part 11

1.2K 81 3
                                    

Heyoo
Selamat pagi guys!
Jangan lupa tandain kalau ada yang typo!!

Happy Reading 🌻
****

Aqila menuruni tangga dengan tangan yang menggaruk rambutnya yang acak-acakan. Dia baru saja bangun tidur, ternyata cukup lama dia tertidur. Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

"Siapa yang masak?" tanya dia entah ke siapa, ketika mencium wangi masakan. Karena tak mau mati penasaran, Aqila berjalan ke arah dapur.

"Om, lagi ngapain?"

Ervan menoleh sebentar ke arah Aqila, lalu melanjutkan memotong cabai.

"Kamu enggak liat saya lagi apa?"

Aqila mencabik kan bibirnya kesal, ia mendaratkan bokongnya di kursi meja makan. Tangannya menopang dagu sebari memperhatikan Ervan masak.

"Memang, om bisa masak?"

"Menurut kamu?" Ervan menyodorkan nasi goreng buatannya kehadapan Aqila.

Ervan membuka apron yang dia gunakan, lalu ikut duduk berhadapan dengan Aqila. Mereka mulai memakan nasi goreng buatan Ervan.

"Ternyata om pinter masak." Aqila tak berbohong dengan ucapannya, makanan yang di buat Ervan sangat enak walaupun hanya nasi goreng.

Setelah makan malam, Aqila milih menonton televisi. Sedangkan Ervan pergi ke ruang kerjanya.

"Huaam." Tangan Aqila terangkat menutupi mulutnya yang menguap. Aqila melirik jam yang ada di dinding, sudah jam sepuluh malam. Ia mematikan televisi, lalu pergi ke kamar.

Sesampainya di kamar, ternyata Ervan masih berada di ruang kerjanya. Aqila memilih merebahkan dirinya di sofa, sebari memainkan ponselnya.

Bruk.

Ponsel yang Aqila mainkan jatuh tepat di wajahnya, gadis itu tenyata tertidur saat memainkan ponselnya.

Di ruangan sebelah, yaitu ruang kerja. Ervan baru saja menyelesaikan pekerjaannya, ia merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal.

Ervan melirik arloji yang ia kenakan. Sudah jam sebelas malam, Ervan merapihkan berkas-berkas yang ia kerjakan, lalu pergi ke kamarnya.

Ervan menutup pintu kamar, pemandangan pertama kali ia masuk kamar adalah Aqila yang tertidur di sofa dengan posisi kepalanya yang hampir jatuh ke lantai. Ia menggelengkan kepala.

Ervan menaruh ponsel Aqila di meja, lalu menggendongnya dengan bridal style.

Ervan merebahkan tubuh Aqila di kasur dengan hati-hati, agar tak membangunkan Aqila. Ervan menarik  selimut sampai sepinggan. Setelah itu, ia ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Aqila.

Ervan memiringkan tubuhnya menghadap Aqila. "Saya pedofil kah?"

Ia masih ingat jelas ucapan Elang kepadanya. Saat resepsi pernikahan dan waktu itu Aqila sedang ke kamar mandi, Erlang mengatakan kalau ia pedofil. Apa salah ia menikahi gadis yang lebih muda darinya? Wajar kah ia dibilang pedofil.

Ervan memandang wajah Aqila yang tertidur dengan lelap, sangat cantik. Walaupun Ervan belum mencintai Aqila. Namun, sudah ada rasa nyaman ketika berada di dekat Aqila. Ia menyukai sikap Aqila yang seperti anak kecil dan selalu apa adanya. Aqila berbeda dengan wanita-wanita di luar sana.

Ervan mulai memejamkan matanya, menyusul Aqila ke alam mimpi.

****

Tring .... Tring .... Tring

Dengan mata yang masih tertutup tangan Aqila meraba-raba tempat di sebelahnya untuk mencari ponselnya yang terus saja berbunyi kerena alarm.

Setelah ketemu ia langsung mematikannya, ia kembali melanjutkan tidurnya.

om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang