HAPPY READING 🌻
****Aqila mengerjap-ngerjap kan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk.
Tangannya terulur mengambil ponselnya yang masih berada di posisi saat vidio call tadi. Menyalakan ponselnya, ia menatap layar ponselnya yang menunjukkan jam tujuh lewat delapan menit.
Aqila bangkit dari tempat tidurnya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tak lama, gadis itu keluar dengan hanya mengunakan handuk sepaha. Membuka pintu lemari lalu mengambil kaos over size dan celana pendek.
Setelah memakai pakaian, Aqila menyisir rambutnya dan mengikatnya dengan bentuk kuncir kuda.
Gadis itu memilih turun ke bawah dan pergi ke dapur untuk memasak.
"Heh!" Aqila berbalik dengan tangan menodong pisau ke seorang yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
"Serem amat istri aku," ucap Ervan sembari mengambil pisau dari tangan Aqila lalu menaruhnya.
"Om! Ngagetin aja!" Aqila memukul lengan Ervan pelan, dia sedikit kesal. Ervan berhasil membuatnya jantungan.
"Maaf."
"Om tumben udah pulang?"
"Kerjaan aku udah selesai."
Aqila membalas dengan ber'oh ria, dia membalikan badannya lalu melanjutkan aktivitas memasak yang sempat tertunda.
"Masak apa?" tanya Ervan dengan tangannya yang memeluk pinggang ramping Aqila.
Kepala Ervan mendusel di ceruk leher Aqila. Menghirup wangi tubuh gadis itu, yang sangat candu baginya.
"Sup ayam kesukaan om."
"Geli om!" Aqila memegang tangan Ervan yang jahil mengusap-usap perut ratanya.
"Kapannya di sini ada dedenya?" tanya Ervan dengan mengusap perut Aqila.
"Buat aja belum," ucap Aqila pelan. Namun, masih bisa di dengar oleh Ervan.
"Ayok buat!" Mata Aqila melotot mendengar ucapan Ervan.
"Heh! Mandi sana, bau tau."
"Wangi gini."
"Dih, bau juga!" Aqila menutup hidungnya dengan tangan, dia juga melepaskan pelukan Ervan.
"Nih, bau!" Ervan menarik kepala Aqila, lalu menghimpitnya di ketiak kanannya.
"Om!" Aqila memekik, tangannya memukul punggung Ervan.
"Sesak nafas aku, ketiak kamu itu bau!" Aqila mendengus kesal setelah keluar dari himpitan Ervan.
"Halah, padahal aslinya suka kan? ketiak aku wangi."
Tanpa sadar Aqila mengiyakan ucapan Ervan dengan pelan, memang benar. Walaupun seharian beraktivitas, pria itu tetap saja wangi.
"Udah, ah. Sana mandi!" Aqila mendorong tubuh Ervan agar pergi dari dapur.
Setelah Ervan pergi, Aqila kembali melanjutkan acara memasaknya yang sempat tertunda.
Cukup lama bergulat dengan bahan-bahan masakan, akhirnya dia telah selesai memasak.
Aqila menghidangkan makanannya yang sudah jadi di atas meja makan.
Setelah semuanya selesai, dia berniat untuk pergi ke kamar memanggil Ervan untuk makan malam.
Saat di gundukan tangga keempat Aqila malah berpapasan dengan Ervan yang akan turun.
"Kebetulan, ayok makan."
"Iya."
Aqila mengambilkan nasi dan lauk untuk Ervan, setelah itu mengambil untuk dirinya sendiri.
Seperti biasa mereka berdua makan dengan hening, tanpa ada percakapan.
Setelah selesai makan, Aqila membereskan bekas makan mereka berdua.
"Mau di bantu?" tanya Ervan kepada Aqila yang sedang mencuci piring.
"Enggak usah, bentar lagi selesai."
Ervan mengangguk, dia berjalan ke kulkas lalu membukanya. Ervan mengambil satu minuman kaleng.
Setelah itu dia pergi ke ruang tamu sembari meminum minuman yang tadi dia ambil dari kulkas.
Setelah mencuci piring, Aqila pergi ke kamar mengambil buku yang akan dia pelajari untuk ujian besok. Setelah itu, dia kembali turun ke bawah berjalan ke ruang tamu.
"Om enggak capek? Di rumah masih kerja aja?" tanya Aqila yang telah duduk manis di sebelah Ervan.
"Gimana lagi, udah tugas aku."
"Fighting my husband!" ucap Aqila dengan kedua tangannya yang mengepalkan.
Ervan tertawa kecil melihat tingkah lucu istrinya ini. "Cium dong, biar aku tambah semangat." Evan menunjukkan pipi kanannya dengan telunjuk.
"Huh! Modus!"
"Sama istri ini." Aqila memutar bola matanya malas, walau begitu Aqila tetap menuruti permintaan Ervan.
Cup.
"Satu lagi, dia iri katanya."
Aqila menurut, lalu mengecup pipi Ervan yang sebelah kiri.
"Ini?" Ervan menunjukkan bibirnya.
"Enggak! Aku mau belajar."
Aqila membuka buku pelajarannya, dan mulai fokus pada bukunya.
"Hoam." Aqila menutup mulutnya yang menguap dengan tangan.
"Tidur, yuk!" ajak Aqila sembari menoleh ke arah Ervan.
Karena tadi terlalu fokus membaca, dia sampai tak sadar bahwa Ervan sudah tertidur di sebelahnya.
Aqila menaruh laptop yang berada di pangkuan Ervan ke meja, dia juga menaruh buku yang sedang dia pelajari.
Tangannya terulur mengelus rambut Ervan. Suaminya itu pasti sangat capek mengurus perusahaan.
Andai dia bisa membantu, mungkin Aqila akan membantu Ervan agar beban pria itu sedikit berkurang. Sayangnya dia tak mengerti soal bisnis.
"Om," panggil Aqila membangunkan Ervan.
"Hm? Aku ketiduran?"
"Iya, ayok ke kamar. Tidur di kamar."
Ervan mengganguk, mereka berdua langsung pergi ke kamar untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
om, nikah yuk!
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Berawal hanya ingin menyelesaikan dare dari teman-temannya itu, Aqila malah terjebak di dalam permainannya sendiri. Ia harus terjebak di pernikahan dengan orang asing yang ia ajak nikah saat menjalankan dare. Akan kah per...