Starla pov
Hari ini waktunya gue berangkat ke Australia sama Gava. Semua kebutuhan kita udah siap, lengkap dan aman. Sekarang ini kita gabung sarapan dulu sama Mommy juga Daddy.
Oh ada satu orang lagi, cowo yang tiba-tiba muncul di rumah tanpa ngasih kabar sebelumnya. Dia tiba-tiba udah muncul, duduk anteng di ruang keluarga ngemilin keripik, dan dengan santainya bilang bakal ikut nemenin gue ke Australia. Wait... what the hell?!
"Kakak serius mau ikut?" tanya gue entah udah keberapa kalinya nanya begini.
Starga, si pelaku yang bikin gue stress itu ngangguk pelan.
"Iya, Kakak ikut. Kalau cuma berdua gak aman, kakak khawatir."
"Saya kan udah bilang Starla bakalan aman kalau sama saya, gak usah khawatir Starga." Si Gava ikut ikutan.
Sorry, harusnya gue manggil dia Kakak karena dia seumuran Kakak gue. Tapi apa daya, dia sendiri yang minta gue buat manggil dia nama aja karena katanya biar lebih akrab, hehe, SORRY
Kak Starga keliatan natap Gava sinis. "Suya saya, lo kaya ngomong sama kolega bisnis aja. Udah berapa kali gue bilang ngomongnya santai aja hah?" sinisnya pake suara ketus.
Oh iya, gue baru sadar kalau mereka temen kecil yang terpisah KWWKWK
Gava keliatan ngelirik daddy, mungkin sebagai kode bahwa alasan dia berbicara formal gitu karena daddy. Kak Starga juga kayaknya paham sama kode itu, dia langsung ngibasin tangan dan bilang kalau gak apa-apa, gak usah sungkan gitu gitulah intinya, daddy yang paham juga langsung ngasih tahu ke Gava bahwa gak ada keharusan untuk mereka berbicara formal, daddy ngasih kebebasan asal keduanya sama-sama nyaman, AH THE BEST POKOKNYA.
Oke, setelah perdebatan panjang akhirnya gue mempasrahkan diri di antar Kak Starga pakai pesawat perusahaan. Kenapa pesawat perusahaan? Karena katanya tadi sebelum ke sini dia itu lagi ada pertemuan di tetangga sebelah, gue gak paham gimana tapi ya intinya sekarang gue udah duduk anteng di pesawat bareng dua cowo yang mulai sibuk ngobrol dan nyuekin gue.
Yaudah, bodo amatlah ya. Gue mau tidur aja, perjalanan Swiss Australia makan waktu lama banget...
Tapi nih, baru aja mejamin mata itu Kakak tercinta, yang paling terhormat sejagat nusantara manggil nama gue mana tegas banget yang bikin gue sontak buka mata lagi dan negakin badan. Ngeri cuy.
"A-apa?" tanya gue setengah kaget.
Kak Starga natap gue datar banget, buset ada apaan nih. Ngelirik Gava buat minta jawaban tapi itu orang malah ngangkat bahu gak ngerti kenapa.
"Yang nyetujuin undangan ini siapa?" tanya dia.
"Mommy," balas gue cepat.
"Terus kamu yang pergi buat memenuhi undangan itu?"
"Iya, kenapa sih?" tanya gue penasaran.
"Kamu udah minta kontak mereka? Seenggaknya satu orang dari mereka yang kenalan sama kamu?"
"Hah? Maksudnya? Starla gak paham." Gue garuk kepala, ucapan dia belibet banget bikin pusing.
"Maksud kakak kamu, kamu punya kontak mereka gak? Yang undang kamu buat ke sana." Gava bantu ngejelasin.
"Oh, ada satu orang. Dikasih mommy ini juga, tapi belum aku hubungi." Gue nyengir pas Kak Starga udah ancang-ancang mau ngomel. "Emang kenapa?"
"Ya seenggaknya kamu punya kenalan lho, dek. Biar nanti pas di sana gak celingak celinguk kebingungan."
"Kan ada Gava?"
"Ya, Gava juga entar gak akan setiap saat di samping kamu."
Gue cuma ngangguk iya-iya aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHERLOCK
Teen Fiction[HARAP FOLLOW DULU, SEBELUM MEMBACA!] || END ... "Bangun, bisu!" "Bego, kena bola sedikit aja pake segala nangis." "Tatap mata gue sekarang, cewek bisu." "Sialan, lo gak mau lihat gue hah?!" "Jangan berpura-pura bisu atau gue potong lidah lo se...