part 23

835 56 2
                                    

Haii
Selamat malam!!

HAPPY READING 🌻
****

Malam yang cukup dingin tidak membuat seorang gadis yang tegah duduk di kursi teras beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.

Aqila---gadis sedang duduk di kursi teras rumahnya itu sedang menunggu kedatangan Bintang. Gadis itu sudah rapih, dia akan pergi makan bersama Bintang.

Kalau kalian menanyakan Ervan di mana, pria itu belum pulang. Katanya sih dia sedang ada meeting.

Ting.

Aqila langsung berjalan ke gerbang, ketika mendengar klakson motor. Aqila membuka gerbang, lalu keluar dan menutupnya kembali.

"Mau makan ke mana?"

"Ada, deh."

Aqila memutar bola matanya malas. Ia memakai helm yang di sodorkan Bintang, lalu naik ke atas motor dan duduk di jok belakang.

"Udah?" tanya Bintang sembari menatap Aqila dari kaca spion.

"Udah."

Bintang melajukan motornya dengan kecepatan sedang, karena udara malam ini cukup dingin. Bintang takut kalau melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi akan membuat Aqila kedinginan.

Setelah setengah jam lebih menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya mereka sampai di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta.

"Lo yakin mau ajak gue makan di sini?" tanya Aqila sembari menatap bangunan yang ada di depannya.

Restoran ini sangat mewah, pasti harga makanan di sini mahal. Lagian dia tidak percaya diri kalau masuk ke sana, dia hanya mengunakan celana jeans panjang dan kaos yang di lapisi jaket Levis.

"Iya, lah. Ayok."

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam restoran, mereka duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Mbak!"

"Iya, mau pesan apa mas, mbak?" tanya pelayan yang datang sembari memberikan buku menu.

"Mau pesan apa, La?"

"Steak dan jus alpukat."

"Steak dua, jus jeruk satu dan jus alpukat satu."

"Baik. Di tunggu mas, mbak."

Aqila membuka ponselnya ketika mendengar suara notifikasi.

Ervan

| Saya pulang telat.

Aqila

Masih meeting, om? |

Ervan

| Iya

Aqila menaruh ponselnya ketika pesanan mereka datang, mereka berdua langsung memakan makanan masing-masing di iringi dengan obrolan ringan.

Setelah selesai makan dan membayar, mereka berdua memutuskan untuk keluar dari restoran.

Langkah Aqila berhenti ketika melihat siluet tubuh yang dia kenali.

Walaupun dari belakang dia dapat mengenali si pemilik punggung kekar itu. Itu adalah Ervan. Namun, kenapa dia bersama wanita? Dan wanita itu adalah wanita yang menabraknya waktu di lobi perusahaan Ervan.

Aqila tersenyum pahit, tetap di depan matanya dia melihat wanita yang ada di depan Ervan itu memegang tangannya dan tidak ada penolakan dari Ervan.

om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang