Pangeran Kampus

479 62 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Mobil Jeno berjalan mundur terparkir rapi diantara mobil lainnya. Jeno mematikan mesin lalu melepaskan seatbelt nya.

"Kak Jeno. Sumpah ya, dari tadi gue ngomong gak di tanggepin sama lo!"

Jeno masih bergeming. Tangannya terulur ke jok belakang mengambil tas laptopnya.

Minju mengambil tangan Jeno, lalu ia berikan sebuah plester pada Jeno. "Tutupin lukanya pake ini!" kata gadis itu sebelum dirinya keluar dan menutup pintu mobil Jeno cukup keras.

Brak!!

Mungkin kebanyakan lelaki melihat tingkah Minju akan geram. Udah nebeng di mobilnya, nutup pintu mobilnya di banting pula. Tapi tidak untuk lelaki bermata sipit ini. Alih-alih merasakan kesal pada Minju, justru Jeno mengulum senyumnya dan melirik pada telapak tangannya ada plester pemberian Minju.

"Makasih!" gumam Jeno.

Disisi lain, Minju berjalan cepat menuju gedung fakultasnya sambil misuh-misuh gak jelas. Tanpa dikasih tahu pun, Minju tahu akar permasalah wajah Jeno dan Jaemin babak belur begitu.

Minju marah sama Jeno. Tentu saja ia kesal, ketika orang yang disukainya dengan orang yang menyukainya saling adu kekuatan hanya karena dirinya. Rumit memang.

Minju tidak suka seseorang yang menyakiti Jaemin, termasuk Jeno sendiri. Karena sampai kapanpun, Minju tetap menaruh perasaan pada lelaki itu, tidak peduli sudah di tolak atau tak berbalas. Toh itu hak dia menyukai siapa saja kan? Minju akan terus mengejar dan memperjuangkan cintanya kepada Jaemin.

Namun, disayangkan. Minju belum tahu kalau Jaemin sudah memiliki hubungan rahasia dengan teman Minju sendiri—Jeon Heejin.

Ting

Heejin : gue nyerah ya, Jen!

🍫🍫🍫🍫









Brakk

"Maaf Mas saya gak sengaja!" ujar seorang pelayan perempuan  sambil membungkukkan badannya. "Sekali lagi saya minta maaf, saya ganti minumannya, Mas."

Laki-laki bertubuh tinggi itu terkekeh pelan sambil berdiri menghampiri pelayan itu.

"Lo bisa gak kerja yang bener?" sentak laki-laki itu.

"Saya gak sengaja, Mas..."

Lelaki jangkung memutar bola matanya malas. "Lo udah ngacauin hari gue,"

Pelayan itu menunduk pasrah, untung situasi cafe sore ini cukup sepi.

Koeun dari arah samping bergegas menghampiri kericuhan itu.

"Dia sudah minta maaf! Lo gak liat? Dia gak sengaja ngelakuin itu." ucap Koeun cukup tegas.

Lelaki itu menyeringai dan selangkah lebih maju mendekati Koeun.

Refleks. Koeun mendorong sedikit badan lelaki itu.

"Beraninya lo—" lelaki itu hendak melayangkan tamparan, namun ditahan oleh seseorang.

"Mau apa? Hah?" tanya Hendery. "Mau mukul dia? Gak malu apa? Badan gede beraninya sama cewek. Atau jangan-jangan... lo emang bencong? Kolor lo hellokitty yaa??"

Seisi cafe menahan tawanya, humor yang dituturkan Hendery ini cukup lucu.

"Sialan!" lelaki itu langsung berjalan keluar tanpa membayar sepeserpun. Padahal, dirinya sudah memesan beberapa makanan dan minuman.

"Sekali lagi makasih ya!" ujar Koeun dan satu pelayan tadi.

Hendery tersenyum dan mengangguk.

"Gue pesen americano satu ya!"

Koeun mengangguk. "Minum disini?"

"Iyalah! Ge pe el yaaaa,"

Koeun sedikit tertawa. "Iyaa tunggu sebentar!"

Hujan di luar membuat Hendery enggan untuk pulang, apalagi dia tidak membawa kendaraan kesini. Ia merutuki dirinya sendiri kenapa tidak mengiyakan tawaran kakak nya untuk membawa mobil. Mungkin tidak, Hendery terjebak dalam hujan, di cafe, seperti sekarang ini.

Tapi, gapapa. Hendery menikmati, menghisap rokoknya yang terselip antara jarinya. Matanya tertuju keluar, Hendery mengembuskan napas dalam. Udara dari hujan ini membuatnya jatuh cinta, dingin dan menyejukkan. Rasa penat dan kesibukkannya kali ini perlahan terbayar oleh cuaca dingin ini. Hendery suka hujan.

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, adzan magrib sudah terdengar berkumandang. Hujan sudah tidak sederas tadi, mungkin dia harus segera pulang. Tapi pakai apa?

Hendery belum pernah memesan grab atau gojek sebelumnya, menginstal aplikasinya pun tidak. Ia berpikir untuk naik bus, namun jarak ke halte sepertiga dari jarak sini ke rumahnya, jadi percuma saja.

Dirinya melihat kearah luar, nampak seorang gadis sedang menyalakan mesin motornya. Hendery langsung bergegas menghampiri gadis itu.

"Heh!"

"Gue nebeng yak!"

Bukan Hendery namanya kalau gak punya rasa malu.

Koeun mengernyit heran. Pangeran kampus baru saja meminta nebeng?

"Gak salah?"

"Rumah lo dimana?"

"Gue tinggal di kosan,"

"Iya dimana?"

"Kosan VC Bu Hyo!"

"Ohhh searah itu, ngelewatin rumah gue. Bareng yaa?"

Koeun dengan mudah mengangguk.

"Lo yang ba—"

"Lo aja yang bawa motornya, gue males!"

"Ck nyusahin, udah mah nebeng." Gerutu Koeun.

Hendery tergelak. "Langka loh, gue boncengan sama cewek!"

"Gak peduli!"

Hendery tertawa kembali. "Iya iya serah lo! Kayanya lo belum tahu siapa gue!"

Udah! Lo incaran semua cewek kampus kan? Batin Koeun.

"Sok hits lo! Yaudah buruan naik."








TBC!!!

Maaf kalau sedikit.

Jangan lupa apresiasinya ya teman-teman. Dengan senang hati aku menerima saran dari kalian, sebelumnya aku peringatkan ini hanya fiksi penggemar. Jangan benci karakter yang aku bikin yaaa :)

Terimakasih yang sudah membaca♡

Kosan Vanilla Chocolate || NCT DREAM ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang