KOMEN DI SETIAP PARAGRAF YOK!
____________
SIAPKAN MENTAL!🔥
___________
HAPPY READING!
.
."Anak itu sudah ada di rumah saya, kalian bisa mengambilnya sekarang. Jangan lupa bayaran yang sudah dijanjikan!"
Gio berhenti melangkah mendengar suara ibunya di ruang tengah. Bocah itu bersembunyi di balik tembok. Mendengarkan apa yang tengah Farah perbincangkan.
"Apa?! Tidak bisa. Anda sudah janji untuk datang saat anak itu sudah di rumah! Kenapa ditunda jadi besok?!"
Gio bergidik mendengar teriakan melengking itu. Entah alasan apa ibunya marah seperti itu. Gio tidak paham apa yang sedang dibicarakan. Apakah ada sangkut paut dengan dirinya?
"Ck, oke besok saya yang akan ke sana. Jangan lupa uangnya!" Farah mematikan panggilan. Napasnya terlihat memburu, kentara ia sedang dilanda amarah.
Gio segera berlari menuju Farah. Wanita itu menyadari kehadiran Gio. Menatap anak itu dengan tajam. Oke, sepertinya Gio sudah salah langkah. Menghampiri ibunya sama saja memberi umpan dengan gratis.
"Ngapain keluar kamar?!" bentaknya.
Gio menunduk dengan tubuh bergetar. "Gio laper, Bu."
Farah memutar bola matanya. "Gak ada makanan, hari ini libur dulu." Farah mengibaskan tangannya. "Lagian kamu ini gak usah makanlah, diem aja di kamar sampai mati kelaperan sekalian."
Gio menggigit bibirnya. Dadanya terasa sangat sesak. Ia seorang lelaki, Kakaknya pernah mengatakan bahwa lelaki sejati tidak boleh menangis.
"Udah sana, malam ini bakal ada pesta. Jangan pernah berani keluar dari kamar atau jika kamu ingin mogok makan sampai besok!"
Gio segera membalikkan badan dan masuk ke dalam kamar. Tubuhnya bergetar, memeluk lutut, terduduk di sudut ruangan. Air mata yang ditahan tetap kukuh merembes keluar. Gio tidak bisa menahannya.
Bukan satu dua kali ia diperlakukan seperti ini. Tapi kenapa rasanya masih sama? Sesak, sakit dan takut.
"Ingat satu hal, jika kamu ingin melihat ibu bahagia. Lakukan satu hal." Telunjuk Farah menekan kening Skala kuat.
"Buat Gio mati, karena kematian dia yang akan buat ibu bahagia."
Gio mengingatnya. Perkataan Farah beberapa bulan yang lalu. Ibunya sangat ingin Gio mati.
Apa ibu sebenci itu? Menginginkan kematiannya?
Oh ya, bukankah besok ibunya berulang tahun? Gio dengan cepat mengusap pipinya kasar. Ia bangkit dan tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHERLOCK
Teen Fiction[HARAP FOLLOW DULU, SEBELUM MEMBACA!] || END ... "Bangun, bisu!" "Bego, kena bola sedikit aja pake segala nangis." "Tatap mata gue sekarang, cewek bisu." "Sialan, lo gak mau lihat gue hah?!" "Jangan berpura-pura bisu atau gue potong lidah lo se...