Masih ada yg nunggu?
Maaf lagi hectic sm kuliah :)🍫🍫🍫
Hujan gerimis membasahi kota sore ini. Minju menatap luar kaca cafe, sejenak menghirup udara sejuk, lalu kembali mengetikkan sesuatu di laptop. Dia sedang menyusun tugas akhirnya, sedikit merevisi setelah bimbingan dengan Pak Suho tadi. Mungkin sedikit lagi akan selesai, karena dia sudah hampir sejam berada di coffee shop ini.
Minuman yang setengah ia habiskan, setengah lagi dibiarkan menjadi dingin. Minju menutup laptopnya ketika tugas yang ia kini kerjakan dirasa sudah selesai. Ia memasukan laptop, buku, dan beberapa alat tulis lain pada totebagnya.
Minju keluar dan berdiri di teras cafe sambil menunggu hujan reda. Ia mengadahkan tangannya merasakan percikan air hujan yang jatuh. Setahun kebelakang ini, Minju merasakan sepi yang benar-benar sepi, ia jarang balik kosan. Kalau bukan karena Jisung, si adik tingkatnya, mungkin Minju gak akan ngekos disitu lagi. Padahal banyak penghuni kosan yang baru, tapi gak bisa menggantikan keberadaan Mark dan yang lain di kosan.
Senyumnya terbit, ketika melihat Jeno berjalan sembari membawakan payung kearahnya. Minju bisa melihat senyum terukir dari wajahnya. Senyum yang terindah menurutnya, ketikan Jeno menarik sudut bibirnya, otomatis matanya menyipit, itu sangat lucu bagi Minju. Apalagi ketika Jeno mengusak rambut Minju, hal kecil yang mungkin akan selalu Minju sukuri ketika bersama dengan lelaki itu.
"Udah selesai?" tanya Jeno ketika tepat berada di hadapan Minju. Lelaki itu membuka jaketnya lalu ia pakaikan pada Minju yang hanya memakai kaos tipis.
"Udah, kak. Semoga gak revisian lagi,"
Jeno menarik tangan Minju agar berdiri dibawah payung bersama. "Ayok pulang,"
"Makasih udah jemput."
Jeno mengangguk, dan agak memiringkan posisi payung pada Minju supaya gadisnya tidak terciprat oleh air hujan.
"Payungnya jangan di ke gue in semua, nanti lo yang basah."
"Gak peduli,"
Minju mendengus kecil. "Mending gini aja," gadis itu melingkarkan tangan kirinya pada Jeno, memeluknya dari samping, agar berdekatan. "Payungnya di tengah, biar adil."
"Bilang aja mau meluk gue," ujar Jeno sambil terkekeh pelan.
"Enggak ih--"
Jeno langsung menarik bahu Minju agar lebih dekat dengannya. "Ini kan mau lo? Biar deketan."
"Hisss lo juga mau kan deket gue?"
"Gausah ditanya!"
Keduanya tertawa sambil berjalan menuju mobil Jeno yang terparkir di pinggir jalan. Lalu masuk ke dalam mobil.
"Ohiya, tadi gue beli gantungan kunci," Minju merogoh totebagnya, dan mengeluarkan gantungan berbentuk 2 kucing. "Lucu kan?"
Jeno tertawa. "Cuman beli satu?"
"Iya kan buat elo doang,"
"Ohh buat gue?"
"Buat Kak Jaemin!"
Jeno menoleh cepat sambil menatap Minju horor.
"Hehehe bercanda! Buat elo lah kak. Mau diamuk Kak Heejin gue,"
"Jangan begitu, Minju. Gue gak suka!"
"Yeuu masih aja cemburu sama Kak Jaemin. Gue kan udah gak ada rasa sama dia kak,"
"Tapi luka dari dia masih membekas kan?"
Minju mengangguk. "Udah kak, gausah di bahas masalah yang lalu. Niiihhh simpen yaaa!"