HAPPY READING 🌻
****Setelah empat hari mereka berdua habiskan waktu di Bali, hari ini mereka akan kembali ke Jakarta.
"Udah semua?" tanya Ervan dan di balas anggukan kepala oleh Aqila.
"Bener? Enggak ada yang ketinggalan?"
Aqila mendengus, sedari tadi Ervan terus saja bertanya apakah ada yang tertinggal atau tidak. Padahal dia sudah cek dan yakin tidak ada yang tertinggal.
"Iya, aku yakin udah semua."
"Ya, udah. Ayok turun, taksi yang aku pesan udah nunggu di bawah."
Mereka berdua berjalan ke lift sembari menyeret koper milik mereka.
Sesampainya di depan hotel, Aqila langsung masuk ke dalam taksi sedangkan Ervan membantu supir taksi memasukan koper di bagasi.
Setelah selesai Ervan dan supir taksi tersebut masuk dan supir taksi langsung menjalankan mobilnya menuju bandara.
Setelah setengah jam lebih, mereka berdua sampai di bandara.
Tak lama pesawat mereka lepas landas.
"Sini tidur." Ervan mengarahkan kepala Aqila ke bahunya untuk tidur di bahu pria itu, dia tau istrinya ini sangat mengantuk.
Tadi malam wanita itu tidak cukup tidur karena saat tengah malam tiba-tiba saja wanita itu sakit perut, hingga dia bulak balik ke kamar mandi.
Aqila melingkarkan tangannya di pinggang Ervan, lalu memejamkan matanya.
Sedangkan Ervan mengelus surai panjang Aqila.
****
"Woy! Mana oleh-oleh gue?!" seorang remaja berteriak tanpa tahu malu ke arah dua pasutri yang berdiri beberapa meter dari dirinya, dia bahkan tak mempedulikan orang-orang disekitarnya yang menatap dengan heran.
Ervan yang melihat kelakuanku adiknya itu hanya mendengus kesal, sedangkan Aqila menggelengkan kepalanya melihat tingkah Elang yang 'tak tahu malu.
Setelah berada di depan Abang dan kakak iparnya itu, Elang menepuk bahu Ervan.
"Gimana bulan madu lo? Lancar?" tanya Ervan dengan alis yang di naik turunkan.
Ervan menyentil dahi Elang membuat sang empu meringis. "Enggak sopan, orang mah salim malah tanya ke gitu!"
Elang menyengir sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal. Tangannya langsung mengambil tangan Ervan, lalu menciumnya.
"Udah, kan. Oleh-oleh gue mana?"
"Enggak ada. Bawa tuh."
Ervan menggandeng tangan sang istri, pergi meninggalkan adiknya yang melongo.
"Anjir jadi babu gue!" dengan kesal Elang menyeret dua koper milik Abangnya dan kakak iparnya itu.
Sesampainya di depan mobil Elang langsung dapat ocehan dari Ervan, udah jadi babu dapat ocehan pula. Gini banget nasibnya.
"Lama banget!"
"Pegel saya tungguin kamu."
Elang menatap sinis ke Ervan yang dengan santai bersandar di pintu mobil.
"Bacot lu! Udah untung gue bawain tuh koper!"
"Ck! Mana kunci?"
Elang merongah kantong celananya, lalu memberikan kunci mobil.
"Masukin ke bagasi." Setelah mengatakan itu Ervan masuk ke dalam mobil.
Elang hanya bisa mengelus dada sabar di perlakukan seperti babu oleh abangnya ini.
"Mas bantuin elang dulu tuh!" Aqila yang kasian menyuruh Ervan agar membantu Elang.
"Dia bisa sendiri."
"Kasian, ih!"
"Enggak papa, La. Gue udah biasa di babuin sama suami lo"
"Maafnya Elang." Elang hanya membalas dengan senyum paksa, lalu pergi ke bagasi untuk menaruh koper.
Setelah selesai, Elang langsung masuk dan duduk di kursi belakang karena Ervan yang mengemudi.
Setelah itu Ervan langsung menancap gas membelah jalanan.
Mobil Elang terparkir di depan gerbang rumah Ervan.
Ervan dan Aqila turun dari mobil, Ervan langsung mengeluarkan dua koper miliknya dan Aqila.
Aqila mengambil sesuatu di dalam kopernya, lalu berjalan ke pintu mengemudi.
"Elang."
"Kenapa, La?" tanya Elang sembari membuka kaca mobilnya.
"Ini buat kamu, dari Abang."
Aqila menyodorkan satu paper bag dan di sambut oleh Elang dengan mata berbinar.
"Makasihnya, gue pamit."
"Iya, hati-hati. Makasih juga udah jemput kita."
Elang mengangguk sebagai jawaban, lalu melajukan mobilnya.
Setelah Elang pergi, Ervan dan Aqila langsung masuk ke dalam rumahnya.
Aqila langsung mengambil baju-baju kotor yang berada di koper mereka berdua, lalu memasukkannya ke dalam keranjang kotor.
Dia menyimpan semua oleh-oleh, lalu menaruh koper ke atas lemari.
Karena lemari tinggi dan Aqila 'tak sampai dia mengambil kursi untuk ia jadi pijakan.
Namun, sialnya. Kursi yang dia pijaknya goyang hingga membuat dirinya terjatuh.
"Aaaa!" Aqila memejamkan matanya pasrah akan dirinya yang jatuh ke lantai.
Aqila membuka matanya saat tak merasakan sakit, mata Aqila langsung bertemu dengan mata milik Ervan.
Ternyata Ervan menyelematkannya, Aqila bersyukur dia tak jadi jatuh.
Untungnya Ervan kembali ke kamar di waktu yang tepat, hingga badan Aqila tak jadi menyentuh lantai.
Ervan mencubit hidung Aqila. "Lain kali hati-hati! atau minta bantuan aku kek!"
"Iya, nanti bakal lebih hati-hati."
Ervan menurunkan Aqila, lalu mengecek tubuh wanita itu. "enggak ada yang sakit kan?"
"Enggak ada."
Setelah memastikan Aqila tidak kenapa-kenapa, Ervan mengambil koper yang ikut terjatuh itu lalu menaruhnya di atas lemari.
"Aku tadi udah masak ayok makan."
"Tumben masak?"
"Lagi pengen." Ervan menarik tangan mungil Aqila dengan lembut, lalu membawanya ke luar dari kamar dan berjalan ke dapur.
Di meja makan sudah tersaji beberapa menu makanan, hal itu membuat Aqila ngiler melihatnya.
Dia langsung duduk di kursi, lalu mengambil nasi dan lauk untuk sang suami setelah itu mengambil untuk dirinya sendiri.
Ervan menggelengkan kepalanya melihat Aqila yang makan dengan lahap, gadis itu memang sangat menyukai masakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
om, nikah yuk!
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Berawal hanya ingin menyelesaikan dare dari teman-temannya itu, Aqila malah terjebak di dalam permainannya sendiri. Ia harus terjebak di pernikahan dengan orang asing yang ia ajak nikah saat menjalankan dare. Akan kah per...