[ Chapter 21 ] An Endless Night

1K 146 30
                                    

Malam tiba dan penyerangan terhadap kediaman Reiss dilancarkan. Pasukan di bawah lambang sayap kebebasan itu benar-benar berperang mati-matian demi kembalinya Eren dan Historia.

Di ruang yang seolah berlapis kristal itu, cipratan darah sudah tidak lagi terhitung banyaknya. Teriakan, sampai suara letusan senjata api kian memekakkan telinga. Di ruangan berdinding kristal itu, Levi dan pasukannya mati-matian memukul mundur regu khusus Polisi Militer.

Tentu saja [Y/n] turut andil dalam rencana penyerbuan ini. Beberapa saat sebelumnya, Levi dan teman-temannya mengorek info mengenai peta biru kediaman Reiss dari [Y/n]. Dan dari sana lah, pasukan berlambang sayap kebebasan ini berhasil menemukan denah ruangan kristal dimana Eren dan Historia berada.

Namun sayangnya, otak Levi tak secerdas itu dengan menyerahkan [Y/n] kepada Hanji. Alasannya adalah, gadis kecil itu kini tengah menjadi sasaran empuk oleh Kenny dan rasanya meninggalkan [Y/n] bersama Hanji seperti ide bagus.

Memang, itu adalah ide bagus andai saja Hanji tidak menyeret [Y/n] kembali ke istana. Koridor yang begitu suram ketika malam hari sedikit membuat [Y/n] bergidik ngeri. Ditambah Hanji, yang kini menggenggam erat pergelangan tangannya sampai-sampai hampir remuk tulangnya.

"Hanji-san, pelan-pelan. Memangnya rencana apa yang harus kita gagalkan?" [Y/n] mengerang pelan, sakit, Hanji kini berubah menjadi manusia yang seolah tak memiliki belas kasih.

"Erwin ingin menjadikanmu Ratu yang baru. Aku tidak sependapat dengannya—"

"Apa?!"

[Y/n] langsung menatap Hanji tajam, berikut menahan langkah si wanita berkuncir. Hanji menghentikan langkahnya, sejujurnya ia sedikit terkejut dengan reaksi [Y/n] barusan, tapi itu semua langsung ia sembunyikan dengan baik.

"[Y/n], dengarkan aku. Kau cukup membuat pernyataan: bahwa kau akan mengundurkan diri sebagai calon pewaris tahta di depan para dewan. Mudah, bukan?"

Rahang [Y/n] seketika mengeras. Hanji tidak tahu betapa inginnya ia merebut posisi tersebut. Dan wanita bersurai coklat itu mengatakannya agar mundur dengan begitu mudah, bahkan di depan wajahnya sendiri.

"Tidak! Saya tidak mau!" Ketus [Y/n] dan langsung melepaskan lengannya dari genggaman Hanji. Tak ayal, wanita bermarga Zoe itu membelalak kaget dengan reaksi si kadet.

Gadis itu menjunjung egonya tinggi. Walau ia tidak memiliki hubungan darah dengan raja sebelumnya, tapi setidaknya ia memiliki hak untuk mengambil alih tahta. Bukan kekuasaan yang ia inginkan, tapi ia ingin mengambil kembali hak sang ayah yang telah dirampas.

Belum lagi Kenny yang sempat menanamkan doktrin pada otaknya.
"Jika kau menjadi ratu, maka kau akan mendapatkan kembali ingatanmu."

Tentu saja kesempatan ini tidak akan dilepasnya begitu saja. Ia ingin tahu siapa dirinya yang sebenarnya. [Y/n] ingin tahu semua ingatan yang telah hilang dari memorinya. Walau terdengar mustahil, tapi ia lebih memilih percaya.

Lamunan [Y/n] seketika buyar ketika Hanji mengayunkan pedangnya ke arah gadis itu. Karena refleksnya yang buruk, [Y/n] harus menahan luka di pundak kirinya akibat serangan barusan. Kemeja yang ia pakai kini bernodakan darah, berikut tatapan Hanji yang seolah mengulitinya tajam.

"Sudah kubilang, bukan? Kau hanya perlu mundur dari perebutan tahta dan aku akan menganggap bahwa semua ini tidak pernah terjadi." Langkah Hanji terdengar menghentak, mendekati [Y/n] yang kini terduduk sembari meringis pelan.

Pedang yang sudah dihiasi cipratan darah itu ia gunakan untuk mengangkan dagu kadet tersayangnya ini. Manik coklat dan [E/c] kini bertemu, namun tidak ada satupun yang ingin berbicara. Baik Hanji maupun [Y/n], kedua perempuan ini hanya saling menatap tajam seolah tengah membaca pikiran masing-masing.

Triangle Love? No, This Is Square! [Levi x Reader x Eren x Erwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang