[ Chapter 26 ] Lead Her Back

827 130 36
                                    

Ekspedisi untuk esok pagi tentu membutuhkan banyak energi. Itulah mengapa para prajurit kebebasan ini sekarang sudah terlelap demi mempersiapkan kondisi fisik mereka.

Tapi, berbeda dengan ketiga petinggi Scouting Legion ini. Erwin, Levi, dan Hanji mendadak mengadakan 'pertemuan darurat' akibat celetuk asal salah satu prajurit angkatan 104 ketika jam makan malam.

"Sudahlah, hentikan ini. Kalian berdua hanya membuang waktuku." Levi menggerutu kesal. Andai saja ini bukan mengenai [Y/n], lebih baik ia memilih tidur dengan nyaman di kamarnya.

"Tapi, bukankah ini sedikit masuk akal? Kita sudah mencarinya kemana-mana dan hasilnya nihil!" Hanji menimpali, dan disambut dengan anggukan si komandan.

"Kalian menanggapi candaan bocah-bocah baru itu seolah yang mereka ucapkan adalah fakta. Di mana otak kalian?" Lagi-lagi Levi membantah. Sungguh, kedua rekannya ini sedari tadi bersikeras membujuknya agar ikut percaya dengan teori sampah mereka.

"Lalu, bagaimana jika [Y/n] memang dibawa ke luar tembok oleh mereka?"

Pertanyaan Erwin disahut oleh decak kesal si manusia terkuat. Apa-apaan mereka ini? Mana mungkin bocah aneh itu kembali diculik oleh para siluman raksasa yang sempat menyusup ke dalam kelompok mereka.

"Imajinasi kalian terlalu tinggi." Levi beranjak, bersiap meninggalkan ruangan Erwin yang mulai terasa pengap. Sumbu kesabarannya hampir habis, terlebih semua obrolan mereka sejak satu jam yang lalu sama sekali tidak masuk akal baginya.

Memangnya apa istimewanya anak itu? Sudah cukup si tua Kenny memintanya untuk menjadi anjing penjaga bocah itu tanpa imbalan. Jangan sampai sekarang Erwin ikut membelokkan rencananya. Yang mulanya untuk merebut kembali Tembok Maria malah menjadi misi pencarian si kadet cengeng satu itu.

"Kebetulan sekali, besok kita mengadakan ekspedisi ke luar tembok."

Levi mendesis kesal. Sudah ia duga, Erwin akan membelokkan, atau setidaknya merubah sedikit rencananya. 'Ah, sialan.' batinnya sembari melemparkan tatapan tajam pada kedua rekannya yang ada di sana.

"Obrolan ini semakin tidak masuk akal. Aku pergi sekarang."

Suara pintu yang sedikit dibanting menjadi salam perpisahan dari yang bermarga Ackerman. Hanji menghela nafasnya, sepertinya kapten yang satu itu memang tidak bisa diajak berkompromi lagi.

"Oh, ya, tapi bagaimana cara kita mencarinya di luar sana? Tembok Maria dua kali lebih luas dari kawasan Rose." Hanji menyuarakan rasa penasarannya. Jika [Y/n] benar-benar ada di luar sana, maka pasti akan membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya.

Erwin kembali menyesap tehnya yang sudah dingin. Itu juga menjadi salah satu hal yang sejak tadi ia pikirkan di dalam otaknya.

"Kita cukup memburu kawanan Rainer. Jika [Y/n] memang berada di luar tembok, maka hanya mereka yang bisa kita curigai sekarang."

Hening kembali melingkupi ruangan itu. Keduanya sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Terlebih Hanji, yang sekarang mulai terlihat menggigiti kuku-kukunya. Tanda bahwa otaknya kini bekerja sangat keras.

"Tapi, Erwin, apa motif mereka membawa [Y/n]-ku bersama mereka?" Manik coklat di balik kacamata itu kini berkilat, memantulkan cahaya dari lidah api yang berasal dari lampu duduk di atas meja.

Erwin sedikit tersenyum mendengar Hanji kembali menambahkan suffix "Ku" sesudah menyebut nama kadet itu. Bukan hal aneh tentunya, semenjak [Y/n] menghilang, Hanji selalu menambahkan kata "Ku" setelah namanya. Seolah gadis kecil itu adalah miliknya seorang.

"Aku tidak tahu. Jika itu sebagai tawanan, maka kita harus bergerak cepat untuk menemukannya." Ucapan Erwin barusan seolah menyalakan sesuatu di dalam diri Hanji. Kini gumaman aneh seperti do'a dan entah apa itu keluar dari mulut si wanita berkuncir.

Triangle Love? No, This Is Square! [Levi x Reader x Eren x Erwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang