Haloo!
Apa kabar?
Masih inget sama cerita ini? Alhamdulillah kalau ingat:)
Sorry baru up, soalnya lagi sibuk banget sampai enggak buka wp heheheHAPPY READING 🌻
****Setelah satu Minggu lebih. Sekarang, Ervan sudah melepas gips yang di gunakan di tangannya.
Dan setelah sembuh, Ervan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan pria itu sering lembur, karena pekerjaan yang menumpuk.
Saat ini Ervan maupun Aqila, mereka sama-sama sibuk. Ervan sibuk dengan perusahaan, sedangkan Aqila sibuk belajar karena sedang ujian.
Seperti saat ini, Aqila gadis itu masih sibuk belajar untuk besok padahal sudah larut.
"Belum tidur?" tanya Ervan yang baru saja pulang kerja.
Aqila menoleh ke belakang. "Sebentar lagi."
Ervan berjalan menghampiri meja belajar. Sesampainya di belakang kuris yang di duduki Aqila, dia membungkukkan tubuhnya, lalu mengecup pipi kanan Aqila.
"Tidur," suruh Ervan sembari menutup buku yang sedang Aqila baca.
"Iya."
Aqila langsung bangku dari duduknya lalu berjalan ke ranjang, sedangkan Ervan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Aqila tak langsung merebahkan tubuhnya, dia duduk di ranjang dan menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang.
Aqila memilih memainkan ponselnya sembari menunggu Ervan selesai.
Beberapa menit kemudian Ervan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos oblong berwana hitam dan kolor berwana merah.
Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Biar aku yang keringkan."
Ervan duduk di karpet yang berada di samping kasur, lalu memberikan handuk itu ke Aqila.
"Om cape banget, yah?" tanya Aqila dengan tangannya yang sibuk mengeringkan rambut Ervan dengan handuk.
"Iya, tapi sekarang capek aku hilang karena liat kamu."
"Hilih gembel!"
"Aku kan kaya, masak di sebut gembel?" tanya Ervan dengan kepalanya mendongak menatap Aqila.
"Idih, sombong banget!"
"Aku enggak sombong."
"Terserah."
Setelah mengeringkan rambut Ervan, Aqila meletakkan handuk kecil itu di nakas lalu merebahkan tubuhnya.
Ervan pun langsung ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Aqila.
Mereka memutuskan untuk tidur, karena mereka butuh tenaga untuk besok memulai hari yang sibuk.
****
"Om bangun!" ucap Aqila dengan volume yang sedikit tinggi sembari tangannya menggoyangkan tangan Ervan agar pria itu bangun.
Namun, nihil. Pria itu masih saja tidur nyenyak. Aqila menghembuskan nafasnya, tumben sekali suaminya ini sudah di bangunkan. Ah, mungkin saja karena kecapekan jadi sulit di bangunkan.
Aqila memilih bangkit, lalu bejalan keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Aqila memilih membuat sarapan terlebih dahulu, baru nanti membangunkan Ervan lagi. Dia kasian sepertinya suaminya itu sangat kecapean.
Setelah berkutat dengan bahan-bahan dapur, akhirnya Aqila selesai membuat sarapan untuk dirinya dan Ervan.
Aqila menata makanannya di meja, dia juga meletakan ompreng yang sudah dia isi dengan nasi dan lauk pauk untuk Ervan bawa ke kantor.
Akhir-akhir ini Aqila memang sering menyiapkan bekal untuk Ervan.
Setelah selesai Aqila kembali ke kamar untuk bersiap-siap sekolah dan membangunkan Ervan.
"Om."
"Om Ervan!" Ervan membuka matanya, dia mengerjap-ngerjap kan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk.
"Bangun om mau ke kantor kan."
"Iya," ucap Ervan dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Setelah itu Aqila memilih pergi ke kamar mandi, bersiap-siap ke sekolah.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, Aqila selesai membersihkan diri. Gadis itu keluar dari kamar mandi dengan memakai seragam sekolahnya.
Aqila mengeringkan rambutnya mengunakan Haidaryer, setelah cukup kering Aqila langsung menyisirnya dan mengikat rambutnya.
"Baju aku mana, La?" tanya Ervan yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Astagfirullah! Kebiasaan!" Aqila langsung buang muka saat melihat Ervan hanya mengunakan handuk sepinggang.
"Halah, sok sokan malu gitu. Tiap malem juga suka raba-raba perut aku."
Aqila melotot mendengar ucapan Ervan. Enak saja, dia tidak pernah begitu, fitnah itu.
"Bohong!"
"Orang kamu tidur, jadi enggak ngerasa."
Aqila tak meladeni Ervan. Dia tak percaya dengan ucapan Ervan, mana mungkin dia seperti itu saat tidur.
Aqila pergi ke lemari lalu mengambil celana bahan hitam, kemeja putih, dan jas hitam setelah itu dia letakan di kasur.
Aqila kembali duduk di meja rias, memoles wajahnya dengan bedak lalu memakaikan liptin di bibirnya.
Aqila berbalik menatap Ervan yang sudah berdiri di belakangnya dengan tangan menyodorkan dasi.
Aqila bangkit dari duduknya lalu mulai memasangkan dasi Ervan.
"Udah. Ayok, sarapan." Setelah selesai siap-siap mereka berdua langsung pergi ke dapur untuk mengisi perut mereka.
****
Setelah selesai sarapan, Ervan langsung mengantarkan Aqila ke sekolahannya.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka berdua sampai di sekolahan.
"Ini bekalnya jangan lupa di makan."
"Iya."
"Om lembur lagi?" tanya Aqila.
"Iya. Kamu tidur duluan aja, jangan gadang." Aqila menjawab dengan anggukan kepala.
"Uang jajan?"
Ervan tersenyum gemas melihat Aqila yang meminta uang jajan seperti anak kecil. Dia mengambil dompet di kantong celananya, memberikan uang seratus ribu.
"Makasih."
"Kenapa om?" tanya Aqila saat Ervan malah terus menatap dirinya.
"Eh!" Tiba-tiba saja Ervan malah membuka kunciran rambutnya.
"Jangan di ikat!" Ervan memasukan ikat rambut Aqila ke dalam kantong celananya.
"Kenapa?"
"Saya enggak suka milik saya nanti di lihat orang." Pipi Aqila langsung memerah. Entahlah mendengar penuturan Ervan barusan membuatnya malu sekaligus salting dalam berbarengan.
Fakta yang baru Aqila tahu, bahwa ternyata suaminya ini sangat posesif.
"Hati-hati om." Setelah menyalami tangan Ervan Aqila langsung keluar dari mobil.
Aqila berjalan memasuki area sekolah, setelah mobil Ervan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
om, nikah yuk!
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Berawal hanya ingin menyelesaikan dare dari teman-temannya itu, Aqila malah terjebak di dalam permainannya sendiri. Ia harus terjebak di pernikahan dengan orang asing yang ia ajak nikah saat menjalankan dare. Akan kah per...