part 18

962 55 3
                                    


HAPPY READING 🌻
****

Ervan bernafas lega. Akhirnya pekerjaannya sudah selesai, dia bangkit dari duduknya lalu pergi ke ruangan tempat biasa dia berisitirahat.

Ervan ingin melihat Aqila. Sedari Aqila ganti baju, gadis itu belum juga kembali, dia yakin gadis itu pasti tertidur.

Ervan berjalan menghampiri Aqila yang tertidur.

Glup.

Ervan menelan air ludahnya susah payah, ketika melihat paha mulus Aqila yang terekspos dengan jelas karena rok gadis itu sedikit terangkat.

"Astagfirullah!" Buru-buru Ervan memperbaiki rok Aqila, kalau terlalu lama melihatnya bisa gawat.

"Ila." Ervan menepuk-nepuk pipi Aqila pelan.

Tak lama gadis itu terbangun. "Jam berapa om?"

"Jam lima, ayok pulang."

"Iya."

Aqila bangkit lalu memakai tas dan sepatunya. Mereka berjalan bersama dengan Aqila yang sedang mengikat rambutnya.

"Baju om gede banget." Ervan memandang Aqila di pantulan dinding lift. Gadis itu tampak menggemaskan dengan baju kebesaran miliknya.

"Tapi saya suka liatnya," lirih Ervan pelan. Namun, masih di dengar Aqila.

Aqila membuang muka, tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang.

Tak lama lift terbuka, mereka berdua berjalan beriringan dengan Ervan yang menggenggam tangan mungil Aqila.

"Bocil tuh siapa sih?"

"Tu bocil balik sama pak Ervan."

"Dia sugar baby pak Ervan mungkin."

"Tadi pake seragam sekolah, sekarang pakai kemeja. Pasti habis ngelayanin."

Dan masih banyak lagi cibiran yang terdengar di telinga Aqila, dia hanya bisa menunduk dengan tangannya yang semakin erat memegang tangan Ervan.

Ervan menghentikan langkahnya lalu berbalik, Aqila menatap heran ke arah Ervan.

"Kerja bukanya menggosip," tegur Ervan kepada empat karyawan yang membicarakannya. Empat karyawan itu langsung meminta maaf dengan takut.

"Dan dengar! Dia istri saya, jangan ada yang menjelek-jelek kan dia." Karyawan-karyawan yang ada di sana terkejut mendengar penuturan bosnya, mana mungkin bos nya itu menikahi anak SMA.

Ervan berbalik lalu menarik lengan Aqila, keluar dari perusahaan.

"Om kok bilang sih!"

"Kenapa? Kamu mau di jelek-jelekin sama mereka?" Tanya Ervan sembari memasang sabuk pengaman.

Belum sempat Aqila menjawab, Ervan malah memandang ponselnya yang tengah berbunyi.

"Kenapa enggak di angkat?"

"Enggak penting." Ervan menaruh ponselnya lalu menjalankan mobilnya.

****

"Kamu dulu atau saya dulu yang mandi?"

"Ila dulu ya, gerah banget."

"Ya udah, jangan lama."

Aqila memasuki kamar mandi, sedangkan Ervan memilih duduk di sofa bermain ponsel.

"Om!"

Ervan menoleh ke kamar mandi, di sana Aqila menyembulkan kepalanya saja.

"Ambilin Ila handuk."

om, nikah yuk! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang