Sherlock-55

23.8K 2.7K 342
                                    

Happy Reading.

Maaf banget jadi jarang update lagi, boleh minta semangatnya gak? Huhu aku butuh semangat kalian...🥺🥺

   Pagi menjelang, kala sinar di luar sana sudah tampil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Pagi menjelang, kala sinar di luar sana sudah tampil. Satu perempuan di dalam ruangan membuka matanya perlahan, menguap, mengucek matanya dan menelisik ruangan yang terlihat asing di matanya.

Ia ingat akan sesuatu, dan ingatan itu malah jatuh pada kejadian semalam. Di mana dua insan duduk berdampingan di sofa, waktu itu, berlalu dengan cepat tapi memorinya dipastikan akan terus melekat. Sial, mengahalau bayangan itu. Ia memilih untuk segera bangun, menggosok gigi dan mencuci mukanya. Baru ia keluar, suasana di dalam apartemen masih terbilang sepi. Ia melirik ke arah kamar sebelahnya, damai, sepertinya orang di dalam sana masih berada di alam mimpi.

Starla, gadis itu memilih melangkahkan kakinya menuju dapur berharap ada beberapa bahan yang bisa ia masak untuk dijadikan sarapan.

Nasi goreng ayam suir, roti bakar dengan selai kacang, tak lupa susu coklat. Starla menyajikan makanan buatannya di meja. Pipinya merona kala membayangkan bahwa ia seolah sudah menjadi seorang istri yang sedang membuat sarapan untuk suaminya.

Starla enyahkan pikiran itu dengan menepuk keningnya. Ia lalu duduk di kursi, menunggu kedatangan Sherlock. Menit berlalu, tapi pria itu tak kunjung datang. Starla berpikir apakah seharusnya ia datang ke kamarnya? Membangunkan pria itu? Apakah terbilang sopan?

Tapi jika ia terus berdiam, bagaimana jika Sherlock tipe orang yang selalu bangun siang? Atau bahkan tidak akan bangun jika tidak dibangunkan? Oke, opsi kedua rasanya tidak mungkin.

Karena perutnya yang sudah meronta lapar, dan menjunjung tata kesopanan untuk tidak makan sebelum tuan ramah memakannya. Starla memutuskan untuk bangkit, menuju kamar Sherlock.

Mengetuk pintu, memanggil namanya, sama sekali tidak ada sahutan. Terpaksa ia menarik knop pintu yang juga ternyata tidak terkunci, Starla masuk setelah izin dengan suara pelan.

Damai, Starla bisa merasakan kedamaian pada ruangan ini. Melihat beberapa deretan pigura yang menampilkan sosok Sherlock bersama ibunya, ayahnya, saat ia masih kecil, bahkan ada juga bagian di mana sepertinya Sherlock memenangkan lomba balap karung saat kecil, tersenyum lebar, masih dengan karung yang ia pakai, di sampingnya ada ayahnya yang memegang kotak berbungkus koran yang bisa Starla tebak adalah hadiahnya. Mengamati wajah keduanya, Starla tersenyum kecil. Begitu mirip.

Tidak ada yang spesial lagi di dalam kamar seorang laki-laki, hanya gitar yang tersimpan rapi di ujung kamar, handuk dan jaket yang tergeletak di lantai, Starla bergegas membereskan sejenak beberapa barang yang terlihat berantakan. Setelah semuanya selesai, baru ia melangkah menuju ranjang.

Tubuh yang meringkuk layaknya bayi di dalam perut, wajah garang yang tergantikan dengan raut polos begitu tenang. Starla duduk dipinggiran kasur, mengusap rambut yang menghalangi wajah Sherlock hati-hati. Tak tega rasanya membangunkan bayi besar ini. Tidurnya terlihat begitu nyenyak.

SHERLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang