30. Jangan Main-main

70.8K 11.3K 1.4K
                                    

Malam ini seisi rumah Wylan dan Riona dibuat sibuk untuk bersiap-siap, bukan bersiap-siap untuk tidur atau jalan-jalan. Tapi, malam ini perusahaan Wylan sedang mengadakan acara untuk memperingati hari jadi perusahaan yang ke dua puluh tahun.

"Boys! Ayo lebih cepat lagi, nanti kita terlambat. Masa yang punya acara telat sih," panggil Wylan sedikit berteriak dari bawah tangga.

"Sabar, Papa! Ini kancing kemeja Riel kelepas!" teriak Azriel dari dalam kamarnya.

Wylan menghela napas panjang. Lagi-lagi Azriel. "KEMEJA KAMU KAN BANYAK, RIEL. JANGAN KAYAK ORANG SUSAH!" balas Wylan berteriak.

"OH IYA! LUPA, PA."

Kedua mata Wylan hanya terpejam, menahan rasa frustrasi karena tingkah anak bungsunya itu. Azriel benar-benar anak yang ajaib.

"Aduh, apa sih teriak-teriak gitu. Ini rumah loh, bukan hutan," tegur Riona yang baru saja hendak turun dari tangga.

Sekali melihat saja Wylan langsung terperangkap dalam pesona Riona malam ini. Gaun hitam selutut yang ia kenakan dengan potongan leher berbentuk V menambah kesan dewasa pada diri Riona. Belum lagi rambutnya yang digulung ke atas, menampilkan dengan bebas leher jenjang Riona yang mulus.

Namun, saat melihat sepatu yang Riona kenakan, Wylan langsung meringis kecil. Niatnya yang ingin membantu Riona turun dari tangga pun diurungkan kala melihat Casvian datang dan buru-buru menggandeng tangan Riona.

"Sayang, astaga itu sepatu kamu tinggi banget. Ganti, ya?" bujuk Wylan, menatap khawatir pada pumps heels yang dikenakan Riona. "Nanti kamu gak nyaman kalau berdiri lama-lama pakai sepatu gitu."

"Ini cuma sepuluh senti loh, Mas. Biasanya juga aku pakai yang lima belas atau tujuh belas senti," ucap Riona dengan wajah polos. "Lagian di rak sepatu aku gak ada sepatu lain yang lebih pendek, sisanya cuma sandal."

Wylan berdecak sebal. Ia langsung meronggoh kantung celana kainnya dan nengeluarkan ponsel dari sana. Wylan menekan salah satu nomor mendekatkan layar ponselnya di telinga.

"Halo. Tolong belikan istri saya sepatu hitam yang gak terlalu tinggi, tapi kelihatan elegan," ucap Wylan. "Nanti kita ketemu di tempat acara."

"Baik, Pak," sahut asisten Wylan dari seberang sana.

Usai mengatakan perintahnya, Wylan pun langsung mematikan panggilan dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam kantung celana.

"Yaudah, nanti di sana kita ganti, ya. Kamu hati-hati kalau jalan," ucap Wylan.

Ia kemudian menggandeng tangan Riona dan menuntun wanita itu untuk berjalan keluar, diikuti keempat anak mereka yang telah rapi dan tampan-tampan di belakang.

Sebuah buah mobil Tesla hitam dengan body yang mulus dan mengkilap terparkir rapi di halaman rumah mereka. Wylan kemudian mengambil kunci dari supir dan membukakan pintu untuk Riona masuk.

"Kalian duduk di belakang, ya," ucap Wylan.

"Lah. Gak cukup itu, Pa. Aturannya Papa bawa dua mobil kek atau Bang Vian juga bawa mobil sendiri. Mobil Tesla mana cukup buat berenam," protes Azriel.

"Harusnya Papa bawa Van atau Bus aja," celetuk Morfeo yang sedari tadi diam.

Mata Wylan melotot. "Jangan ngada-ngada deh. Kamu duduk di bagian belakang aja, Riel."

Kini gantian Azriel yang melotot mendengar saran dari sang ayah. "Papa ih! Masa anak bontotnya mau disuruh duduk di bagasi sih?!" ucap Azriel kesal.

Be a Good Mother [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang