"Makasih loh, Jen!" ucap Haechan menepuk punggung sang teman. "Gue gatau lagi, nasib gue sama Shuhua kemaren malem bakal gimana,"
Jeno gak jawab, dan membuka dompetnya lalu ia bayar bengkel, atas motor Haechan. Tapi, Haechan nahan, soalnya kan motor dia sendiri, masa Jeno yang bayar bengkel sih
"Jen? Apa-apaan sih lu, biar gue aja."
"Gue gabisa ngebantuin orang setengah-setengah!" jawab Jeno.
"Yagagitu lah, kalo gini jadi enak."
"Dah ah, mau jemput Minju gue," ucapnya sambil mengambil langkah panjang menuju mobilnya.
Haechan melongo, ini bukan sekali dua kali Jeno selalu bantuin dia, bukan dia aja, mungkin semua temen, termasuk anak kosan.
Jeno tuh bakal baik banget kalau temennya bener-bener butuh. Aneh aja sih, sampai saat ini ada aja yang anggap Jeno gak asik, gak ramah, bukan temen yang baik, dan masih banyak lagi. Padahal aslinya Jeno tuh peduli, dan baiknya Jeno tuh pas dan tepat sasaran. Gimana gak betah temenan sama Jeno, apalagi si Haechan yang mental gratisan.
"Makasih, cong. Semoga rejeki lo lancarrrr tujuh turunan. Aamiin!!"
🍫🍫🍫
"Kak Renjun? Temen aku ada yang suka."
Renjun yang lagi jalan sambil bawa karton bekas praktek langsunh berhenti dan noleh ke belakang. Ada sekumpulan mahasiswa tingkat 1 yang manggil namanya.
Pada dasarnya Renjun tuh judes mukanya, bikin mereka yang tadinya excited mau comblangin, jadi mengurungkan niatnya, karena tatapan Renjun.
"Apa?"
"Eung—serem banget mukanya," bisik salah satu cewek pada temennya. "EHH?? Temen aku nih, si Ningning suka sama kakak." katanya sambil narik Ningning ke depan terus ngedorong pelan, yang bikin Ningning nubruk dada Renjun.
"Aduh kak maaf," Ningning nunduk, sambil senyum-senyum.
Renjun mundur selangkah. "Apa?"
"A-aku mau minta foto boleh?" tanya Ningning agak gugup.
Renjun natap Ningning intens, bikin Ningning gak kuat liat wajah kakak tingkatnya ini. "Kalau kakak gak mau, gapapa."
"YA PASTI MAU DONGGG!!!" suara melengking Nakyung terdengar. Gadis itu langsung menghampiri Renjun dan beberapa adik tingkat ini.
"Sejak kapan lo disini?" tanya Renjun.
"Gak penting, mana hpnya biar gue fotoin." ucap Nakyung.
"Gue—"
"Sstttt!! Ayok cepet," potong Nakyung mengarahkan agar Ningning dan Renjun berdiri bersampingan.
"Ishh gitu banget gayanya,"
"YA HARUS GIMANA LEE NAKYUNG?"
Pipi Ningning udah merah. Antara seneng dan malu. "Ya gimana kek, datar banget muka lo,"
"Naaa...?" panggil Renjun. Jujur dia gak suka foto.
"Udahhh, gaya aja sih apa susahnya. 1 2 3...."
Cekrek
"Gaya lo kaya bapak-bapak anjir, lagi-lagi!"
"Udahhh!!"
"LAGII!! KASIAN TUH NINGNING UDAH CANTIK,"
Renjun berdecak.
"Rangkulan aja sih elah," kata Nakyung malas.
Renjun memutar bola matanya malas. Lalu dia merangkul Ningning dan mendekatkan tubuh gadis itu padanya. Sontak, Ningning membulatkan matanya, jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, ia tatap Renjun sedekat ini. Apa Ningning sedang bermimpi?