part 8

1.4K 100 15
                                    

hai semua!
Apa kabar? Aku harap kalian semua baiknya.

Sebelum baca, biasan kan vote dulu!

Happy reading 🌻

*****

"Kalian duluan aja, yak. Gue mau ke kamar mandi dulu," ucap Aqila di tengah-tengah perjalanan menuju kantin bersama teman-temannya. Aqila langsung berlari tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya.

"Ya udah, nanti nyusul lo," teriak Dilla.

Aqila hanya membalas dengan tangan yang membentuk 'ok'.

"Huft lega." Aqila keluar dari salah satu bilik kamar mandi, lalu mencuci tangannya di wastafel.

"Lo sengaja nyebarin kalau gue rebut Gilang dari lo?" Aqila menoleh ke arah Laura yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahnya.

"Emang kenyataannya kan?"

"Lo tau, gara-gara ini gue jadi di jauhi!" Laura mendorong tubuh Aqila sampai membentur pintu kamar mandi, suara rigngisan keluar dari mulut Aqila.

Aqila memejamkan matanya, kedua tangannya sudah mengepal menahan amarah.

"Santai dong!"

Plak.

Kepala Aqila langsung menoleh kearah kanan, satu tamparan baru saja mendarat di pipinya.

"Ini buat Lo yang udah berani mempermalukan gue!"

Aqila merotasikan matanya, tersenyum sinis menatap Laura.

Plak.

Aqila langsung melayangkan tamparan kepada Laura.

"Siapa yang pelakor siapa yang di labrak."

"Cih, lo enggak tau malu ngerebut sampah!"

"Sampah aja lo rebut, miris banget."

Aqila berjalan keluar dari kamar mandi, saat melewati Laura Liora sengaja menyenggol bahu Laura.

Aqila berjalan ke arah UKS, sebelum itu Aqila sudah mengirim pesan ke Dilla bahwa dia tidak jadi ke kantin.

Di perjalan Aqila berpapasan dengan Gilang, Aqila terus berjalan pura-pura tidak melihat Gilang.

"La," panggil Gilang membuat langkah Aqila berhenti.

"Hm."

"Kamu enggak mau maafin kaka?"

Aqila menarik nafas dalam-dalam, lalu menjawab ucapan Gilang. "Aku udah maafin kaka."

"Jadi kamu mau kan kalau kita balikan?"

"Aku emang udah maafin kaka, tapi bukan berarti aku mau balikan sama orang yang udah khianati aku." Setelah mengucapkan itu Aqila langsung pergi, tanpa menunggu jawaban dari Gilang.

Sesampainya di UKS Aqila memilih merebahkan tubuhnya di brankar, tidak ada niatan untuk mengobati pipinya.

****

Ervan pov

"La, Ila." Aku menepuk pipi Aqila. Namun, gadis itu tak kunjung bangun. Aku heran sebenarnya dia itu tidur atau pingsan sih, susah sekali untuk di bangunkan.

"Aqila bangun!" Aku sedikit menaikan volume suaraku.

Matanya mengerut, netra yang memiliki bulu mata lentik itu perlahan mulai terbuka. Aku lihat Aqila membulatkan matanya terkejut, saat pertama kali membuka mata. Mungkin dia kaget karena aku tiba-tiba ada di depannya.

om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang