"Mama, ayo turun sarapan," ajak Casvian setelah mendapatkan izin untuk masuk ke kamar orang tuanya.
Ia sama sekali tak mengindahkan adanya sosok Wylan di kamar itu, ia hanya memanggil Riona dan berbicara dengan Riona seorang.
Semenjak percakapan mereka pada malam terakhir di Australia, Casvian benar-benar marah kepada Wylan. Ia bahkan mendiami pria itu semenjak seminggu belakangan ini, tak berbicara atau menyapa Wylan sepatah kata pun.
Bagi Casvian, lebih sakit mendengar cerita penderitaan sang ibu selama ini daripada mendengarkan fakta bahwa ia adalah anak di luar nikah. Apalagi setelah mengetahui semua ini Casvian perlahan mulai mengerti dengan apa yang diperbuat oleh Riona beberapa tahun belakangan padanya dan keempat adiknya.
Casvian benar-benar menyayangi Riona, bahkan lebih besar dari alam semesta ini.
"Abang, ayo duduk dulu di sini sama Mama," ajak Riona seraya menepuk tepi ranjangnya.
Tanpa menjawab, Casvian hanya langsung berjalan mendekati Riona dan duduk sesuai perintah wanita itu. Ia menatap khawatir sang ibu yang wajahnya tampak memucat dari biasanya.
"Mama lagi sakit? Kok pucat banget sih, Ma," tanya Casvian khawatir.
Kedua sudut bibir Riona tertarik membentuk senyuman yang cukup indah, kontras dengan wajahnya yang pucat.
Sementara Wylan yang mendengar penuturan putranya sontak mendekat ke arah istri dan anaknya, ia meneliti wajah Riona yang polos tanpa riasan pagi ini.
"Sayang, ada apa? Are you okey?" tanya Wylan ikut khawatir.
Ia berniat memegang kening Riona, tetapi langsung ditepis oleh Casvian yang menatapnya tajam dan dingin. Anak itu mengeluarkan aura permusuhan yang kuat dengan Wylan.
"Jangan sentuh Mama!" bentak Casvian kasar.
"Papa cuma mau pastiin keadaan Mama, Vian!" balas Wylan tak terima.
Di lain sisi Wylan merasa berhak untuk menyentuh istrinya dan memeriksa keadaan Riona yang pasti sedang tak sehat, sementara di sisi lain Casvian merasa Wylan adalah sosok berbahaya yang harus dijauhkan dari Riona.
Ia takut. Ia takut jika Wylan berada di dekat ibunya, maka Wylan akan menyakiti Riona lagi.
"Pokoknya Papa jangan dekat-dekat sama Mama! Jangan coba-coba sakiti Mama lagi!" ucap Casvian seraya memeluk Riona erat.
Wylan menghela napas panjang dan pasrah, ia memilih mengalah dan menjauh sedikit dari Riona dan Casvian. Daripada membuat ribut di pagi hari, Wylan memilih menjaga Riona dari jauh saja. Lagipula ia yakin jika Casvian bisa diandalkan.
"Nak, jangan seperti itu sama Papa kamu. Papa kan juga sudah minta maaf dan Papa juga sudah berubah, Papa tidak seperti dulu lagi. Selama ini juga Papa yang selalu urus Vian dan adik-adik dengan baik, kan?" tegur Riona lembut.
Casvian terdiam. Ia merasakan tangannya diusap oleh telapak tangan lembut milik Riona.
"Papa cuma mau memiliki Mama, caranya memang tidak bisa dibenarkan. Tapi, kamu tidak boleh bersikap seperti ini sama Papa kamu, bagaimana pun dia tetap Papa kamu dan adik-adik kamu. Jangan jadi anak yang durhaka, ya, Nak," pesan Riona.
"Sejahat apapun Papa, dia tetap papa kamu. Mama ceritakan semua ini ke kalian bukan karena mau kamu seperti ini, tapi kami mau kalian tidak mengulangi kesalahan kami di masa lalu."
Kepala Casvian tertunduk, ia mencuri pandang ke arah Wylan yang masih berdiri santai di ujung ruangan. Wylan tampak menikmati adegan ibu dan anak itu, seperti menonton drama Korea yang sedang trend.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Good Mother [Terbit]
RomanceRiona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati dalam penyesalan. Namun, di tengah penyesalan itu tiba-tiba saja ia kembali terbangun di masa lalu, tepat lima tahun sebelum kejadian pembu...