Saat Riona hendak memakan sarapannya, tiba-tiba saja rasa mual kembali menyerang. Hal itu membuat Riona buru-buru beranjak dari kursinya dan berlari kecil ke arah wastafel. Ia berusaha mengeluarkan isi perutnya, tetapi hanya cairan bening yang keluar.
Wylan yang melihat istrinya lagi-lagi diserang mual pun ikut beranjak, ia menghampiri Riona dan memijat tengkuk wanita itu.
"Kita ke dokter, ya? Udah dari subuh loh kamu mual-mual kayak gini, kenapa? Kamu ada salah makan atau masuk angin?" tanya Wylan khawatir.
Kepala Riona menggeleng pelan seraya berusaha melawan rasa mual dan lemas yang menyerang. Ingatannya tiba-tiba saja terlempar pada satu bulan lalu, saat Sang Moirai mengatakan bahwa mereka menitipkan satu jiwa dalam tubuhnya.
Apakah kini ia benar-benar hamil?
"Mas, beli tespek cepat!" pinta Riona tiba-tiba.
Sontak saja perintah wanita itu dihadiahi tatapan terkejut sekaligus bingung dari Wylan. "Buat apa, Sayang? Kamu kenapa?" tanya Wylan.
Riona menepuk sebal pundak Wylan. "Ish! Udah, sana beli dulu di apotek depan kompleks. Nanti kita lihat hasilnya sama-sama," pinta Riona sedikit memaksa.
Mau tak mau Wylan langsung menuruti perintah istrinya, ia berjalan ke arah meja makan dan menatap Casvian. "Vian, motor kamu kuncinya di mana?"
"Di garasi kok, tempat biasa. Emang kenapa, Pa?" tanya Casvian bingung. Tak biasanya Wylan menanyakan motornya.
"Papa pinjam sebentar, ya. Ke dekat kompleks, beliin sesuatu buat Mama," izin Wylan.
Bagi Wylan, walaupun motor itu dibeli dari uangnya, tetapi tetap saja itu sudah menjadi milik Casvian. Jadi, sebelum menggunakan barang orang ada baiknya untuk izin lebih dulu.
Setelah meminta izin dari Casvian, Wylan pun buru-buru ke garasi kendaraannya dan mengeluarkan motor sport milik putranya. Ia merenggangkan otot-otot tangannya sejenak, sudah lama sejak terakhir kali dia mengemudikan kendaraan roda dua seperti ini.
Sementara itu, Casvian yang melihat Riona kini menyandar di sofa pun menghampiri wanita itu. Ia mendudukkan diri di sebelah Riona dan memegang lengan Riona.
"Mama sakit? Akhir-akhir ini Mama sering banget sakit, mending kita ke dokter aja yuk, Ma? Minta vitamin atau apa gitu, biar Mama gak sakit-sakit terus," ucap Casvian lirih.
Riona menolehkan kepala menatap Casvian. "Vian pasti capek, ya, rawat Mama? Maaf Mama ngerepotin kalian semua belakangan ini," ucap Riona.
Sontak Casvian menggeleng. "Enggak, Ma. Mama sama sekali enggak ngerepotin, Vian juga gak pernah capek urus Mama. Vian cuma gak suka kalau Mama sakit terus, Vian gak tega liat Mama lemas kayak gini. Vian mau Mama tuh sehat, senyum dan ketawa terus, enggak tidur terus."
Hati Riona terenyuh mendengar ungkapan tulus dari putranya.
"Makasih, ya, Sayang."
Kini ketiga anaknya yang lain juga ikut menimbrung dan memeluk Riona yang setengah berbaring. Sarapan tak lagi mereka perhatikan atau habiskan, yang lebih penting adalah memastikan ibu mereka baik-baik saja.
Selang beberapa menit terdengar suara motor memasuki halaman rumah, diikuti Wylan yang berjalan dengan menenteng sebuah plastik hitam kecil di tangannya.
Ia menyerahkan plastik tersebut pada Riona, yang langsung diterima oleh Riona.
"Buat apa sih, Sayang? Buat siapa itu tespeknya?" tanya Wylan yang masih bingung.
Riona merotasikan matanya. Astaga, suaminya ini benar-benar membuat Riona gemas.
Memangnya perempuan di rumah ini ada siapa lagi kalau bukan dia? Masa Casvian atau Azriel yang mau pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...