part 20

1K 62 2
                                    

HAPPY READING 🌻
****

Hari ini adalah hari Minggu, Aqila masih setia dalam gulungan selimut. Sedangkan Ervan sudah berada di dapur membantu Dian memasak.

"Kamu ini menantu idaman, jarang cowok bisa masak." Ervan tersenyum menanggapi ucapan Dian.

"Aqila enggak repotin kamu kan? Liat, jam segini belum bangun, pasti setiap hari kamu yang masak?"

"Enggak kok, Bun. Kalau di rumah Ila terus yang masak, kalau dia lagi cape baru aku masak."

"Kamu ini baik banget."

"Bentar lagi beres, kamu mandi saja dulu sekalian bangunin Aqila."

"Iya, Bun."

Ervan mencuci tangannya yang bekas memotong cabai, lalu pergi ke kamar. Ervan melirik sebentar ke arah Aqila yang masih tertidur lelap. Dia memilih mandi terlebih dahulu, kebetulan tadi dia sudah menyuruh seseorang untuk membawakan pakaiannya.

Setelah selesai mandi, Ervan menghampiri Aqila.

"Ila bangun."

"Aqila."

Gadis itu membuka matanya, di ketika tetesan air masuk ke dalam matanya.

"Aaaaaa!"

Aqila melotot ketika melihat Ervan yang hanya mengunakan handuk sepinggang. Siapa yang tak kaget, saat buka mata langsung di suguhkan dengan roti sobek.

"Om ngagetin!"

"Biasa aja liatin perut saya."

"Apa an sih."

Aqila bangkit, lalu berjalan ke kamar mandi.

Aqila bersandar di pintu, memegang dadanya yang berdetak kencang. Pagi-pagi sudah di buat senam jantung.

Setelah membersihkan diri, Aqila keluar dari kamar mandi dengan mengunakan handuk sepaha. Untung saja Ervan tidak ada, Aqila langsung mengambil baju lalu kembali ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai, Aqila pergi ke bawah. Di meja makan sudah ada kedua orang tuanya, Raka dan Ervan. Aqila langsung ikut duduk di sebelah Ervan.

Mereka langsung sarapan bersama. Aqila tersenyum senang, dia sangat merindukan kebersamaan bersama keluarganya.

Setelah sarapan selesai, Aqila dan Ervan berpamitan pulang.

"Bunda, ayah Ila pulangnya." Aqila menyalami tangan Dian dan Yudha.

"Bunda bakal kangen lagi sama kamu." Dian memeluk Aqila, Aqila membalas pelukannya tak kalah erat.

"Nanti kalau ada waktu Ila ke sini lagi."

"Kasian banget nanti enggak ada temennya lagi."

"Ck! Gue ngikut lu aja lah."

"Dih, ogah. Nanti ganggu."

Setelah berpamitan, mereka berdua langsung pergi meninggalkan rumah orang tua Aqila.

"Mau langsung pulang?" tanya Ervan sembari menatap Aqila sebentar, lalu kembali menatap ke depan.

"Langsung pul---" ucapan Aqila terpotong ketika ada notifikasi di ponselnya.

Hana

| Sini ke rumah Dila, kita lagi kumpul.

Aqila

Oke |

"Om anterin Ila ke rumah Dila, ya." Niat ingin langsung pulang, tak jadi. Aqila memilih ikut berkumpul dengan teman-temannya, kebetulan sudah lama ia tak ikut kumpul.

"Ngapain?"

"Main, kebetulan yang lain ada di sana."

"Oke."

Ervan sudah tau jalan ruang Dila, karena dia dulu pernah menjemput Aqila saat kerja kelompok di rumah Dila.

Tak membutuhkan waktu yang lama mereka berdua sampai di rumah Dila.

"Om mau pulang atau ikut sama aku?"

"Saya pulang aja, nanti kabari saja kalau kamu ingin di jemput."

"Oke, om."

Aqila masuk ke dalam rumah Dila, setelah Ervan pergi. Tampa memencet bel atau mengucapkan salam, gadis itu nyelonong masuk. Dia sudah sering ke sini, kedua orang tua Dila pun sudah akrab. Sudah tak Canggung, rumah Dila sudah seperti rumahnya sendiri.

Rumah Dila sungguh besar. Namun, sayang rumah ini sepi. Kedua orang tua Dila sama-sama sibuk berkerja. Hanya ada Dila dengan pembantunya yang berada di rumah.

Aqila langsung berjalan ke kamar Dila, sesampainya di sana sudah ada Hana dan Arkan yang sedang bermain game. Sedangkan Dila gadis itu hanya menonton sembari memakan kripik kentang.

"Cepat amat Lo datang," ucap Dila ketika melihat Aqila yang berdiri di ambang pintu.

"Tadi emang lagi di jalan, kebetulan jalannya searah ke rumah Lo." Aqila berjalan ke kasur, lalu merebahkan tubuhnya.

"Om Ervan enggak di ajak?"

"Enggak."

"Eh, nonton drakor kuy. Gue ada rekomendasi drakor baru."

"Yok, lah."

Hana menghentikan permainannya. "Ayok."

Mereka memilih menonton drakor. Hana dan Aqila mengambil cemilan dan minuman di dapur. Sedangkan Dila dan Arkan menyiapkan film yang akan mereka tonton.

Aqila dan Hana kembali ke kamar, lalu menaruh cemilan yang mereka bawa. Mereka berempat duduk di karpet, lalu mulai menonton film.

Tak terasa hari sudah sore. Hana, Dila, dan Aqila mereka masih pulas tertidur di karpet. Sedangkan Arkan dia sedang duduk di teras rumah Dila.

Arkan berjalan ke gerbang, ketika ada klakson mobil di luar gerbang. Arkan membuka gerbang.

"Jemput Ila, bang?" Tanya Arkan ketika melihat si pengendara, ternyata Ervan yang datang.

Ervan keluar dari mobilnya. "Iya, Aqila di mana?"

"Di kamar, pada tidur."

Ervan dan Arkan berjalan beriringan menuju kamar Dila.

Sesampainya di kamar Dila, Ervan menggelengkan kepalanya melihat tiga gadis yang tertidur dengan tidak kalem.

Ervan berjalan menghampiri Aqila, dengan hati-hati ia mengendong Aqila dengan bridal style.

"Saya pamit."

"Hati-hati bang." Ervan menjawab dengan anggukan kepala, lalu pergi.

Ervan mendudukkan Aqila di kursi, lalu memakaikan sabuk pengaman. Setelah itu dia berjalan memutari mobil, lalu masuk dan duduk di kursi pengemudi.

Mobil Ervan mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Setelah sampai di rumah, Ervan langsung menggendong Aqila membawanya ke kamar.

"Dasar kebo," ucap Ervan sembari memandang wajah Aqila yang tertidur pulas.










om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang