"Ck, ck, ck. Kalian ini berantem mulu, kapan kapoknya? Kalau cuma berantem mulut Papa gak akan larang dan marah, tapi ini? Ini udah kelewatan loh. Kalian sampai lempar-lemparan barang dan sampai kena ke Lyora."
Kedua remaja berbeda usia dua tahun itu menunduk dan berdiri bersama di hadapan Wylan.
Saat Wylan cepat pulang bekerja tadi, betapa kagetnya ia melihat Azriel dan Maureen saling melempar bantal dan berakhir mengenai Lyora. Ia langsung saja menghampiri keduanya dan memberikan Lyora dan Nalan pada Riona yang baru bangun tidur.
"Kalian kayaknya kalau cuma dikasih tau lewat mulut gak mempan, ya. Harus dikasih hukuman juga biar paham," putus Wylan.
Sontak kedua remaja itu membulatkan matanya dan saling menatap. Mereka refleks menoleh pada Riona yang duduk di sebelah Wylan, tetapi ibu mereka itu hanya menggelengkan kepala kecil seraya mengendikkan bahu.
Lemas lah sudah seluruh tubuh mereka. Tamat riwayat mereka jika begini ceritanya.
"Kiel! Ambil baskom yang isinya bawang merah di dapur, sama ambil juga baskom bersih dan dua pisau, ya," pinta Wylan seraya menatap putranya yang hanya menonton santai seraya memakan biskuit.
Zadkiel yang baru saja hendak kembali menyuapkan biskuit ke dalam mulutnya pun terhenti, ia mengangguk dan berjalan dengan mulut yang sibuk mengunyah santai. Seolah yang dihukum bukanlah siapa-siapa baginya.
Tak lama berselang, Zadkiel kembali menghampiri Wylan dengan satu ember sedang penuh berisi bawang merah dan satu ember yang masih bersih, juga dua buah pisau kecil sesuai perintah sang ayah.
Ia pun menaruh benda-benda tersebut di atas meja sembari tersenyum pada kedua saudaranya. Setelah itu, ia kembali duduk di tempatnya tadi dan melanjutkan aksi menghabiskan biskuit kesukaannya.
"Nah, karena Bi Inem baru aja beli bawang merah dua kilo dan semuanya belum dikupas. Sebagai hukumannya, kalian bantu Bi Inem buat kupasin bawang ini. Papa baik, kan?" ucap Wylan dengan senyum lebar.
Detik itu juga, Maureen dan Azriel berusaha meneguk ludah mereka dengan perasaan pasrah.
"Kalian gak boleh pergi dari ruang tamu kalau bawang ini semua belum selesai dikupas," pinta Wylan. "Tenang aja, Papa masih punya banyak waktu dan kerjaan buat temani kalian kupas bawang."
"Sekarang banget nih, Pa?" tanya Azriel. "Harus bawang gitu? Yang lain kek, yang lebih elit gitu."
Kening Wylan mengernyit dan salah satu alisnya ia naikkan. "Elit gimana? Bawang itu juga nanti kalian makan kok. Kalian suka kerupuk bawang, kan? Masa suka makan hasil olahannya, tapi gak mau pegang mentahannya. Jangan sok elit deh."
Azriel hanya bisa menghela napas panjang seraya ikut duduk di sebelah Maureen. Ia mengambil salah satu pisau dan mengambil satu siung bawang merah. Matanya menatap horor pada tumpukan bawang merah di dalam baskom itu, entah berapa lama ia dan Maureen harus berurusan dengan bawang.
"Ayo dikupas. Atau kalian mau lama-lama duduk di ruang tamu? Papa sih gak apa-apa, mau tidur di ruang tamu juga gak apa-apa," ucap Wylan santai.
Ia kemudian mengelus wajah Lyora dengan jari telunjuknya, bermain dengan bayi perempuan itu. Ia pun mengambil alih Lyora dari gendongan Riona dan menimang-nimang anak itu.
Memang ia dan Riona sudah sepakat untuk mengurus Lyora dan Nalan bersamaan. Wylan tak ingin memakai bantuan dari baby sitter, yang artinya ia juga harus ikut membantu menjaga Lyora dan Nalan. Apalagi kali ini mereka dianugerahi dua bayi.
Wylan sama sekali tak masalah jika harus menggantikan Riona menjaga Lyora dan Nalan yang bangun di malam hari. Baginya, buat bersama-sama maka mengurus pun harus bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...