Hai!!
Apa kabar? Semoga baiknya, yang sedang tidak baik-baik saja semoga lekas membaik.Di sini ada yang lagi ujian? Kalau ada, semangat ujianya!!!
HAPPY READING 🌻
****"Bunda cake Ila di rusak sama Abang!" Aqila berteriak histeris saat cake yang baru saja di buatnya di comot oleh Raka hingga cake dia tak berbentuk lagi.
"Raka kamu ini! jahilin adek kamu terus!" Dian mencubit pinggang Raka hingga pemuda itu meringis kesakitan.
"Ampun bunda! Raka kan pengen nyoba doang."
"Tapi Lo malah bikin cake gue jelek!!"
"Ya, maaf."
"Yi, miif" Aqila memutar bola matanya malas, dia mengambil cake yang sudah dia perbaiki lalu membawanya ke ruang tamu.
Saat ini dirinya dan Ervan sedang berada di rumah orang tuanya, mereka sedang berkunjung sembari memberikan oleh-oleh yang mereka beli waktu di Bali.
"Cakenya sudah datang!" Aqila menaruh cake buatan dirinya ke meja, di sofa ada ayah dan suaminya yang sedang mengobrol.
Aqila duduk di sebelah Ervan, tak lama bunda dan Raka ikut bergabung.
"Tadi rame banget di dapur?" tanya Ervan kepada Aqila.
"Tuh bang Raka ngeselin."
"Dih, udah ngadu ke bunda sekarang ngadu ke suaminya."
"Terserah gue dong!" Aqila menjulurkan lidahnya mengejek Raka.
"Udah, jangan ribut. Kita makan cake ya." Dian melerai perdebatan.
Mereka semua langsung memakan cake sembari mengobrol ria.
Selepas dari rumah orang tua Aqila, mereka berdua langsung pergi ke rumah orang tua Ervan.
Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka sampai di rumah Intan.
Tit.
Ervan memencet klakson mobilnya saat setelah sampai di depan gerbang rumah orangtuanya, tak lama seorang satpam datang lalu membuka kan pintu gerbang.
Ervan langsung mengendarai mobilnya masuk ke halaman rumah.
Setelah memarkirkan mobil mereka berdua langsung turun dengan Aqila menenteng dua paper bag.
Ting.
Tong.
Cukup lama menunggu hingga akhirnya pintu di buka.
"Mama! Aqila kangen banget!" Aqila langsung memeluk tubuh Intan, untung saya wanita paruh baya itu bisa menjaga keseimbangannya hingga tak terjungkal ke belakang akibat dapat serangan tiba-tiba.
Intan membalas pelukan menantunya itu, tangan kanannya mengelus surai Aqila.
"Mama juga kangen."
"Ayok masuk," ajak Intan setelah Aqila melepaskan pelukannya.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Di ruang tamu terdapat Dafa yang sedang bermain dengan Queen.
"Papa enggak kerja?" tanya Ervan sembari mencium punggung tangan papanya.
"Enggak."
"Sehat, pa?" tanya Aqila setelah mencium tangan mertuanya.
"Alhamdulillah sehat, kamu gimana?"
"Alhamdulillah sehat juga, pa."
Aqila mengalihkan perhatiannya ke Queen, dia merentangkan kedua tangannya ingin mengendong Queen.
Dengan antuasias Queen berjalan menghampiri Aqila.
Aqila mendudukkan Queen di pahanya, dia mencium pipi tembem Queen dengan gemas.
Intan datang dari dapur dengan membawa nampan berisi cemilan dan jus mangga.
"Di minum, La."
"Makasih, ma."
"Kalian bawa apa tuh?" tanya Intan sembari melirik paper bag yang berada di sebelah Aqila.
Aqila mengambil dua paper bag tersebut lalu menaruhnya di depan Intan.
"Buat mama, papa, dan Queen."
"Wah! Mama dapat oleh-oleh, makasih loh, sayang."
"Iya, ma."
"Bulan madu kalian lancar?" Dafa yang awalnya fokus menonton berita langsung menatap Ervan.
"Lancar, pa."
"Moga cepat jadi, ya!"
"Aamiin."
Aqila tersenyum malu, jujur dia sangat malu. Kenapa suaminya ini malah jawab, sih. Dia kan malu kalau ingat tentang bulan madu itu.
Aqila menunduk menatap Queen, saat tak merasakan penggerakan. Aqila tersenyum, ternyata anak ini sudah tertidur di dekapannya.
"Ma, Ila ke kamar mas Ervan yah. Pindahin Queen."
"Iya, La."
Kepergiannya Aqila tak lama Ervan izin kepada mama dan papanya untuk ikut menyusul sang istri.
Kedua paruh baya itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang seperti tak bisa jauh-jauh dari sang istri.
"Anak kamu, tuh sama banget sama kamu, enggak bisa jauh-jauh dari istrinya."
"Anak kamu juga," ucap Dafa sembari memeluk manja sang istri, Sekarang hanya mereka berdua di sini, jadi dia bebas bermanja-manja kepada istri tercintanya.
Intan mencubit pinggang Dafa. "Udah tua masih aja manja!"
"Manja sama istri ini, enggak papa." Intan hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Dafa.
Sedangkan di kamar Ervan mengendap-endap memasuki kamar, dia berjalan mendekat ke kasur yang di tiduri Aqila dan Queen. Kebetulan gadis itu tidur membelakanginya.
Ervan merebahkan dirinya di kasur tanpa menimbulkan suara, lalu memeluk pinggang ramping Aqila. Hal itu membuat Aqila yang memejamkan matanya terkejut.
Aqila membalikan badannya, menatap tajam sang pelaku. "Kebiasaan banget ngagetin aku!" Aqila mencubit pinggang Ervan kesal, sedangkan Ervan mengasuh sakit. Cubitan Aqila tak main-main sangat menyakitkan.
"Hehehe maaf."
Aqila tak menanggapinya dia berniat membalikan badannya membelakangi Ervan. Namun, langsung di tahan oleh tangan Ervan.
"Jangan gambek dong, aku minta maaf."
"Enggak aku maafin sebelum lebaran."
"Dosa, loh. Enggak maafin suami."
Aqila mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal pada Ervan, tapi kalau lama-lama marah dia takut dosa.
Tiba-tiba saja Ervan menarik tengkuk Aqila menyatukan bibirnya dengan bibir Aqila.
Ervan melumat bibir Aqila lembut, sedangkan Aqila hanya pasrah dengan serangan sang suami.
Ervan melepaskan tautan bibirnya, jempolnya mengusap bibir Aqila dengan lembut.
"Maafin ya?"
"Iya," jawab Aqila cuek.
"Enggak ikhlas banget maafin ya."
Aqila menghela nafasnya, dia langsung tersenyum hingga menampilkan gigi yang berjajar rapih. "Aku udah maafin kok."
Ervan terkekeh, tangannya terangkat mengelus rambut Aqila. "Gitu dong."
****
Btw follow tik tokku dong hehehe
Namanya @wp.remahan_rengginangMakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
om, nikah yuk!
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Berawal hanya ingin menyelesaikan dare dari teman-temannya itu, Aqila malah terjebak di dalam permainannya sendiri. Ia harus terjebak di pernikahan dengan orang asing yang ia ajak nikah saat menjalankan dare. Akan kah per...