part 44

685 34 5
                                    

HAPPY READING 🌻
****

"Mas."

"Apa?" tanya Ervan sembari jari-jarinya tak berhenti mengetik di keyboard komputer.

"Jutek banget jawabnya."

"Siapa yang jutek?"

Kening Ervan mengerut, perasaan dirinya menjawab biasa saja tidak jutek.

"Kamu! Pasti kamu angkat telpon terpaksa ya?!"

Ervan mengelus dadanya sabar mendapati tuduhan dari istrinya itu.

"Kata siapa? Orang aku seneng di telpon kamu."

"Halah, bohong!"

"Bener, sayang. Biasanya kan aku duluan yang nelpon kamu."

"Terserah lah."

Ervan menghembuskan nafasnya, semenjak hamil mood istrinya itu mudah sekali berubah-ubah.

"Ada apa nelpon? Tumben."

"Aku nelpon di bilang tumben, giliran gak nelpon kamunya nanti ngomong."

Lagi-lagi Ervan menghela nafasnya, dia salah bertanya. 

"Ya udah, maaf."

"Kamu lagi apa?"

"Nonton tv."

"Sama siapa?"

"Sama setan."

"Nanti beneran lo di temenin sama setan."

"Mas!!"

Ervan terkekeh geli membayangkan sekarang istrinya itu sedang menoleh ke kanan ke kiri memastikan tidak ada apa-apa.

"Kamu lagi sibuk di kantor?" tanya Aqila di seberang sana dengan sembari menguyah kripik kentang.

"Sedikit, kenapa? Kangen?"

"Idih, ngapain aku kangenin kamu."

"Bilang aja kalau kangen, gak usah gengsi."

"Apaan, sih. Kamu pulang jam berapa?"

"Nanti jam empat sore kayaknya."

"Lama banget."

"Tuh, kan kamu kangen ya? Nanti aku usahain cepat-cepat pulang, deh."

"Terserah kamu." Ervan tersenyum tipis, istrinya ini sungguh gengsian. Kalau kangen tinggal bilang apa susahnya.

****

Aqila menghela nafasnya, dia sangat bosan saat ini.

Sedari tadi dia hanya menonton tv dan bermain hp. Dia ingin keluar, tapi malas.

Biasa dia selalu rebahan bermalas-malasan, tapi tak pernah bosan.

Dari beberapa jam yang lalu saat suaminya telah mematikan sambungan telponnya karena suaminya itu akan ada rapat, sampai sekarang dia belum menghubungi lagi.

Aqila menatap jam dinding, sekarang sudah jam empat sore tapi suaminya itu belum juga pulang.

Aqila mematikan televisi yang sedang menayangkan kartun Pororo, lalu berjalan ke belakang rumah.

Dirinya kepikiran untuk ke belakang rumah, dari pada gabut di dalam rumah terus.

Sesampainya di belakang, Aqila langsung menyirami tanaman.

"Lagi ngapain?"

"Lagi mandi," jawab Aqila ketus. Sudah jelas dirinya sedang menyirami tanaman pakai di tanya lagi.

"Sensi amat, yang."

"Bodo."

"Ih, mandi sana! Ngapain peluk-peluk, kamu itu bau."

"Masih wangi gini," ucap Ervan tak terima. Walaupun dia habis berkerja seharian tapi badannya ini tetap harum.

"Ya, udah sana mandi."

"Iya, iya." Ervan melepaskan pelukannya lalu berjalan ke dalam rumah.

Sedangkan Aqila dia melanjutkan menyirami tanamannya.

Saat memasuki ruang Aqila berpas-pasan dengan Ervan yang berjalan ke dapur.

"Mau makan?" Tanya Aqila dan di jawab anggukan kepala oleh Ervan.

"Bentar aku siapin dulu."

Aqila langsung menyajikan makanan yang sudah di buatnya ke meja makan.

Setelah selesai menyajikan dia langsung duduk dan mengambil makanan untuk suaminya dan dirinya.

Mereka langsung memulai acara  makan dengan hening.

Setelah beberapa menit makanan mereka sudah habis.

Aqila langsung membawa piring kotor ke wastafel untuk dia cuci.

"Ngapain, mas?" tanya Aqila saat Ervan berdiri di sampingnya.

"Mau bantu."

"Gak usah biar aku aja."

"Gak boleh nolak!"

Aqila hanya mengiyakan. Mereka membagi tugas, Aqila yang menyabuni dan Ervan yang membilasnya.

Setelah selesai mencuci piring mereka berdua pergi ke ruang tengah untuk bersantai.

"Mas, geli tau!"

Ervan tak mempedulikan ucapan Aqila, dia masih asik menggesekkan hidungnya ke perut sedikit buncit itu.

"Mas!"

"Hehehe maaf."

"Dedenya lagi apa, ya?" tanya Ervan dengan polosnya.

Terkadang Aqila bingung, suaminya itu memiliki sikap dingin dan tegas, tapi saat bersamanya bisa menjadi pria polos seperti ini.

"Lagi nonton tv, tapi kamu halanggin."

"Masa?"

"Iya, tanya aja."

"Emang bisa jawab?"

"Bisa kalau sama aku."

"Iya, kah?"

"Entah."

"Loh?"

"Udah diam aku lagi nonton tv."

Ervan langsung diam, dia kembali fokus pada perut istrinya. Tangannya mengelus perut Aqila.

Sedangkan Aqila fokus pada Drakor yang sedang dia tonton.



om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang