part47

687 20 0
                                    

Hari demi hari Aqila dan Ervan lewati bersama. Kandung Aqila semakin membesar, membuat dia semakin kesulitan untuk beraktivitas.

Dan hal itu juga membuat Ervan semakin protektif  terhadapnya. Hal-hal yang di lakukan Aqila tidak pernah lepas dari pengawasannya, walaupun hanya hal kecil seperti turun tangga Ervan selalu was-was melihatnya.

Kandungannya sudah menginjak usia sembilan bulan, perkiraan dari dokter dua Minggu lagi dirinya akan melahirkan.

Saat ini Aqila sedang memasak, tapi dia dikagetkan oleh sang suami yang tiba-tiba datang dan mengambil alih sepatula yang sedang di pegangnya.

"Udah aku bilang kamu jangan masak, aku aja yang masak. Nanti kamu sama dede bayinya kenapa-kenapa gimana?" omel Ervan sembari menaruh sepatula dan mematikan kompor lalu menuntun sang istri untuk duduk di kursi meja makan.

"Kamu duduk aja."

"Mas, aku ini cuman masak nasi goreng. Aku bosen gak lakuin apa-apa."

"Kalau kamu kena minyak atau ke iris pisau gimana? Bahaya kan?"

Aqila hanya memutar bola matanya mendengar ucapan Ervan, itu hanya hal kecil dia sudah biasa terkena minyak atau teriris saat memasak.

"Aku gak bakal kenapa-kenapa."

"Nurut sama suami, kamu liatin aja."

Aqila hanya bisa mengangguk pasrah, berbicara panjang lebar pun suaminya itu akan tetap tidak mengizinkan dirinya masak.

Sedangkan Ervan dia fokus melanjutkan masakan sang istri.

Semenjak kandungan Aqila membesar, dia yang selalu memasak. Dia tidak mau Aqila kelelahan atau kenapa-kenapa.

Dan untuk bersih-bersih rumah, Ervan sudah menyewa seorang pembantu untuk membersihkan rumah. Pembantu itu hanya berkerja dari pagi sampai sore hari saja.

Sebenarnya Ervan bisa saja menyuruh pembantu yang dia pekerjaan untuk memasak, tapi Aqila selalu ingin makan masakan dirinya atau buatan Aqila sendiri.

Ervan menyajikan nasi goreng yang sudah jadi ke piring lalu menaruhnya di meja makan.

Ervan membaginya menjadi dua porsi, tapi milik Aqila dia taruh lebih banyak dari pada miliknya.

Semenjak hamil porsi makan Aqila dua kali lipat dari dirinya.

"Ayok makan," seru Aqila dengan mata berbinar.

"Baca doa dulu!" Ervan menggeleng kan kepala melihat sang istri menyengir dengan memegang sendok berisi nasi goreng yang siap dia masukan ke dalam mulut.

Mereka berdua langsung memakan sarapan mereka berdua setelah berodoa.

"Mas, sosisnya enggak di makan?"

Ervan yang sedang membaca pesan dari sekertaris ya itu menoleh ke Aqila yang menatap beberapa potong sosis dan bakso yang belum dia makan.

"Mau aku makan."

Aqila terlihat murung, sedangkan Ervan tersenyum tipis melihatnya.

"Makan aja."

"Beneran?" lagi-lagi Ervan tersenyum saat melihat ekspresi istrinya langsung berubah antusias.

"Iya."

Aqila langsung mengambil piring Ervan lalu memakan semua sosis dan bakso.

Setelah selesai makan mereka berdua pergi ke ruang tamu.

Untuk sementara waktu Ervan tak pergi ke kantor, dia serahkan kepada sekretarisnya untuk mengurus kantor.

Jika ada hal yang harus dia kerjakan dia kerjakan di rumah dan sekertaris ya itu yang akan datang ke rumah.

om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang