Sudah lima bulan ini Casvian merasa sangat sepi, tak ada lagi sosok Alora yang biasanya datang menganggu atau sekadar menanyakan hari-harinya.
Tak ada lagi tawa Alora yang terdengar begitu menenangkan di telinga Casvian. Jika boleh jujur, Casvian ingin berkata bahwa ia sangat merindukan Alora.
Hingga puncaknya hari ini Casvian tak bisa lagi menahan diri, baginya masih ada banyak hal yang harus mereka tuntaskan setelah pembicaraan di hotel beberapa bulan lalu.
Casvian pun menghampiri Alora yang baru saja keluar dari gedung fakultasnya, ia menghadang jalan gadis itu yang sontak membuat Alora terkejut dibuatnya.
"Minggir, Vian. Gue lagi buru-buru," ucap Alora ketus.
Casvian menahan pergelangan tangan Alora, membuat niat melarikan diri gadis itu terhenti seketika. "Kita perlu bicara banyak hal, Kak. Mau sampai kapan lo hindari gue terus seperti ini? Lo gak capek bohongin perasaan lo sendiri?"
"Bohongin gimana sih?! Lo yang terus kejar gue, jadi gue minta lo berhenti. Gue risih tahu gak!" elak Alora yang masih berkeras.
"Lo sama sekali gak pintar bohong, Kak. Pokoknya kita harus bicara hari ini juga!" putus Casvian tak menerima bantahan.
Ia menarik pelan tangan Alora, membawa Alora menuju taman yang lumayan sepi dan jarang disinggahi oleh mahasiswa di sana. Sementara Alora yang serupa tahanan itu hanya bisa mengikuti langkah Casvian dengan wajah ditekuk.
Langkah mereka berhenti ketika sampai di taman area belakang kampus, bersamaan dengan itu pula Alora menghentakkan tangannya dan melepaskan genggaman Casvian secara kasar.
"Lo sebenarnya kenapa sih? Ada masalah apa?!" tanya Alora sedikit berteriak.
"Lo yang kenapa, Kak! Kenapa lima bulan terakhir ini lo jauhin gue tanpa alasan jelas? Cuma karena kejadian di hotel waktu itu? Basi tahu gak!" protes Casvian sama-sama emosi.
Urusan cinta, Casvian sudah tak bisa menahan diri. Semua ia lakukan demi ayang.
"Gue udah bilang, kan? Kita gak ada hubungan apa-apa, jadi lo gak bisa seenaknya menuntut apa-apa dari gue. Kita cuma teman, Vian," ucap Alora seraya membuang wajahnya ke arah lain.
"Tapi gue cinta sama lo, Kak! GUE CINTA SAMA LO!" seru Casvian frustrasi.
Kedua matanya terpejam, berusaha mengontrol gelombang emosi yang berdatangan dan hendak membuat dirinya kehilangan kontrol. Tidak. Casvian tak ingin bertindak kasar di depan wanita yang ia cintai.
Casvian tak ingin dipandang sebagai monster oleh wanita yang ia cintai.
"Gue cinta sama lo, Kak," lirih Casvian dengan kedua tangan yang terkepal.
Wajah Alora sendiri sangat terkejut mendengar penuturan dan pernyataan cinta Casvian yang begitu tiba-tiba. Casvian mencintainya? Bahkan dalam mimpi pun Alora tak pernah berani membayangkan hal itu.
"Sekarang udah jelas, kan? Hubungan kita jelas, kan? Jadi, gue mohon untuk jangan pernah mencoba menghindar lagi dari gue, Kak. Gue merasa sesak, gue merasa kesepian," gumam Casvian di akhir kalimatnya.
Alora berusaha mengubah ekspresi wajahnya menjadi dingin dan datar kembali.
"Jangan jatuh cinta dengan orang seperti gue, Vian. Kita beda jauh, bahkan gue gak pernah pantas dicintai sama lo," tukas Alora lirih seraya terkekeh hambar.
Casvian mengacak-acak rambutnya kasar. Ia masih belum bisa mengerti dengan jalan pikiran gadis di hadapannya saat ini.
"Apanya yang beda, Kak? Apanya?! Kita sama. Lo sama gue sama, kita berdua manusia. Jadi, apanya yang beda di sini?!" erang Casvian, ia seperti tak tahu lagi harus berkata dan merespon Alora seperti apa. "Ucapan dan alasan lo sama sekali gak bisa masuk di akal gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...