, jangankan membuat cap cay, memegang wajan saja dia belum pernah.
"Sayang ... jangan aneh-aneh, ya? Kita beli aja yuk? Kamu mau beli sampai borong satu restorannya pun aku gak bakal marah," bujuk Wylan yang lemas seketika.
Wajah Riona yang tadinya menatap penuh harap pada Wylan langsung berubah menjadi cemberut. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain, membuat Wylan menghela napas panjang.
Jika sudah begini artinya Riona benar-benar tak menerima bantahan.
"Sayang, tapi aku gak tahu masak loh." Wylan tampaknya tak mau menyerah untuk membujuk istrinya.
Pria itu hanya takut jika masakannya nanti membuat Riona dan calon anak mereka kenapa-kenapa. Jangankan memasak, membedakan garam dan gula saja ia tak tahu.
"Gak mau, Mas. Aku maunya di masakin kamu," ucap Riona keras kepala. "Ini permintaan anak kita loh, emangnya kamu mau kalau anak kamu nanti ileran?!"
Sudahlah. Jika kata-kata keramat para ibu hamil itu sudah keluar, artinya Wylan sama sekali tak memiliki harapan lagi.
Ia menghela napas panjang dan beranjak dari ranjang. Wylan mengambil ponselnya dan berjalan untuk membuka pintu kamar mereka.
"Kamu mau ke mana?!" tanya Riona sedikit judes.
"Kan tadi kamu yang suruh masak. Masa aku masaknya di kamar sih? Gak mungkin dong," sahut Wylan frustrasi.
Mendengar jawaban Wylan, wajah Riona langsung berubah memerah karena malu. Ia memilih kembali bungkam dan mengikuti suaminya untuk turun ke dapur.
"Hati-hati," tegur Wylan saat melihat Riona berjalan cepat menghampirinya.
Walaupun tengah dongkol, Wylan tetap memegang Riona dan membantu istrinya untuk menuruni tangga. Bukannya apa, kalau Riona sampai terpeleset bisa-bisa ia dijadikan sate oleh keempat putranya.
Sesampainya di dapur, Wylan menatap asing pada seisi dapur. Semua alat-alat memasak yang berada di dapur itu sama sekali tak Wylan ketahui fungsinya.
Ia hanya mengenal penanak nasi, wajan, panci dan oven.
Wylan pun menyalakan ponselnya dan mencari video tutorial memasak cap cay di aplikasi streaming berlogo merah itu, ia berusaha memahami setiap langkah demi langkah yang dilakukan.
Setelah beberapa menit mengulang-ulang video, Wylan pun kini merasa telah siap. Ia membuka pintu kulkas khusus bahan makanan. Seketika Wylan dibuat melongo dengan aneka ragam bahan makanan mentah yang ada di dalamnya.
"Ini yang namanya brokoli di video tadi yang mana, ya?" tanya Wylan pada dirinya sendiri.
Dalam hati ia berharap semoga Zadkiel cepat pulang. Setidaknya kalau anak itu pulang, ia bisa meminta bantuan. Apalagi kini di mata Wylan bentuk sayur-sayuran berdaun hijau di kulkasnya itu sama semua.
----
To be continued...
Haii Bestie! Papa Wylan dan Mama Riona come back!
Mama Riona aja punya ayang, masa kalian gak punya? 👀
YUK SPAM NEXT DI SINI BESTIEE!
1K KOMEN AKU DOUBLE UPDATE LAGI!
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...