Maaf klo ada typo👍
****
"Udah selesai?" tanya Jaemin pada Heejin.
Setengah jam yang lalu, Jaemin menunggu Heejin magang di sebuah perusahaan manufaktur. Sebenernya, jarak tempat magang Jaemin dan Heejin cukup memakan waktu cukup lama, jarak tempuh yang jauh tentunya. Tapi apa yang enggak sih buat sang pujaan hati?
"Kata aku juga gausah di jemput, Na." ucap Heejin sambil mengambil helm dari Jaemin. "Kemarin jadi makan mie gacoan bareng Minju?" tanya nya lagi.
"Gapapa sih, Jin. Daripada kamu pulang naik ojol?" Jaemin mengelus puncak kepala Heejin sambil tersenyum. "Iya nih kemarin aku makan mie gacoan sama dia, berdua doang hehe."
Heejin ikut tertawa. "Enak gak?"
"Enak! Kapan-kapan mau gak?"
"Aku gak terlalu suka mie, Na. Kamu tau kan?"
"Ohiyaa, mau makan dulu apa langsung pulang?" tanya Jaemin.
"Pulang aja yuk, capek banget aku."
"Kamu kan belom makan, kalau aku sih udah, Heejiinnn! Kebiasaan suka ngelewatin waktu makan!"
Heejin nyengir. "Hehe maaaf..."
Jaemin mendengus kesal, sudah tau Heejin punya riwayat penyakit maag dan darah rendah, masih aja lupa makan. "Kita beli makanan di depan ya, makannya di kos aja."
Heejin mengiyakan lalu naik ke atas motor Jaemin. Jaemin melajukan motornya.
"Kamu jangan sampe sakit ya, Jin."
"Kamu juga, Na."
"Aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu."
"Iyaaa Nana, aku bakal terus sama kamu!"
"Janji?"
"Janji."
"Makasih sayang..."
Heejin mengeratkan tangannya melingkar pada perut Jaemin, dan menyandarkan kepalanya pada pundak lelaki itu. Rasa lelah Heejin hari ini hilang, ketika melihat senyum Jaemin.
🍫🍫🍫
Di gazebo tempat dimana waktu itu Minju dan Jisung menunggu Chenle. Kali ini, Minju dan Chenle duduk bersama, setelah kelas masing-masing selesai.
"Jadi bener, apa kata Kak Shasha, kalau lo tunangan?"
Chenle menoleh pada Minju. "Dia bilang?"
Kini Minju mengangguk.
Chenle mengembuskan napas dalam, pandangannya kosong menatap paving block yang tersusun rapi dihalaman FE. "Jangan tanya gimana perasaan gue, intinya kalut."
Minju masih diam, ia tidak berharap Chenle menceritakan semuanya.
"Gue gak bisa milih salah satu dari mereka. Gue cinta 22nya, Yiren, mantan gue, cinta pertama gue, sekaligus luka pertama gue juga. Kak Shasha itu obat buat gue, gue nyaman di dekat dia. Tapi ketika keluarga gue bilang kalau gue mau tunangan sama Yiren, entah kenapa gue terbesit rasa seneng dan gak bisa nolak. Disisi lain gue gak bisa mutusin Kak Shasha."
"Tapi lo harus pilih salah satu dari mereka,"
"Gimana caranya bikin Kak Shasha mutusin gue?"
"Secara gak langsung, lo pilih Yiren, Le."
"Gak gitu, Ju...."
"Lo jangan egois, Le. Inget perasaan Yiren juga."
Setelah itu Minju pergi meninggalkan Chenle disini sendiri. "Gue mau pulang ke rumah, 3 hari mungkin gak balik kos." ucap Minju.